
Membahas hal ini dijamin akan panjang, karena akan banyak sisi-sisi yang akan kita kulik, terlebih pembahasan ini sering dikaitkan dengan kesesatan, kekafiran, dan banyak hal lainnya.
Terkadang bisa dituduh sebagai orang gila kalau ternyata benar-benar meresapi apa yang diajarkan dalam mencari ilmu dari Manunggaling Kawula Gusti.

Sebelumnya kita harus melihat sejarah di masa lampau di masa ulama besar dari basra, Irak Hasan al-Basri tinggal. Saat itu banyak golongan bawah terjadi perpecahan dan menjadi beberapa kelompok, seperti sunni, syiah, murjiah, dan lainnya, sedangkan disisi lain pemerintahnya hidup foya-foya, bergelimang harta, yang kaya hidup terlalu kaya dan sebaliknya.
Sebelum Sultan Umar bin Abdul Aziz, masa awal dan pertengahan dinasti ummayah itu melarang orang untuk berdakwah. Tentu hal itu membuat kecewa banyak orang, terlebih dimasa Hasan al-Basri kecil yang masih di pegang kepemimpinan Islam oleh Umar bin Khattab, seorang pemimpin yang kaya raya namun hidupnya penuh kesederhanaan. Berbeda ketika ia sudah dewasa dimana pemimpin negara dipegang oleh dinasti Ummayah. Maka bisa dibilang peradaban Islam saat itu sangat maju dan unggul namun akhlaknya sudah tidak baik lagi.
Maka Hasan al-Basri hanya bisa merenung dan menangis, lambat laun fiqihnya tidak menjadi prioritas, lebih banyak berfatwa tentang spiritual, disini ia pun beralih dari ahli fiqih menjadi ahli zahid karena pada waktu itu belum ada tasawuf namanya masih zahid.
Setelah Hasan al-Basri wafat, gerakan tasawuf menjadi lebih radikal. Pelopornya adalah muridnya rabiah al adawiyah, syair-syairnya memberi pemahaman baru tentang spiritual. Walau tidak ada surga dan neraka, tetap harus berbuat baik sesuai yang diajarkan Tuhan. Kalau hanya bermotif surga dan neraka maka itu orang yang salah dalam ber aqidah.

Semenjak pemikiran Rabiah itu, kita anggap saja itu tassawuf, maka terpecah menjadi dua. Ada tassawuf bijak yang di gagas oleh Al Muhasibi dan ada tasawuf gila/mabuk pelopornya adalah Abu Yazid al bustami / Bayazid.
Kalau Al Muhasibi, tasawuf boleh saja berkembang tetapi jangan sampai lepas dari syari'at. Namun kalau Abu Yazid/ Bayazid, pernah karena cintanya pada Allah hingga akhirnya berdzikir dengan lafad "SUBHANI" yang artinya maha suci aku, tentu ini secara harfiah dirinya adalah Tuhan.
Jadi sebenarnya hal ini dilakukan secara tidak sadar, karena ketika ia sadar beliau sangat memegang teguh syariat.

Kondisi seperti inilah yang dinamakan syatahat ( perkataan aneh ketika di tengah mabuknya kepada Tuhan), bahkan pemikirannya bisa melampui orang normal pada umumnya hingga tercipta pengalaman "menyatu" dengan Tuhan.
Tentu kondisi seperti ini dianggap gila, berlebihan, ghuluw tapi itulah yang terjadi pada mereka, bahkan kalau mereka sedang sadar minta tolong dipenggal bila mengucapkan kata yang aneh tersebut. Jadi pada dasarnya mereka tak bisa mengendalikan dirinya ketika sedang mabuk cinta seperti itu, hal ini juga yang menjangkiti syekh Siti Jenar.
Dan hal itu juga dibenarkan oleh tokoh Sufi yang namanya Al Junaidi Al Baghdadi, namun ia beranggapan agar orang seperti ini harus belajar kembali menjadi manusia, dan mengembalikan nilai Tuhan kepada kehidupan nyata. Namun ucapan Al Junaidi tidak diikuti oleh muridnya yang bernama Al Halaj.
Beliau bernama Abu Mughits Abdillah al-Husain bin Mansur al-Hallaj, namun dianggap kontroversial karena dakwah bersatu dengan Allah, dan dituduh menyebarkan ideologi inkarnasionisme.Β

