• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Perangkap Festival Belanja Online dengan Nudge, Nyeselnya Baru Belakangan

KokonataAvatar border
TS
Kokonata
Perangkap Festival Belanja Online dengan Nudge, Nyeselnya Baru Belakangan

Festival belanja online marak beberapa tahun terakhir. Di masa pandemi, kegiatannya tambah meriah. Promosi besar-besaran dilakukan oleh beberapa marketplace besar. Mulai dari pasang iklan di televisi, sampai mengadakan pertujukan dengan bintang tamu artis Korea.
 
Iklan dan promosi itu menimbulkan kesadaran akan adanya festival belanja. Selanjutnya beberapa perangkap terpasang di aplikasi. Agan dan Sista seringkali masuk dalam perangkap tanpa menyadarinya
 
Perangkap dengan Nudge
 
Pemenang nobel Prof. Richard Thaler memperkenalkan istilah nudge dalam bukunyaNudge terbit tahun 2008. Nudge merupakan metode untuk memengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan konsumen. Hanya menggunakan sedikit rekayasa, orang akan melakukan tindakan tertentu tanpa paksaan atau himbaun.
 
Contohnya begini, kita tahu salad lebih sehat daripada makanan goreng. Namun kita tetap saja suka makanan goreng. Untuk menyentuh alam bawah sadar orang tentang itu, maka dalam satu meja hidangan, salad diatur lebih mudah dan dekat barisan antrian daripada gorengan. Orang cenderung akan memilih salad daripada gorengan yang jauh dari jangkauan tangan.
 
Metode nudge inilah yang dipakai pemasar saat festival belanja online. Apa saja? Berikut paparannya.
 
 
1. Diskon berbatas waktu: flash sale, diskon cuma hari ini, stok terbatas!
 
Cara ini ada di semua marketplace. Akibatnya kita kalap belanja produk yang sebenarnya nggak butuh-butuh amat. Cuma karena ada info produk tersebut akan segera habis, diskon terbatas oleh waktu, jumlahnya sedikit, maka kita jadi membelinya.
 
Marketplace berusaha untuk mengajak konsumen belanja sebanyaknya dengan diskon besar-besaran satu hari. Bahkan beberapa diskon dibatasi hanya dalam hitungan jam atau menit. Jadilah Agan dan Sista buru-buru borong.
 


2. FOMO: ikut-ikutan belanja yang banyak dibeli orang
 
Dalam keseharian, seringkali kita ikut-ikutan masuk dan makan di warung yang ramai. Karena kita tidak tahu, kita sering berasumsi kalau banyak pengunjungannya pastilah enak. Padahal belum tentu.
 
Inilah bentuk dari kekacauan nalar yang bernama social proof. Istilah anak zaman now FOMO (Fear Of Missing Out). Takut banget kehilangan momen, jadilah ikut-ikutan.
 
Di marketplace, wujudnya adalah kategori barang terpopuler yang paling banyak dibeli. Hampir semua barang ada semacam angka telah terjual berapa banyak. Ada juga yang sengaja pasang banner: produk ini sudah terjual 1.000 item. Tanpa periksa lagi testimoni orang yang sudah beli, kita jadi ikut-ikutan membeli saja.
 

3. Default Effect, terbawa suasana orang-orang yang kalap belanja
 
Orang yang sudah belanja posting di medsos. Tanggapannya banyak. Kita yang melihat jadi terbawa suasana, ingin ikut-ikutan tren belanja pada momen festival belanja. Supaya kekinian, seperti orang kebanyakan.
 
Beberapa orang tanpa sadar mengambil tabungan atau melepas keinginannya terhadap sesuatu yang lebih penting. Pokoknya belanja saja seperti orang-orang kayah ituh. Keesokan harinya baru nyesel deh.

 

Gimana Gan Sis? Kejadian nggak sama Agan dan Sista. Semoga kalau sudah kejadian tetap waras, ya.



Sumber  123
Foto dari Freepik.com
Diubah oleh Kokonata 11-12-2021 23:35
screamo37Avatar border
knightaddeAvatar border
mashbrowAvatar border
mashbrow dan 31 lainnya memberi reputasi
32
7.3K
150
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.