
Pembahasan kali ini santai saja ya gan, tak usah terlalu serius apalagi sampai baku hantam. Kali ini saya mau dongeng lagi tentang cerita di dunia antah berantah.
Di sebuah desa Tumaritis, ketika sedang berada di warung kopi Petruk bercerita pada Gareng, ketika menjadi seorang kepala sekolah.
Sesudah terpilih Petruk mempunyai gagasan yang ideal untuk menuju pendidikan yang lebih baik, ia kumpulkan temannya yang berfikiran sama. Saat itu ia sangat optimis dan percaya diri, dapat mengubah tatanan pendidikan di wilayah Tumaritis.

Tapi akhirnya Petruk sadar, untuk membangun itu semua butuh faktor lain yaitu kelicikan. Bisa dibilang fleksibilitas dia dalam kebohongan.
Ujian pertama Petruk, disaat seorang calo yang adalah pejabat dari dinas terkait datang ke sekolahnya, dia bilang "saya bisa mendapatkan bantuan untuk sekolah ini, berapa nilainya tolong disebut, tapi harus ada laporannya".
Petruk merasa senang saat itu, tetapi ketika dia beres tanda tangan ada kelanjutannya. Ternyata, nanti dia hanya mendapatkan sekitar 60-70% dananya, sisanya untuk bagi-bagi dengan yang lain. Ternyata ada birokrasi yang harus dilewati dan untuk hal itu harus saling bayar satu sama lain.

Petruk galau, kalau diterima berarti ia terjerumus korupsi, namun dapat mensejahterakan guru dan mengurangi beban siswa. Kalau bantuan tidak diterima, otomatis sekolahnya tidak dapat bantuan sama sekali.
Pilihan Petruk ia simpan dalam hati, tapi bila agan kalau disuruh memilih, pilih yang mana?
Belum selesai masalah ini, datang lagi ujian berikutnya, yaitu seorang guru yang pernah mengajar di sekolah tempat Petruk memimpin. "Pak saya pernah mengajar di sekolah ini selama satu tahun, sekarang saya mau minta sertifikasi untuk mengajar di sekolah negeri desa tetangga, saya mohon bapak mencantumkan bahwa saya disini pernah mengajar lima tahun."

Petruk kembali galau, kalau memilih jujur akan menelantarkan si guru honorer yang Petruk tau nasibnya kurang sejahtera. Kalau membantunya, otomatis ia berbohong.
Pilihan Petruk, kembali ia simpan dalam hati, tapi bila agan kalau disuruh memilih, pilih yang mana?
Lalu, ketika ujian nasional tiba pemerintah negara meminta kelulusan siswa dengan target tinggi, disini dinas terkait termasuk Petruk berembuk. Bagaimana caranya meluluskan siswa semua, karena ini dilema tidak semua siswa pintar, tidak semua siswa disiplin, bahkan ada yang sering bolos, tapi kalau tidak diluluskan akan mengancam karir siswa di dunia kerja. Atau memilih kebohongan tentang kelulusan?

Petruk dan dinas terkait juga tidak tega kalau jujur, maka kebohongan berjamaah menjadi solusi akhir. Karena berkaitan dengan nasib seseorang dimasa depan.
Petruk pun berfikir, untuk memajukan dunia pendidikan ternyata sulit, dan harus mendobrak moral. Karena Petruk ini orang baik, ia pun mundur dari jabatan itu dan menceritakan keluh kesahnya kepada Gareng.
****

Kisah Petruk diatas, sering dialami oleh para pemimpin dimanapun ia berkuasa. Termasuk juga pakde Jokowi, pemimpin nomor satu negara kita tercinta. Itulah kesulitan yang dialami oleh seorang Jokowi ketika memimpin negara ini.
Kisah hidup Jokowi dimulai dengan hidup sangat sederhana, dari keluarga yang biasa saja. Bahkan tempat tinggalnyapun kena gusur oleh pemerintah. Tentu saja beliau sedih, mungkin saja pemikirannya saat itu, kalau saya jadi pemimpin pasti akan melakukan ini dan itu dan tidak menyusahkan orang banyak.

Walau hidup sederhana, karena kecerdasannya beliau bisa melanjutkan pendidikannya hingga ke universitas. Lalu melanjutkan pekerjaan ayahnya, namun levelnya yang berbeda. Kalau ayahnya tukang kayu kecil-kecilan, sedangkan Jokowi karena pendidikan tinggi, visi yang jelas ditunjang kecerdasannya bisa menjadi pengusaha kayu, yang berinteraksi dengan seniman kayu, dan diakui banyak pengusaha kayu lainnya di daerahnya, bahasa halusnya Jokowi menjadi orang yang populer.
Hal ini menyebabkan banyak politisi tertarik untuk mengangkat Jokowi, untuk menjadi sosok pemimpin, karena dia rendah hati, dia baik dan punya visi yang jelas. Pengalamannya di dunia mebel menjadikan dirinya ahli administrasi, ahli strategi dagang, dan juga ahli mengakomodasi kepentingan orang.