Quote:
Β Al-Hallaj mengucapkan kalimat yang menurut orang-orang, nyeleneh dan ngawur;
βΨ§Ω Ω ΨΉΨ¨ΩΨ―ΩΩ ΨͺΨΨͺ ΩΨ―Ω Ωβ.
βwahai manusia!, sesungguhnya apa yang kalian sembah itu ada dibawah telapak kakikuβ
Seketika orang-orang bertanya-tanya, βApa yang anda ucapkan?β, tapi, tanpa memedulikannya, Al-Hallaj mengulangi lagi ucapan yang sama terus menerus.
Setelah kejadian tersebut, sebagian orang melaporkan Al-Hallaj kepada Raja masa itu. Sang Raja, setelah bermusyawarah dengan pembesar lain, yang sebetulnya sama-sama belum paham maksud ucapan Al-Hallaj memutuskan untuk menghukum mati di hari itu juga.
Kejadian ini lah yang akhirnya membuat orang-orang mulai paham apa maksud Al-Hallaj, bahwa mereka terlalu sibuk dengan harta dan urusan duniawi, yang membuat mereka lupa menyibukkan diri untuk menyembah Sang Maha Kuasa.
Sumber kutipan https://pecihitam.org/mansur-al-hall...di-hukum-mati/
Β Al-Hallaj mengucapkan kalimat yang menurut orang-orang, nyeleneh dan ngawur;
βΨ§Ω Ω ΨΉΨ¨ΩΨ―ΩΩ ΨͺΨΨͺ ΩΨ―Ω Ωβ.
βwahai manusia!, sesungguhnya apa yang kalian sembah itu ada dibawah telapak kakikuβ
Seketika orang-orang bertanya-tanya, βApa yang anda ucapkan?β, tapi, tanpa memedulikannya, Al-Hallaj mengulangi lagi ucapan yang sama terus menerus.
Setelah kejadian tersebut, sebagian orang melaporkan Al-Hallaj kepada Raja masa itu. Sang Raja, setelah bermusyawarah dengan pembesar lain, yang sebetulnya sama-sama belum paham maksud ucapan Al-Hallaj memutuskan untuk menghukum mati di hari itu juga.
Kejadian ini lah yang akhirnya membuat orang-orang mulai paham apa maksud Al-Hallaj, bahwa mereka terlalu sibuk dengan harta dan urusan duniawi, yang membuat mereka lupa menyibukkan diri untuk menyembah Sang Maha Kuasa.
Sumber kutipan https://pecihitam.org/mansur-al-hall...di-hukum-mati/

