rsmembumi
TS
rsmembumi
PENYAIR MALAM
Oleh: Rusydi Salahuddin (rsmembumi)

Anak desa yang mencoba keberuntungan dengan tekad dan keyakinan untuk mengukur sejauh mana kreativitas dan cara bersiasat dapat dibuktikan dengan karya. Tak mudah bagiku. Aku bukan siapa-siapa. Aku bukan dari golongan Tuan Takur yang bergelimang harta ataupun tanah lebih dari seribu hektar.

Aku udin, aku lahir di desa yang konon namanya (nama desa) macam kebarat-baratan. Ciamik bukan? Romakamal, ialah nama desa yang menampungku dari usia saat aku belum bisa ngomong sampai aku bisa ngomong masalah ideologi, konsep dasar sosial-budaya bahkan sampai anggun ataupun luwes ngomongin bejatnya etika kolongmerat berdasi yang dengan lugasnya mencabut sawit ataupun menanami besi-besi kokoh untuk dijadikan gedung pencakar langit untuk dijual demi kepentingan pribadi maupun kepentingan parpolnya.

Oh iya, nama desaku bukan tercipta dan terinspirasi, serta terilhami dari kata Roma yang lain loh. Macam Roma sang pelantun lagu dangdut yang digemari dan mencandu masyarakat Indonesia pada umumnya. Juga bukan pula, (kue) Roma yang gurih nan asyik jika disantap bersanding dengan teh hangat kala sore sembari menikmati semolek gadis ber-rok pendek berwarna abu-abu yang tipis-tipis tersebul oleh angin dan membuat mata melotot sampai mulut bengong.

Laki-laki berambut kribo, berbadan kurus, namun tak sekurus jajanan bocah SD dengan pewarna warna-warni (mie lidi pedas) yang sering disantap bersama teman-teman di depan kelas saat jam istirahat tiba.

Ceritanya selepas selesai menuntaskan dua belas tahun belajar aku berkeinginan untuk belajar ke tingkat pendidikan lanjut. Pendidikan tinggi (perguruan tinggi) acap kali disebut orang pada umumnya. Aneh. Tapi bagiku inilah cerita yang kelak akan aku buat cerita berbasis cerpen, novel, tesis, puisi ataupun jenisnya. Ya, agar sedikit keren hidupku ini dan setidaknya meskipun aku belajar dua belas tahun sampai mengelupas bahkan mengapal tak sia-sia duit orangtuaku.

Aku mengagumi gadis semarang yang kini dia sudah dipinang dan beranak pinak. Dia saat itu, kawan satu perjuangan yang sama-sama berjuang bahkan kata orang kami adalah anak emas dari perwakilan provinsi Jawa Tengah. Teater/Drama ialah cabang dimana kami dipertemukan pada tahun 2014. Festival Lomba Seni Siswa tingkat Nasional (FLS2N) yang mana mempertemukan kami untuk maju / mewakili ke tingkat Nasional dan kebetulan Kota Semarang menjadi tuan rumah.

Kami dipertemukan dengan cara Tuhan yang maha asyik. Aku mengaguminya. Bagiku dia tak cantik-cantik amat, macam artis beken Nagita Slavina atau mungkin Vega Darwanti yang jauh lebih aduhai digemari ribuan emak-emak. Dian Ayuningtyas namanya. Ternya eh ternyata dia teman satu kelas kawan komunitasku saat berkesenian di fakultas. Riki namanya, bocah tengil tapi asyik. Dian, adalah alasanku untuk mendaftarkan diri ke perguruan tinggi IKIP Semarang kala orang dulu menyebutnya yang sekarang berganti nama menjadi Unnes. Jika kebanyakan orang bertanya, mengapa alasannya mengkehendaki untuk kuliah jauh-jauh ke Semarang. Aku jawab enteng aja, "karena Dian Ayuningtyas, gadis pribumi yang mencanduku untuk berkuliah di kota dengan kekhasan oleh-olehnya (lumpia) Kota Semarang".

Asyik betul pergulatan hidupku ini sampai-sampai aku jatuh cinta dan menemukan belahan jiwa wanita berasal dari Kota Wali (Kabupaten Demak). Gadis desa dengan kesederhanaannya yang memikat jiwaku ini. Sampai-sampai aku betah berlama-lama bersanding dengannya. Siti Mubarokah, atau "Simu" acap kali dia dipanggil. Entah mengapa dia menyematkan atau bahkan mengakronimkannamanya dengan kata "Simu" tatkala dia ditanya orang namanya siapa. Mungkin agar lebih mudah saja, karena nama Simu di Nusantara ini menjamur betul macam kembang mawar yang indah beraroma khas pemikat mata memandang. Tunggu! Simu bagiku, sumsum pemantik dalam menulisku, bahkan cover Buku Antologi Puisiku yang berjudul Savana Anak Bumi aku visualisasikan penuh kesakralan karena dia ialah bagian dari proses merancang, merangsang keliaran berfikir dan berkaryaku.
Salam!



Sumber: Potret Pribadi
Siti Mubarokah (Simu)


Sumber: Potret Pribadi
Visualisasi Cover Buku Antologi Puisi Karya Rusydi Salahuddin Berjudul "Savana Anak Bumi"

Kututup cerita malamku dengan diksi yang kutulis dengan jari manisku tepat dini hari menjelang subuh dan sembari menyambut ayam berkokok merdu.

Meramu Rindu
Oleh: Rusydi Salahuddin

Teringat akan rumus rindu
Terbesit gejolak tanda tanya
Tersketsa wajah lugumu
pada malam kala itu
tentang rasaku untukmu
: kasihku


Semarang, 7 April 2017

(kepada: Siti Mubarokah)


Semarang, 4 Desember 2021
Pukul, 00:45 WIB
arsipojanalbyabby91marwangroove920
marwangroove920 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.3K
6
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.