Emosi atau marah memang sifat alamiah dari manusia. Orang jadi marah karena suatu hal itu wajar. Justru kalau ada manusia yang gak punya emosi itu yang perlu dipertanyakan kewarasannya. Meski begitu, marah adalah salah satu emosional yang masih bisa di manajemen dengan cara di bendung sama emosional satu nya yaitu sabar. Kesal, marah, mau meluapkan emosi tersebut, tapi masih bisa ditahan oleh kesabaran.

Itu baru bagus. Karena apapun masalah nya, sebagaiman pun bikin emosi nya sesuatu hal, tetap ada jalan keluarnya. Tapi itu sifatnya optional aja. Karena gak jarang personal tetap menyelesaikan dengan luapan kemarahan. Gal semua orang bisa sabar. Adakalanya menyelesaikan masalah dengan baku hantam hehe. Seperti kasus beberapa hari yang lalu, yang terjadi antara anggota polisi dan TNI.



Oknum TNI vs polisi di Ambon, Maluku, belum lama ini terlibat perkelahian yang rekaman videonya kemudian viral di jagat maya. Keributan TNI vs polisi tersebut terjadi tepat di depan Pos Lantas Mutiara Mardika Ambon. Cekcok kedua belah pihak pun tidak dapat dihendari lantaran tersulut emosi, yang pada akhirnya berujung adu jotos.

Yah namanya juga manusia ya gaes. Gak polisi gak TNI mereka juga bisa marah. Karena mereka juga manusia biasa. Kalau akhirnya baku hantam itu wajar. Tapi sebelum mewajarkan sesuatu, kita juga perlu melihat dulu nih alasan apa sampai mereka baku hantam. Kalau masih karena sesuatu yang logis oke lah ya. Tapi kalau sesuatu yang gak logis, atau bahkan melanggar norma yang mereka pegang itu baru salah.

Soalnya berdasarkan berita yang ane baca di indosport.com, alasan mereka baku hantam itu awalnya karena ada warga yang ditilang pak polisi setelah melanggar lalu lintas. Nah warga ini punya kenalan TNI. Datanglah anggota TNI ini kesitu. Mungkin karena lobi lobi, bincang-bincang gak dapat "jalan pintas", akhirnya baku hantam lah mereka.

Dari situ agan sista sekalian bisa melihat dari kacamata masing-masing ya. Yang mana benar dan salah bisa dong membedakannya sendiri. Ane pribadi nih, kalau ane di posisi pak polisi juga bakal bertindak tegas. Pelanggar lalu lintas patut mendapatkan hukuman atau sanksi sesuai pelanggaran nya. Gak ngurus dia anak siapa, dia saudara siapa. Kalau memang salah ya tindak.

Kalau dari posisi pak TNI nya, mungkin maksudnya bisa minta pengurangan sanksi. Tapi gak benar juga kalau membela pihak yang salah. Aturan ya aturan. Betul gak? Ane nih kalau ane punya kewenangan di kepolisian, terus saudara ane salah, ya ane serahin ke hukum dan undang-undang. Bukan malah undang-undang mengikuti siapa yang punya saudara siapa. Terserah ane mau dibilang apatisme atau apa itu.





Selain kasus itu, dulu kita masih ingat ada kasus kelahi antara polisi dan TNI di bandara karena yang satu ngerokok dan yang satu negur. Gak terima, cekcok lalu baku hantam. Bahkan dulu juga ada kasus anggota polisi dan TNI , cekcok berakhir baku tembak. Ngeri gak tuh. Bukannya apa-apa ya cuma ngeri aja hehe. Degradasi mutu aparatur negara? Gak tau juga karena gak bisa disimpulkan karena itu terjadi pada oknum-oknum aja. Semoga aja memang oknum yang benar-benar oknum ya.

Terlepas dari kasus-kasus itu ya gaes, perkelahian antara oknum anggota polisi dan TNI memang bukan sekali dua kali terjadi. Banyak kasus terjadi kesalahpahaman, cekcok lalu berkelahi. Memang emosi terkadang susah ditahan. Tapi bukankah setiap masalah ada jalan keluarnya? Kenapa harus baku hantam? Kan bisa diselesaikan dengan baik-baik. Apalagi bapak-bapak sekalian kan pengayom masyarakat.

Oke segitu dulu untuk thread ane kali ini, thread ini sifatnya entertainment yang bersumber dari keresahan ane di sosial media aja ya gan. Gak ada manusia yang sempurna kan? Kalau kurang informatif ya tolong dimaklumi. Kalau menyinggung ya mohon maaf. Terimakasih udah baca. Jumpa lagi di thread ane selanjutnya.

Referensi: Opini pribadi & Googling
Sumber gambar: Tertera
@abdulqadirz©2021