- Beranda
- Stories from the Heart
Hide And Peek
...
TS
randyw31
Hide And Peek
Quote:
Prolog
"Kadang-kadang Tuhan memberi kebahagiaan atas sebuah pengharapan,
Namun ada kalanya Tuhan juga tak memberi jawaban apapun dan membiarkan kita tenggelam dalam muara imajinasi bernama kenyataan.."
Namun ada kalanya Tuhan juga tak memberi jawaban apapun dan membiarkan kita tenggelam dalam muara imajinasi bernama kenyataan.."
"Cie, yang besok ultah.. Umur berapa besok? 30?"
"Enak aja lu.. Emang gue kelihatan kaya tante-tante gitu?"
"Ngga, sih. Tapi kaya emak-emak.. Hahaha" And then she threw me with her wet towel.
"Damn, ini handuk bau keringet lu gini main dilempar aja ke gue..? Jorok banget lu."
"Heh, lu mau gue lempar pake sepatu aja? Mau? Ngga kan? Ya udah, ga usah banyak omong. Mending lu pijetin kaki gue aja, pegel nih habis lari-lari.."
Yaelah, ujung-ujungnya gue jadi tukang pijit. Tapi kalo buat Della boleh, lah. Hehehe. Maka jadilah gue tukang pijit dadakan. Sekilas gue liat ekspresi Della, kayanya keenakan banget sampai merem-merem gitu. Mungkin karena cape. Biasanya kalo dia lari, ya minimal 10 Km lah. Kalo gue intip Strava dia, malahan bisa sampe di atas 20 Km kalo weekend.
"Del, ikut gue yuk? Gue pengen fotoin lu.."
"Mmmh.. Gratis atau bayar neh?" Sahutnya ogah-ogahan sambil tetap memejamkan mata.
"Gratis.."
Della sontak mendekatkan wajahnya sambil tersenyum lebaaaar banget. Gue udah hapal. Pasti ada maunya.
"Gratis? Hehehe.. Bener ya? Lu lagi sadar kan ini? Ya udah, gue ajak temen boleh ga?"
"Siapa?"
"Ada deh, kepo banget sih lu? Ikhlas ga?"
Nih anak, ditanya baik-baik malah judes banget jawabnya. Emang kampret!
"Kalo ga ikhlas, gue juga ga nawarin lu kali.."
Maka kami putuskan untuk berangkat ke sebuah cafe yang desain nya memang aesthetic banget. Cocok lah buat sesi foto. Cafenya emang bagus sih, cuma sayang, bagi gue menunya mahal-mahal padahal rasanya biasa aja. Tapi yah, karena udah gue niatin kasih kado sesi foto to the Birthday Girl, gue iya-in aja.
Tok tok tok.. "Woe Don, buruan.. Gue uda laper neh."
Oh yes, we're living in the same place. Tepatnya kost campur. Soal gimana pertemuan kami, kayanya ga perlu diceritain lah ya? Ngga ada spesialnya kok. Hanya mahasiswa di kampus yang sama yang kebetulan ada di jurusan yang sama dan tinggal di kost yang sama.
"Iya, iya, sabar Bu.." Jawab gue sambil membuka pintu.
"Hai, Don.. Kenalin ini Darrel. Uda siap lu? Berangkat sekarang yuk?"
Okay.. I'm lost, and I need a few seconds to come back to my senses.
"Oh, hai. Gue Donny" Kata gue sambil tersenyum dan menjabat tangannya.
"Darrel.." Balasnya.
Tadinya gue pikir bakal berdua aja ama Della. Ternyata dia bawa bodyguard. It's okay, Don. Breathe.. Just breathe slowly and let it all go. Gue ambil tas kamera, mengunci kamar dan mengikuti mereka turun ke mobil Darrel.
Woooah, a Baby Benz, guys. Gue ga tau pasti ini tipe apa. Kayanya sih, C class. But still, come on, this is a Baby Benz guys.. Mobil idaman gue dari kecil. Akhirnya, kali ini gue bakal tau gimana rasanya duduk di sebuah Mercedes Benz.
Sewaktu gue mau masuk membuka mobil, suddenly my head hurts. I mean, it so goddamn hurts like hell! Gue ga pernah ngalamin ini sebelumnya.
