Lockdown666Avatar border
TS
Lockdown666
China Lockdown, Batu Bara Seret, Krisis Energi Makin Parah!


Jakarta, CNBC Indonesia - Saat ini dunia tengah dilanda oleh krisis energi, karena pasokan komoditas seperti batu bara berkurang drastis sementara permintaan melonjak. Siapa sangka krisis ini terkait dengan krisis yang menghantui dunia sejak 2020. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Tahun ini, baru bara menjadi salah satu komoditas dengan kenaikan harga paling tinggi. Sejak akhir 2020 (year-to-date), harga batu batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) 146,34%. 

Sisi permintaan dan pasokan sama-sama membuat harga batu bara 'mengudara'. Di sisi permintaan, ekonomi sudah kembali bergeliat setelah tempat 'mati suri' karena pandemi virus corona. Mal, restoran, sekolah, perkantoran, rumah ibadah, dan sebagainya sudah membuka pintu bagi pengunjung. Selain itu, negara-negara bumi belahan utara (northern hemisphere) juga akan memasuki musim dingin.

Peningkatan aktivitas masyarakat berdampak terhadap penambahan kebutuhan listrik. Kebetulan saat ini harga gas alam juga sedang mahal, sehingga dunia usaha beralih ke sumber energi alternatif untuk pembangkit listrik. Salah satu pilihannya adalah batu bara.

Biaya pembangkitan listrik dengan batu bara juga lebih murah. DI Eropa, misalnya, harga pembangkitan listrik dengan gas alam pada 19 Oktober 2021 adalah EUR 85,23/MWh. Dengan batu bara lebih ekonomis yakni EUR 53,96/MWh. Jadi tidak heran permintaan baru bara melesat.


Lockdown, Pasokan Batu Bara Jadi Seret

Sementara di sisi pasokan, ada gangguan di China. Salah satunya karena karantina wilayah (lockdown) di sejumlah wilayah produsen batu bara di Negeri Tirai Bambu.
Per 25 Oktober 2021, WHO mencatat total pasien positif corona di China adalah 125.565 orang. Bertambah 47 orang dari hari sebelumnya.
Dalam sepekan terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 44 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata tujuh hari sebelumnya yaitu 28 orang saban harinya.

Secara nominal, angka penambahan kasus di Negeri Tirai Bambu memang kecil. Namun pemerintah China menganut kebijakan tiada toleransi untuk urusan Covid-19 (zero Covid-19 strategy).


Jadi walau angka kecil, tren kenaikan sudah cukup buat pemerintah memberlakukan alias lockdown. Sejumlah kota kini tengah memberlakukan lockdown seperti Erenhot, Ejina, Xian, hingga Yinchuan.

Xian adalah ibu kota Provinsi Shaanxi. Sementara Erenhot dan Ejna adalah wilayah di Inner Mongolia. Dua provinsi ini merupakan penghasil batu bara utama di China.
Pada 2019, terdapat 643 tambang batu bara di Shaanxi dengan total kapasitas produksi mencapai 994,76 ton per tahun. Ini adalah yang terbesar di China.
Sementara Inner Mongolia memiliki 383 tambang batu bara dengan total kapasitas produksi 897 juta ton per tahun. Daerah ini menduduki peringkat kedua, hanya kalah dari Shaanxi. 


Gara-gara lockdown, aktivitas warga di Shaanxi dan Inner Mongolia pasti terganggu. Termasuk produksi batu bara. Ini membuat pasokan terhambat dan China mengalami krisis litrik karena kekurangan batu bara.

Indonesia boleh menjadi eksportir batu bara terbesar dunia. Namun China adalah produsen terbesar. Pada 2019, produksi batu bara China mencapai 3,71 miliar ton.

Jadi saat ini dunia sedang menghadapi krisis multidimensi. Saat krisis kesehatan dan kemanusiaa yaitu pandemi virus corona belum usai, krisis itu melahirkan masalah lain yakni krisis energi. Sungguh bukan waktu yang tepat untuk menjalani hidup tenang dan bahagia... 

https://www.cnbcindonesia.com/news/2...-makin-parah/1
0
3K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar Negeri
icon
78.8KThread10.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.