Seperti inikah rasanya dewasa ? 

Itulah pertanyaanku setiap helaan napas yang begitu berat dan cukup menyesakkan. Orang seringkali berkata, Diri kita itu berharga. You're worth it,.... dan sederet kata manis lainnya yang mencoba menyadarkan kita bahwa kita, diri kita ini berharga. 

Namun, nyatanya memang tak semudah ucapan. Bergelut dengan perasaan menerima, sementara berkali-kali lamaran kerja tak diterima. 
Yes, you're not valuable for this position. 

Setiap kali email masuk, dan bukan ucapan Congratulations di awal. 
Sudah yakin, itu adalah awal dari penolakan. Saking berulang kali terjadi, sampai hafal diri ini akan kalimat pembuka Thanks for applying this job, but unfortunately ... lalu ditutup dengan ucapakan terima kasih dan harapan, 
I hope you will be success ..." .

Sebuah pemanis di akhir, tapi benar-benar jawaban yang tak diinginkan. Awalnya sakit biasa, lalu pulih dan melamar lagi, ditolak lalu sakit lagi, pulih dan melamar lagi, ditolak dan sakit, hingga tak ada lagi ekspetasi yang diharapkan dari dirinya sendiri. 

Muncullah, Sesulit inikah ?
Benar, sesulit itu di negeri yang katanya kaya ini. Lalu...
Jangan menyerah, ah gitu aja ..., kata yang lain. 
Anak muda, jangan lemah ah..., kata yang sudah paruh baya. 

Benar, tak ada instan untuk kaya. Bahkan, sakitnya sulitnya hanya pasrah saja. Bukan berarti diam, berbagai cara ditempuh. Ikut mini-course, bootcamp, dan berbagai hal hingga berujung lelah...

Bukannya menyerah atau lemah, tapi barangkali terlampau lelah. Untuk itulah, di sini berkabar dan menuangkan diri agar tak berakhir mati bunuh diri. Karena masih ada mimpi-mimpi yang sayang untuk dilewati. Ada masa depan yang menanti meski sekarang terombang-ambing melelahkan pikiran dan hati.