Jadi itulah kisah Manunggaling Kawula Gusti dimasa lampau. Lalu ini juga yang menjadikan syekh Siti Jenar seperti sekarang ini.
Seperti ketika para wali sedang berkumpul, beliau mengatakan
Quote:
βMenyembah Allah dengan bersujud beserta ruku'-nya, pada dasarnya sama dengan Allah, baik yang menyembah maupun yang disembah. Dengan demikian, hambalah yang berkuasa, dan yang menghukum pun hamba juga." (Ngabei Ranggasutrasna, dkk.,Β Centhini: Tambangraras-Amongraga, Jilid I, 1991:120-123).
Beberapa wali memperingatkan bahwa pemikiran Syekh Siti Jenar itu bisa berdampak hukuman mati karena melenceng dari Islam (Achmad Chodjim,Β Syekh Siti Jenar: Makrifat dan Makna Kehidupan, 2007:11).
Pandangan Syekh Siti Jenar dianggap mengancam proses tumbuh-kembang Islam yang sedang subur-suburnya di Jawa selepas runtuhnya Majapahit itu. Apalagi Syekh Siti Jenar punya banyak murid dan pengikut yang beberapa di antaranya cukup berpengaruh.
Sosok sufi yang memantik kontroversi di kalangan Walisongo dan kaum ulama serta tokoh-tokoh penting dalam pusaran kekuasaan di pusat peradaban Jawa itulah yang juga dikenal dengan nama Syekh Siti Jenar.
Sumber kutipan https://tirto.id/jalan-setapak-syekh...iti-jenar-cAMA
βMenyembah Allah dengan bersujud beserta ruku'-nya, pada dasarnya sama dengan Allah, baik yang menyembah maupun yang disembah. Dengan demikian, hambalah yang berkuasa, dan yang menghukum pun hamba juga." (Ngabei Ranggasutrasna, dkk.,Β Centhini: Tambangraras-Amongraga, Jilid I, 1991:120-123).
Beberapa wali memperingatkan bahwa pemikiran Syekh Siti Jenar itu bisa berdampak hukuman mati karena melenceng dari Islam (Achmad Chodjim,Β Syekh Siti Jenar: Makrifat dan Makna Kehidupan, 2007:11).
Pandangan Syekh Siti Jenar dianggap mengancam proses tumbuh-kembang Islam yang sedang subur-suburnya di Jawa selepas runtuhnya Majapahit itu. Apalagi Syekh Siti Jenar punya banyak murid dan pengikut yang beberapa di antaranya cukup berpengaruh.
Sosok sufi yang memantik kontroversi di kalangan Walisongo dan kaum ulama serta tokoh-tokoh penting dalam pusaran kekuasaan di pusat peradaban Jawa itulah yang juga dikenal dengan nama Syekh Siti Jenar.
Sumber kutipan https://tirto.id/jalan-setapak-syekh...iti-jenar-cAMA

Maka Syekh Siti Jenar, nasibnya seperti Al Halaj yang dihukum mati. Ditakutkan pemikirannya ini belum sanggup dicerna oleh banyak orang dimasa itu, tentu akan cukup berbahaya dan bisa menjadi masalah kedepannya.
Kalau ada penambahan lain monggo, karena para filsuf seperti Al Farabi, Ibnu Sina, Al Ghazali, Ibnu Rusyd, Ibnu Farabi mereka juga mempelajari hal ini dan banyak mengeluarkan buku yang cukup rumit kalau dipelajari orang awam.
Quote:
Dan pada akhirnya dalam bukunya munqid addalal al gazhali menyampaikan bahwa,
"Orang - orang yang masih sangat lemah imannya (awam) jangan pernah dikasih tahu tentang gagasan ini ( filsafat, kalam, tasawuf)". Makanya al ghazali membuat dua buku yang kedua - duanya bertentangan yaitu ihya ulumudin untuk kalangan awam sangat terkenal di indonesia dan sangat tebal. Dan untuk kalangan terbatas adalah miskat al anwar tafsir surat annur dan sangat tipis tapi pecah sekali bagi kalangan tasawuf falsafi.
Sumber kutipan https://www.kompasiana.com/nelivera9...&page_images=1
Dan pada akhirnya dalam bukunya munqid addalal al gazhali menyampaikan bahwa,
"Orang - orang yang masih sangat lemah imannya (awam) jangan pernah dikasih tahu tentang gagasan ini ( filsafat, kalam, tasawuf)". Makanya al ghazali membuat dua buku yang kedua - duanya bertentangan yaitu ihya ulumudin untuk kalangan awam sangat terkenal di indonesia dan sangat tebal. Dan untuk kalangan terbatas adalah miskat al anwar tafsir surat annur dan sangat tipis tapi pecah sekali bagi kalangan tasawuf falsafi.
Sumber kutipan https://www.kompasiana.com/nelivera9...&page_images=1

Itulah uniknya khasanah dari para orang yang berilmu, setidaknya jadikan hal ini sebagai bagian dari ilmu. Inti dari semua ilmu tujuannya adalah berbuat baik, bila ada ilmu yang digunakan untuk sebaliknya maka yang datang kehancuran.
Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.


"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2022
referensi : klik, klik, klik, klik
Pic : google



