Menghadiri Undangan
Sabtu malam, jika biasanya Jean hanya rebahan atau maraton drama korea, malam ini sedikit berbeda. Karena dia harus menghadiri undangan pernikahan teman SMA nya. Sebenarnya ia agak malas menghadiri acara ini, tapi sayangnya cuaca cerah dan dia sudah janji akan datang bersama temannya yang lain. Selain itu, ini adalah pernikahan yang paling ditunggu-tunggu satu angkatan SMA nya karena yang menikah adalah Robi dan Salva si mantan ketua osis dan sekertaris nya. Mereka berpacaran sejak kelas sebelas dan menjadi couple goals pada jamannya. Dulu banyak yang bilang, jika mereka tidak akan sampai ke jenjang pernikahan, tapi Robi dan Salva bisa membuktikan pada kita semua. Mereka menikah setelah tujuh tahun lamanya berpacaran. Salva pernah bercerita jika Robi adalah cinta pertamanya, dan kini mungkin Robi juga akan menjadi cinta terakhir teman sekelasnya itu.
Jean tersenyum getir, dia sudah sering mendengar atau membaca cerita cinta pertama orang-orang yang berakhir bahagia dan indah. Tapi kisah cinta pertamanya sangat mengenaskan, bahkan dia tidak yakin jika laki-laki itu mengetahui perasaanya.
“ Je, je… bisa-bisanya lo gak bisa move on sama orang yang bahkan tau perasaan lo ke dia aja enggak.” Jean meluruhkan badannya pada kursi rias yang ia duduki. Lalu menatap pantulan wajahnya yang baru di olesi foundation. “ Pernah ketemu lagi aja enggak, chattingan enggak, bahkan ngesave nomor hp lo aja enggak. “ Jean merutuki dirinya sendiri, entah kenapa air matanya tiba-tiba menetes.
Dering telfon dari hapenya membuat ia tersadar lalu mengangkat telfon dari Naya, sahabatnya sejak SMA “ Halo Nay.. “
“ Je, lo jadi bareng kan? “ tanya Naya dari ujung telepon.
“ Iya, ini lagi siap-siap Nay. “
“ Oke kalo gitu nanti dijemput ya, si Adi bawa mobil. Bareng sama Hao sama Winda juga ntar.. “ jelas Naya, Jean mengangguk meski tau Naya tidak bisa melihatnya. “ Yaudah gue mau lanjut make up nih, dahh.. “ Naya langsung menutup teleponnya sebelum Je sempat menjawab. Ya, itulah kebiasaan Naya yang suka seenaknya.
Setelah selesai make up dan memakai baju yang pas untuk menghadiri pernikahan Robi dan Salva, Je memutuskan untuk menunggu teman-temannya di teras rumah. Ia lebih dulu berpamitan pada ibunya yang sedang berada didapur, lalu dia berpamitan pada ayahnya yang sedang menerima tamu di ruang depan. Dia tersenyum dan mengangguk kecil pada tamu yang tengah duduk di depan ayahnya.
“ Yah, ... “
“ Mau kemana mba? “ tanya ayah ketika Jean menyalami tangannya.
“ Ke nikahan temen SMA yah, sama Naya dan yang lainnya, mereka nanti jemput. “
Ayah mengangguk, “ Yaudah, hati-hati. Jangan pulang malam-malam ya…”
“ Siap, aku mau tunggu di depan ya.. “ Ayah hanya mengangguk lagi.
Jean kembali tersenyum sopan pada tamu ayahnya sebelum berjalan ke teras, tak lama mobil yang dikendarai oleh Adi muncul. Mereka pun langsung berangkat menuju gedung tempat acara pernikahan.
Selama perjalanan mereka saling bertanya kabar dan mengobrol ringan karena sudah lama tak bertemu. Saat kelas sebelas sampai dua belas mereka berlima dan juga Salva teman satu kelas. Sama seperti Jean, diantara Adi, Hao, Winda dan Naya belum ada yang menikah. Padahal, tahun ini mereka akan berusia 25 tahun, usia yang kata orang sudah pas untuk menikah. Banyak juga teman-teman SMA mereka yang lain yang sudah menikah sebelum usia 25. Yang Jean tahu, Adi sudah punya pacar. Tapi entah kenapa, beberapa minggu ini cowok itu selalu membuat story-story galau. Winda juga sudah punya pacar, tapi dia ldr karena pacarnya kerja di luar pulau, jadilah dia ikut kondangan rombongan Naya. Hao dan Naya sama- sama masih dalam tahap cari pacar. Sementara Jean sendiri, masih belum move on dari ‘someone I can’t have’ nya. Duh, sangat mengerikan.
Sesampainya digedung acara, suasana sudah sangat ramai, mendadak acara pernikahan Robi dan Salva menjadi acara reuni dadakan, karena banyak teman seangkatannya yang hadir. Ada yang hadir bersama anak atau pasangannya bagi yang sudah menikah, ada juga yang membawa pacar atau calon, atau bersama teman-temannya seperti Jean karean tidak punya gandingan alias jomblo eh single.