Apa gue salah makan? Atau mungkin gue salah minum baygon di kamar tadi? Tapi kayanya ga mungkin lah ya. Apapun penyebabnya, yang jelas kepala gue sakit banget kaya mau pecah. Dan kayanya kaki gue uda ga sanggup berdiri tegak. Gue ambruk di tempat.
"Don.. Don.. Lu kenapa? Muka lu pucat banget" Samar-samar gue bisa lihat Della keluar dari mobil dan menghampiri gue. Raut wajahnya terlihat panik.
"Lu kenape, Bro? Tadi gue lihat lu tiba-tiba ambruk gitu.? Tanya Darrel sambil membantu gue duduk. "Lu ga kenapa-kenapa kan? Ada yang luka?"
Kampret, make nanya lagi. Ya jelas, lah gue kenapa-kenapa. Walau gue juga ga tau tepatnya kenapa.
"Ngga, cuma tadi tiba-tiba kepala pusing banget, kaya gelap gitu." Jawab gue sambil memegangi kepala. "Wah, Del, Darrel, sorry, kayanya gue ga bisa ikut nih. Padahal gue uda janji.."
"Ya udah, ga usah dipikirin dulu lah. Lu sakit? Mau dianter ke dokter?"
Oh, yes, please take care of me, Del. "Ngga usah, gue di kamar aja lah istirahat. Mungkin darah rendah kali ya?"
Tapi gue ga inget pernah punya darah rendah, sih.
Akhirnya mereka berdua bantu gue untuk balik ke kamar. Kebetulan di dekat Kost kami ada Apotek kecil. Della masih menyempatkan untuk beli vitamin dan obat pusing buat gue. Sementara Darrel dia minta untuk bungkusin makanan di warung seberang kost. Setelah semua selesai, baru mereka berdua pamit pergi.
Gue masih terkapar di ranjang gue. Rasa sakit yang masih tersisa, sekarang makin menjadi-jadi. Penglihatan gue makin kabur dan semua terasa makin gelap.
Gue terhentak kaget. Gue rasa gue sempat tak sadarkan diri. Gue butuh waktu untuk menghimpun tenaga karena kepala gue masih terasa sakit.. Anyway, what was that? Mimpi? But it felt too real for a dream. Gue ambil HP gue dan buru-buru menghubungi Della
Pesan di Whatsapp masih menunjukkan centang dua. Karena tak sabar, gue telpon aja Della. Sekali, dua kali, masih belum ada jawaban. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya telepon gue diangkat.
"Del, lu di mana? Everything's alright?"
Tak ada jawaban. Yang ada hanya suara tangisan Della.
"Del..? Kok nangis? Lu kenapa?"
Tangisan Della makin keras.
"Don.." Suaranya parau, dan terus menangis.
"Umm, Della, are you okay..?" Gue dengar dia berusaha mengatur napasnya di ujung sana. "Del, talk to me.. Where are you?"
Dengan suaranya yang masih sesenggukkan, dia menjawab, "Gue di rumah Sakit Persada, Don.
What? Rumah sakit? Perasaan gue semakin tidak enak.
"Rumah sakit? Kenapa Del?"
Cukup lama sampai Della menjawab pertanyaan gue.
"Kecelakaan Don. Tabrakan. Tadi pas on the way ke cafe.. Darrel masuk IGD. Kata dokter kondisinya parah dan kemungkinan kecil bisa selamat."
"HAH..? Serius lu? Oke, gue ke sana sekarang.."
Sewaktu gue sampai di pintu IGD, gue lihat Della dalam kondisi yang sangat menyedihkan. Terlihat sangat gelisah dan tubuhnya penuh lecet di sana-sini. Sepertinya ada beberapa bagian tubuhnya yang memar juga.
"Del, gimana kondisinya?"
Melihat gue menghampirinya, tangisan Della meledak lagi. Dan apapun yang gue katakan, tak mampu meredamnya.
Beberapa kali kepalan tangannya dipukulkan ke badan gue sekencang-kencangnya sambil meraung. I know, most likely, the worst possible thing just happened.
RIP Darrel, 04 April 2000 - 25 June 2021
Diubah oleh randyw31 07-12-2021 15:24
bukhorigan memberi reputasi
1
930
Kutip
4
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.5KThread•41.6KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru