muthialaqilahAvatar border
TS
muthialaqilah
Saat Sedekah Membantu Kita Untuk Menemukan Tujuan Hidup
REZEKIMU, REZEKI MEREKA ♡
Oleh : Muthi Al-Aqilah




“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian hartamu yang telah Allah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.”
Q.S. Al-Hadid ayat 7.


Tuhan meniupkan ruh kepada sebuah tubuh dengan rencana yang sudah disusun secara menyeluruh. Jasad yang berawal dari segumpal daging pun perlahan berkembang dan tumbuh. Ia dititipkan kepada kedua orang tua yang sanggup merawatnya tanpa mengeluh. Hingga akhirnya, atas bimbingan Tuhannya—segumpal yang berakal, insan yang berperasaan, dan kelak memiliki kehidupan itu membentuk pribadi yang tak lagi lumpuh.

Dunia adalah tempat tinggal manusia untuk sementara. Peradabannya mengiringi langkah makhluk hidup untuk bereksistensi dan merasa ada. Manusia hadir di planet bumi ini bukan untuk selamanya. Hal-hal yang berkaitan dengan dunia membawa seseorang kepada nilai-nilai tersembunyi yang terus dicarinya. Manusia terus menerus mencari asa di dunia. Mati-matian untuk mencari makna atas kehidupannya. Berlarian ke sana kemari untuk mendapatkan bahagia. Menggali setiap hal untuk membuat diri puas dalam jangka waktu yang lama. Manusia berjuang untuk mengejar cita-cita, bermimpi menikah dengan pasangan tercinta, dan memiliki keluarga yang harmonis luar biasa.
Tak dapat dihindari, bahwa manusia pun memiliki sifat ketertarikan maupun keterikatan pada kekayaan.

Saat kebutuhan sudah terpenuhi, keinginan terbeli, tabungan tersimpan aman, dan investasi dimiliki—beberapa orang masih saja merasa tak cukup dan menjadi tidak sabaran. Harta milyaran seolah menjadi pegangan. Uang menjadi tangga naik turunnya derajat kesetaraan. Barang-barang indah bukan lagi untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Akan tetapi, menjadi jalan untuk berlomba-lomba dalam kemewahan.
Memang. Harta dapat menjadi motivasi dan modal utama seseorang agar berjuang. Harta pun senantiasa membuat kita semangat dalam memaksimalkan potensi, usaha dan kemampuan meraih segala peluang.

Manusia mandiri dilatih untuk berkorban demi sesuatu yang didambakan semua orang. Jaya, kaya, dan berada seolah menjadi modal agar terpandang.
Namun, perlu diketahui bahwa harta bukanlah tujuan utama. Pundi-pundi rupiah bukanlah segalanya. Harta pun mampu menjadi sumber kesengsaraan yang dibawanya. Melalui harta, seseorang bisa terjerumus dalam kemaksiatan dan melakukan dosa.

Harta memberikan kita dua pilihan dari banyak pilihan. Akankah harta menjadikan kita dermawan, atau kita malah tenggelam dalam keserakahan? Bisakah kita menderma kepada yang membutuhkan, atau menahannya hingga bertumpuklah segunung emas berkilauan? Mampukah kita untuk ikhlas memberi tanpa meminta balas budi, atau memberi dengan tangan kanan dan kamera digenggam di tangan kiri?

Islam mengajarkan umatnya untuk memanfaatkan harta dengan sebaik mungkin. Menyebarkan kebaikan agar kecintaan kepada sesama semakin erat terjalin. Saat saling mengasihi dan memberi, tidak perlu protes dan menggerutu dalam batin. Harta diperlakukan dengan bijak adalah jalan yang ditempuh para mukminin. Tidak baik ketika harta menjadi jembatan kesyirikan sehingga kita menjadi kaum musyrikin. Harta pun bukanlah jalan untuk menipu orang lain, jangan sampai karena harta kita dimasukkan ke dalam golongan munafiqin. Tujuan terbesar dari rezeki yang Tuhan sudah berikan akan dimaksimalkan dalam kemaslahatan semua muslimin.

Harta bisa menjadi fitnah. Cara merubahnya agar menjadi berkah adalah dengan bersedekah. Menumbuhkan rasa bahagia di hati orang lain akan menghindarkan diri dari musibah. Sedekah mengikis sifat egois dan serakah. Sehingga, hawa nafsu lambat laun akan kalah. Sedekah pun menjadi bukti bahwa kita sudah menjalankan amanah dari Sang Pemberi Rahmah. Jalinan kemanusiaan mampu terasah. Rasa syukur kian meningkat karena sering 'melihat ke bawah'. Sedekah menjadi sumber inspirasi dakwah dan mempererat ukhuwah. Ubahlah tujuan kita yang asalnya meraih sebanyak-banyaknya jumlah, menjadi memberi sebanyak-banyaknya faedah.
Berkhidmat untuk umat mengukuhkan niat suci yang kuat. Selain mendapat pahala, kita akan dipermudah saat sakarat, di akhirat selamat, Rasulullah memberi syafaat. Selain mempermudah dikabulnya hajat, berbagi akan membuat rezeki kian berlipat-lipat.

Namun, perlu dicatat bahwa jika sudah memberi, jangan lagi diingat-ingat. Jika terlanjur ria, segeralah bertaubat. Terus luruskan niat semata-mata hanya untuk meraih nikmat dunia dan akhirat.

Life purpose story, untuk apa hidup jika tidak ada itikad mengayomi. Sebaik-baiknya tujuan adalah dengan memuliakan diri. Harta digunakan untuk menyenangkan hati, berekreasi dan berekspresi. Namun, jika diberikan rezeki lebih, jangan lupa untuk senantiasa membantu dalam segi ekonomi dan kemurahan hati.

Banyak orang di luar sana yang mendambakan rezeki lebih agar dapat bersedekah tanpa memikirkan bagaimana biaya untuk makan nanti. Ada pula mereka yang merasa tidak enak karena selama ini tangannya selalu berada di bawah, ingin sekali merasakan tangan di atas untuk memberi. Banyak niat-niat lembut nan tulus untuk membantu, namun apalah daya mereka masih harus menolong dirinya sendiri. Ada seseorang di balik jendela yang menatap para relawan menghidupi keperluan kaum mustad’afin, ingin rasanya ia ikut berpartisipasi namun sayang ada keterbatasan menghalangi. Di sinilah keikhlasan diuji. Sejauh manakah kita berusaha untuk menggunakan sebagian harta dikeridhoan Ilahi.
Diubah oleh muthialaqilah 03-12-2021 12:18
andrah.ajaAvatar border
ariefvisca584Avatar border
ArakaAvatar border
Araka dan 3 lainnya memberi reputasi
4
855
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.