Setelah mengantri untuk bersalaman, akhirnya rombongan Jean sampai di panggung pelaminan.
“ Salva, Robi… selamat ya, “ ucap Naya yang berada diurutan paling depan, kemudian mereka bersalaman diikuti yang lain dibelakangnya.
Winda yang ada dibelakang Naya melanjutkan. “ Selamat ya guys, doain gue bisa cepet nyusul hehe.. “ Serentak semua mengamini ucapan Winda.
“ Selamat bro, gila setelah sekian tahun lamanya, iya kan Di.. ” kata Hao lalu merangkul Robi diikuti Adi setelahnya.
“ Jujur, salut banget gue, 7 tahun loh. Apalah gue yang belom ada setaun diselingkuhin… “ curhatnya.
Mendengar curhatan Adi mereka tertawa, “ Haha, gausah curhat gitu dong Di, pantesan aja story lo galau mulu yaa.. “ kata Winda menanggapi.
“ Selamat ya Salva dan Robi… ikut seneng liat kalian berdua. ”
“ Tengkyu ya Je, dan yang lain juga udah mau nyempetin dateng. ” ucap Salva yang terlihat sangat cantik menggunakan kebaya berwarna putih.
“ Harus dateng lah, masa nikahannya mantan ketua osis ga pada dateng sih…” timpal suaminya.
Sejak satu bulan lalu Robi sudah membagikan undangan via whattshap ke grup angkatan mereka, bahkan Robi selalu mengingatkan setiap minggu. Sejak senin kemarin dia selalu meneror grup angkatan dan menyuruh agar kita semua bisa hadir.
Saat memilih makanan, mata Jean sempat melirik ke arah sekitarnya berharap bisa melihat seseorang yang sempat ia tangisi tadi. Tapi sepertinya mereka memang tidak ditakdirkan untuk bertemu, karena ia tidak melihat orang yang ia cari.
Setelah mendapatkan semangkok soto ayam, Jean duduk di tempat yang masih kosong, Naya dan Winda masih mengambil makanan sementara Adi dan Hao memilih bergabung dengan anak laki-laki yang lain.
“ Hai.. “ Bahu Jean menegang mendengar suara yang sudah sangat ia hafal, bahkan suara musik yang ada tidak membuat suara itu tenggelam.
Inikan suara, dia dateng? Batinnya. Di telinga Jean suara itu teramat jelas dan berasal dari belakang punggungnya. Apakah orang yang ia cari ada disini? Apakah mereka bertemu setelah sekian lama? Dengan secepat kilat ia memutar wajahnya ke arah belakangnya.
“ Ck, bangke lo, taiii…. “ umpatan dari orang yang duduk di belakang meja Jean yang ternyata Wisnu membuat kekehan suara orang yang ia cari terdengar. “ Sorry sorry, gue nggak bisa dateng. Lagi ribet banget kerjaan. “
Ternyata orang yang ia cari tidak bisa hadir dan suara itu berasal dari hape Wisnu yang sedang melakukan panggilan video.
“ Guys, si kampret nih, dia yang ngomporin suruh dateng eh malah dia yang mangkir. “ Tiga orang cowok yang Jean tahu bernama Sandi, Bagas dan Ucok mendekat ke arah Wisnu. Mereka melemparkan umpatan pada orang yang ada di panggilan video itu yang hanya direspon dengan kekehan dan ucapan maaf.
“Hahaha, iya maafkan saya wahai sahabat-sahabatku yang baik hati. Kalo gue balik ketemuan deh kita. “
“ Ah hoaks lu, so sibuk banget… “ Ucap Bagas tak percaya.
Jean berhenti makan dan memilih fokus mendengar suara dari obrolan someone I can’t have nya bersama teman satu gengnya sejak SMA dulu. Jujur dia kecewa karena orang itu tidak dating, tapi dengan mendengar suaranya saja dia scukup senang.
“ Beneran elah, eh mana nih yang punya hajat. Mau kasih selamat nih..“
“ Bentar, Robi! “ Wisnu memanggil Robi yang sedang berdiri agak jauh dari tempat mereka duduk, “ Si Argi nihhh… “ teriaknya lagi, kemudian Wisnu berdiri sambil membawa hapenya dan berjalan menghampiri Robi, menjauh dari tempat duduk Jean.
Yahhh, jangan pergi dong Nu! gak bisa nguping nih. Batinnya lagi. Mata Jean mengikuti kearah Wisnu berjalan, ia sedikit kecewa karena tidak bisa mendengar suara orang yang sudah menempati hatinya sejak beberapa tahun silam.
Laki-laki itu bernama Argi, Risyardhi Argiawan Hernanto. Cinta pertamanya, orang yang ia sukai sejak awal kelas satu SMA bahkan sampai saat ini.
***