Ketika ia diangkat menjadi Walikota Solo, terbukti kepemimpinannya cukup merakyat. Berpihak kepada orang kecil, hingga namanya semakin populer di mata masyarakat di wilayah yang dipimpinnya. Hingga ia menentang kebijakan Gubernur Jawa Tengah saat itu, karena ingin mendirikan mall di wilayahnya.
Quote:
Wali kota Solo [Jokowi] itu bodoh, kebijakan Gubernur kok ditentang. Sekali lagi saya tanya, Solo itu masuk wilayah mana? Siapa yang mau membangun?" tukas Bibit Waluyo pada 27 Juni 2011.

Bibit Waluyo meradang karena Jokowi menolak rencana pembangunan mal di atas lahan bangunan kuno bekas Pabrik Es Saripetojo yang berlokasi di Purwosari, Laweyan. Padahal, Bibit selaku gubernur sudah menyetujui rencana tersebut.
Jokowi punya alasan kuat sehingga berani "menentang" kehendak sang gubernur. Menurutnya, jika dibangun mal, rakyat kecil yang sudah puluhan tahun berdagang di kawasan itu akan tersingkir dan kehilangan penghasilan.
"Kami ingin membatasi keberadaan mal di Solo karena kami harus memikirkan keberadaan pasar tradisional," kata Jokowi pada 27 Juni 2011.
Selain itu, Jokowi menilai, lahan bangunan kuno bekas pabrik es Saripetojo yang didirikan sejak 1888, selayaknya dijadikan cagar budaya, bukan justru dihancurkan, apalagi untuk dibangun mal.

Lantas, apa reaksi Jokowi setelah Bibit Waluyo menyebutnya sebagai wali kota bodoh?
"Iya, saya memang masih bodoh. Masih harus banyak belajar ke banyak orang. Dibilang begitu ya enggak apa-apa," ujar Jokowi kalem.
Sumber kutipan https://tirto.id/sejarah-polemik-jok...g-prabowo-dgoX
Wali kota Solo [Jokowi] itu bodoh, kebijakan Gubernur kok ditentang. Sekali lagi saya tanya, Solo itu masuk wilayah mana? Siapa yang mau membangun?" tukas Bibit Waluyo pada 27 Juni 2011.

Bibit Waluyo meradang karena Jokowi menolak rencana pembangunan mal di atas lahan bangunan kuno bekas Pabrik Es Saripetojo yang berlokasi di Purwosari, Laweyan. Padahal, Bibit selaku gubernur sudah menyetujui rencana tersebut.
Jokowi punya alasan kuat sehingga berani "menentang" kehendak sang gubernur. Menurutnya, jika dibangun mal, rakyat kecil yang sudah puluhan tahun berdagang di kawasan itu akan tersingkir dan kehilangan penghasilan.
"Kami ingin membatasi keberadaan mal di Solo karena kami harus memikirkan keberadaan pasar tradisional," kata Jokowi pada 27 Juni 2011.
Selain itu, Jokowi menilai, lahan bangunan kuno bekas pabrik es Saripetojo yang didirikan sejak 1888, selayaknya dijadikan cagar budaya, bukan justru dihancurkan, apalagi untuk dibangun mal.

Lantas, apa reaksi Jokowi setelah Bibit Waluyo menyebutnya sebagai wali kota bodoh?
"Iya, saya memang masih bodoh. Masih harus banyak belajar ke banyak orang. Dibilang begitu ya enggak apa-apa," ujar Jokowi kalem.
Sumber kutipan https://tirto.id/sejarah-polemik-jok...g-prabowo-dgoX
Otomatis hal ini semakin memberikan celah dimana karir politiknya semakin meningkat, ternyata ada politisi yang berpihak pada rakyat bukan pada jargon semata. Hingga pilkada kedua digelar, Jokowi mendapatkan suara hingga 90%, dalam sejarah Indonesia persentase ini bisa dibilang cukup tinggi.

Keberhasilannya menjadi Walikota Solo, membawa karirnya lebih jauh, yaitu berebut kursi nomor satu di DKI Jakarta, bersanding dengan Ahok. Disini kampanye Jokowi terlihat mempunyai visi yang jelas, dimana dunia digital mulai ia mainkan dengan pemilih millenial dan hasilnya sukses menjadi Gubernur DKI pada waktu itu.
Penasaran kenapa dunia medsos mulai dimainkan? Ikuti kelanjutan cerita ini di Part 2

Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.


"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2022
referensi : klik, klik
Pic : google



