nqoyyimah428Avatar border
TS
nqoyyimah428
Wanita Buluk Itu Istriku
Wanita Buluk Itu Istriku



     Aku pandang lagi wanita itu. Sudah hampir satu jam berdandan, memilih baju, bergincu sampai pasang bros, tapi begitu keluar dari kamar tidak ada hal yang membuatnya istimewa, yah begitu- begitu saja. Tak ada yang istimewa sama sekali. Ia berkilau cuma bros kristal imitasi yang dipakai di jilbab merahnya.

Aku semakin malas saja melihat wajahnya yang kusam karena pakaian itu-itu saja yang selalu ia pakai kemana pun ia pergi.

"Memangnya gak ada baju lain yang selain itu, heh, kamu keliatan makin dekil pakai itu. Rugi nunggu dandan se-jam, hasilnya ya begitu-begitu saja," Sungutku sambil berlalu.

"Banyak sih, tapi ini yang paling bagus ...." Ucap Lesti sambil mengamati bajunya.

"Aku kan sudah memberimu uang tiap bulan, apa tidak bisa menabung untuk beli baju? seperti mbak Feni itu, penampilannya selalu cantik, bisa merawat diri."

Aku tiba-tiba membayangkan teman istriku yang cantik dan selalu glowing itu.

"Mana cukup, Mas? uang segitu buat makan, uang listrik, PDAM, bayar sekolah, kondangan, sekaligus perawatan..."

Ia bergumam tapi aku jelas mendengarnya.

"Dasar kamu saja yang gak bisa ngatur uang!"

Sentakku sambil keluar kamar.

Aku heran kenapa aku dulu seperti kambing congek yang mau saja dijodohkan oleh orangtuaku dengan wanita ini. Karena semakin lama aku menikahinya, bukan bidadari yang kudapat, tapi wanita buluk yang selalu berkeliaran di rumahku ini.

"Anak-anak di rumah ya, ibu sama ayah mau kondangan dulu, jaga adik ya." Aku masih sayup mendengar segala petuahnya yang membosankan untuk ketiga anak kami. Tanpa pesan itu diulang-ulang anak-anak  sudah tau apa tugasnya. Mereka kan pintar seperti aku, tidak seperti ibunya yang cerewet itu.

"Thiiiiinnn!"
Aku menekan klakson berulang-ulang agar ia segera keluar rumah.

"Sebentar,Yah ...." Ia melongok dari pintu depan.

"Cari sandal dulu." Ia berkata sambil berteriak sambil melongok dari pintu. Ia masuk lagi dalam rumah

Lima menit kemudian dia baru muncul. Kepalaku rasanya sudah seperti cerobong asap kereta uap yang sudah berasap dan mengeluarkan suara bising.

"Loo, Yah! Kok ditinggal, sih?"

Ia berteriak sambil berdiri di teras rumah, menatap mobil tua yang kukendarai meninggalkan wanita itu sendirian.

"Bodo amat!"

   Aku memasuki rumah besar tempat di adakan pesta resepsi pernikahan dengan tema garden party itu. Suasananya begitu santai dan tenang dengan alunan musik dari band yang mengiringi sepanjang acara.

"Hei sendirian saja, Bang?" Ardi menyapa begitu aku mendekat kearah kerumunan teman-teman sekantorku itu.

"Kamu juga datang sendiri."

Olokanku disambut tawa yang lain.
Tapi di wajah Perjaka tua yang baru saja diangkat jadi kepala bagian itu tidak tampak raut tersinggung sama sekali. Ia hanya tersenyum kecil

"Carikanlah Ardi itu calon bang, biar ada yang digandengnya kalau kondangan."

Seru Dito.

"Percuma juga dicarikan kalau orangnya sendiri yang tidak ada niatan buat nikah." 

Edo menyahuti yang tak ditanggapi sedikitpun oleh Ardi.

"Memang begitu, Di?"

"Iya, Bang. Kamu tahu sudah berapa kali aku comblangi dia dengan adik atau teman sekantor kita, dia masih nunggu istri yang seperti mantannya dulu."

Edo mengeluh kesal menatap Ardi yang hanya senyum-senyum dengan wajah datar.

"Memang bener, Di?"

Pertanyaanku mendapat jawaban berupa seringaian tanpa sangkalan.

"Bahkan dia kemana-mana bawa foto mantannya itu."

Sahut Edo cepat.

Kami melotot, tentu saja. Bagaimana pria matang dengan karir bagus ini tetap melajang sedang ia bisa dengan mudah memikat wanita manapun dengan ketampanan wajahnya itu.

"Hee! kembalikan, lancang kamu."

Ardi berteriak gusar ketika Dito dengan cepat meraih dompet yang menyembul disaku belakang celana Ardi.

Kami pun langsung riuh berebut dompet seperti anak-anak berebut makanan.

"Naaah, ini dia!" Dito mendapatkan selembar kertas foto berukuran kecil dari dalam dompet itu.

Aku secepat kilat menyahut foto itu. Penasaran siapa wanita yang membuat sahabatku ini atasan baruku ini susah move on.

"Mereka malah kemarin sempat bertemu di minimarket."

"Terus kamu bagaimana, Di?" 

Edo begitu ingin tahu tentang teman sekaligus atasan mereka itu.

"Senanglah! aku masih berharap ia akan jadi istriku seandainya dia dicerai suaminya."

"Buset dah!" Dito menggelengkan kepala.

"Sini, kembalikan fotonya."Ardi merampas foto yang kupegang itu.

"Kenapa kok ngeliatnya sampai segitunya? kau kenal wanita itu?" Edo bertanya menyelidik. Semua menatapku.

Aku hanya bergeming tanpa bisa berkata apa-apa. Masih shock karena wanita di foto itu adalah wanita yang begitu aku kenal. Bahkan aku menjulukinya dengan sebutan "wanita buluk".

Wanita yang dipanggil "ibu" oleh ke tiga anakku.

"Apa yang dilihat Ardi pada wanita ini?"
Batinku heran.




Mampir juga di sini Innovel

https://m.dreame.com/novel/hG6ytWu0/...b0GyM5Q==.html


Atau di sini KBM App

https://kbm.id/book/detail/272eafdc-...8-c3833bb39d91
0
1.7K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Buku
Buku
icon
7.7KThread4KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.