Quote:DISCLAIMER !!! DISINI SAYA TIDAK MENYUDUTKAN ATAU MEMIHAK SIAPAPUN. SEMUA INI BERDASARKAN APA YANG SEBENARNYA TERJADI DENGAN SEDIKIT PENGUBAHAN AGAR LEBIH NYAMAN UNTUK SEMUA PIHAK.
JADI DIMOHON KEBIJAKSANAANNYA DALAM MEMBACA CERITA INI
Peristiwa ini terjadi sekitar awal tahun 2014, saat itu sepertinya aku masih kelas 10 SMA (sepertinya loh, karena jujur aku lupa-lupa ingat lebih tepatnya).
Sepulang sekolah, Bapak mengajakku ke konter hp yang letaknya ada di pinggir jalan raya dekat jalanan menuju desa . Waktu itu hp ku tidak bisa terselamatkan setelah terjatuh dari ketinggian lantai 2 rumah tetangga dan akhirnya berenang bebas di dalam kubangan air selokan akibat kecerobohan dari mas fadil yang saat itu meminjamnya untuk bermain game pou.
Bapak menyuruhku memilih hp yang harganya terjangkau karena saat itu bapak tidak punya uang lebih (lebih tepatnya karena kepepet).
"nduk, tumbas yang biasa saja nggeh? pokoknya bisa buat nelfon" ucap bapak.
"tapi aku pengen tumbas blackberry kayak punya teman--temanku, pak" kataku memelas beharap bapak mau membelikanku gawai seperti milik teman-temanku kala itu.
"waduh dek, timbang beli bb mending ini aja" sahut mas-mas penjaga konter sembari menyodorkan hp smarfren yang saat itu sudah android "iki yo bisa dipake bbm.an, enak ini juga paketannya murah" sambungnya.
Aku saat itu hanya bisa pasrah karena aku kasihan liat bapak yang membuka isi dompetnya yang sedikit.
"nanti kalau bapak punya duit lebih tak tumbasno kayak teman-temanmu, sementara ini sek nggeh" ucap bapak meyakinkan "wes ini aja mas, sampeyan bungkus" kata bapak pada mas penjaga konter.
Penjaga konter itu langsung membuat nota dan membungkus hpnya kedalam dus dan tas souvenir khas konter hp.
Karena terlihat terburu-buru, aku langsung mengajak bapak pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, bapak tidak langsung turun tapi bergegas ke rumah pak lurah untuk membicarakan suatu hal.
"jangan lupa kata masnya tadi, hpnya di ces dulu baru dinyalakan. nanti kalau ketemu fadhil tak suruh pulang ben sampeyan gak bingung nyalain hpnya" sabda bapak sebelum pergi.
Aku hanya mengangguk lalu masuk kedalam rumah tanpa menanyakan tujuan bapak.
Setelah mengecharge hp, aku mandi dan kemudian sholat ashar karena tidak sempat sholat di sekolah.
Terdengar suara motor mas fadhil dari teras rumah, yah seperti biasa dia meledekku tanpa merasa bersalah.
"cie nganyari hp...."
Aku hanya cemberut sembari memikirkan hp Blackberry tadi, yang walaupun sudah second tapi terlihat masih bagus.
"kalau sudah full sini tak benerin"
Akupun masuk kamar melihat hpku yang ternyata sudah terisi penuh lalu memberikannya pada mas fadhil dan kemudian mas fadhil menganyari hpku.
"dek, sampeyan gak tau tah kalau bu endang dilaporkan ke polisi?" mas fadil kini memulai perghibahan duniawi.
"loh kenapa emangnya mas?" tanyaku penasaran
"ituloh istri mudanya Pak Fuad gak terima kalau rumahnya yang sini buat Bu endang, lah kan padahal wes ada bagiannya sendiri-sendiri, malah orangnya bikin laporan katanya Bu Endang nyuri sertifikat rumah. lak yo wong gak jelas kalau di pikir-pikir" Jelas mas fadhil.
"lah yak opo seh mas? kan lak ini rumahnya sendiri kok malah dibilang nyuri?" Jawabku yang masih bingung dengan cerita ini.
"makannya bapak ngurusin biar gak makin parah, kan kasihan Bu Endang nanti kalau masuk penjara gara-gara perkara gak jelas ini" sambung mas fadhil yang telihat sudah membuat handphoneku bisa digunakan.
---------------------------------------------BERSAMBUNG-----------------------------------------------------------