Di sini, di dunia, berbagai keadaan terjadi. Keadaan yang aneh, menyenangkan, menyedihkan, menjengkelkan, dan sebagainya. Keadaan tersebutlah yang menimpa kepada manusia sebagai pemeran di dunia. Di dunia, pernahkah kalian menginginkan sesuatu atau impian? Tentu, iya. Karena manusia memang dasarnya memiliki nafsu/keinginan. Lalu, pernahkah kalian merasa seperti dikecewakan dengan keadaan? Kadang terlintas dipikiran, apa dunia sedang bercanda? Ketika ada seseorang yang memiliki keinginan untuk masuk jurusan IPS tapi dia malah mendapat bagian masuk IPA. Ketika sudah berusaha menerima ditempatkan di kelas IPA dan akhirnya menemukan kesukaannya pada pelajaran Biologi, ketika itu pula malah hanya diberi kesempatan untuk masuk ke jurusan Geografi seusai lulus SMA. Ada lagi, ketika melamar sebagai pendidik di SMA malah ditempatkan di tingkat SMP. Ketika sudah menyukai dan nyaman di SMP tersebut, malah dipindahkan untuk mendidik di SMA.

Kita berkeinginan, yang terjadi malah yang tidak diinginkan. Ketika sudah mencoba menerima dan nyaman dengan hal yang sebelumnya tidak diinginkan, malah diberikan kesempatan untuk keinginan awal. Membingungkan, ya. Mengapa hal tersebut terjadi? Apa karena keinginan awal itu terdapat unsur ambisi? Hm, bisa saja ada unsur ambisinya. Ambisi merupakan keinginan yang besar untuk mencapai sesuatu. Selain kejadian di atas, tentu dari kalian juga pernah merasakan. Nyatanya, tak jarang keinginan besar terlebih orientasinya pada keinginan dunia, maka keinginan tersebut malah menjauh. Pun sebaiknya, ketika kita menginginkan sesuatu namun tidak begitu ambisi malah bisa mendekat tanpa kita mengejar.

Selain ambisi, kejadian tersebut mungkin ada yang berpikiran sebagai suatu ujian. Tentunya ujian hidup, ya, bukan ujian tes.Ujian hidup merupakan suatu cobaan dari sang Pencipta yang ditujukan kepada hamba-Nya untuk menguji kualitas diri. Yup, diuji sebagai bentuk pengajaran untuk berusaha, berserah, dan bersabar terhadap keadaan. Secara tidak langsung, memang tujuan dari ujian itu untuk mengetahui kualitas manusia terhadap sang Pencipta. 

Ya, bukan karena dunia sedang bercanda. Memang ini kehidupan dunia. Dunia, tempat kita hidup, menyiapkan berbagai keadaan. Dengan itu kita menjadi tahu, ada baiknya terhadap sesuatu tidak dengan ambisi. Kalaupun tidak ambisi dan terjadi hal seperti yang disebutkan di awal, tentu kalian tahu menyikapinya. Berusaha menerima atau menolak yang diinginkan menjadi langkah awal. Lalu, berserah turut mengiringi setelah usaha. Jika yang terjadi di luar keinginan, berarti kesabaran yang perlu diterapkan. Kalian tentu sudah tahu, sudah kerap hal ini dikatakan. Apa yang kalian inginkan, belum tentu yang kalian butuhkan, sang Pencipta jauh lebih mengatahui apa yang kamu butuhkan daripada yang diinginkan. Kun Fayakun, tentu sudah semestinya mudah bagi sang Pencipta memberikan semuanya untukmu. Jika belum terjadi atau tidak, hal itu berarti baik untukmu. Semangat untuk kita, demi berjuang hidup \^o^/. Meskipun tak mudah, semuanya akan terlewati. Kita merasa bahagia karena kita tahu rasanya pedih.