ashibnuAvatar border
TS
ashibnu
Insiden Germanwings 9525, Kecelakaan Pesawat Yang Disengaja

Pada tanggal 24 Maret 2015 sekitar pukul 10:41 pagi, penerbangan Germanwings 9525 jatuh di Pegunungan Alpen Prancis yang mengakibatkan kematian beberapa orang penumpang di dalamnya. Penyelidikan mengungkapkan bahwa kecelakaan itu disebabkan dengan sengaja, tetapi bukan oleh sabotase ataupun serangan teroris. Kecelakaan itu disebabkan oleh co-pilot bernama Andreas Lubitz, yang dengan sengaja dan penuh perhitungan menerbangkan pesawat ke sisi gunung.

Wanita Ini Wonder Woman Rusia, Pahlawan Masa Perang Dunia II

Germanwings adalah maskapai berbiaya rendah populer yang dimiliki oleh maskapai penerbangan Lufthansa yang mengoperasikan banyak rute penerbangan di Eropa. Penerbangan Germanwings 9525 lepas landas dari landasan 07R di Bandara El Prat Barcelona pada pukul 10:01 waktu setempat, terlambat sekitar setengah jam. Pesawat itu menuju Bandara Düsseldorf di mana dijadwalkan untuk mendarat pada pukul 11:39 waktu setempat. Di dalam pesawat terdapat 144 penumpang, dua pilot, dan empat awak kabin yang semuanya mewakili lebih dari 18 negara berbeda mulai dari Jepang hingga Belanda.

Setelah lepas landas dengan lancar, pilot di pesawat mengkonfirmasi instruksi dari Kontrol Lalu Lintas Udara pada pukul 10:30 pagi. Pada pukul 10:31 pesawat mengurangi ketinggian jelajah yang ditetapkan 11.600 meter, tanpa persetujuan Germanwings 9525 mulai menukik tajam ke bawah dengan cepat. Pengendali lalu lintas udara segera menyatakan bahwa mereka kesulitan memantau pesawat itu dan mereka tidak dapat menghubunginya.


Penurunan ketinggian pesawat hanya berlangsung selama 10 menit. Selama waktu tersebut sebuah jet Mirage militer Prancis dikerahkan dari pangkalan udara Orange-Caritat untuk menghentikan Germanwings 9525. Namun, sebelum bisa melakukannya, pesawat telah mengurangi ketinggian 1.880 meter dan kemudian jatuh di bagian terpencil di Pegunungan Alpen, barat laut kota Nice yang menewaskan semua orang di dalamnya.

Pada saat itu tidak diketahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam pesawat, tetapi penyelidikan selanjutnya mengungkapkan sebuah kisah yang mengerikan. Pilot penerbangan yang memimpin adalah kapten berusia 34 tahun bernama Patrick Sondenheimer, dengan Andreas Lubitz yang berusia 27 tahun sebagai co-pilotnya. Rekaman suara kokpit mengungkapkan bahwa Lubitz awalnya bersikap baik kepada Kapten Sondenheimer beberapa saat setelah lepas landas tetapi sikapnya mulai berubah ketika kapten memberitahukan pengarahan penerbangan tentang pendaratan yang akan direncanakan.


Ketika kapten keluar dari kokpit untuk pergi ke toilet, Lubitz mengunci pintu kokpit dan kemudian menonaktifkan alarm bahaya. Kapten Sondenheimer meminta masuk kembali menggunakan pengeras suara. Sondenheimer mengetuk pintu dengan keras tetapi tidak mendapatkan jawaban. Upaya dilakukan oleh kapten dan awak kabin untuk mendobrak pintu, tetapi semua pintu kokpit pesawat setelah serangan teroris 9/11 diperkuat untuk mencegah penyusupan.

Saat Lubitz mengarahkan pesawat menukik ke bawah mengurangi ketinggian, perekam suara kokpit menangkap situasi panik dari pintu kokpit, peringatan panggilan dari Air Traffic Control dan pernapasan Lubitz yang tetap stabil. Lubitz tidak mengeluarkan suara apapun, dia bahkan tidak berbicara sepatah kata pun. Pada saat-saat terakhir sebelum kecelakaan, perekam suara hanya menangkap suara jeritan terakhir dari para penumpang saat mereka menyadari apa yang terjadi.


Sementara fakta dilapangan telah terungkap tetapi dalam benak banyak orang pasti mempunyai pertanyaan tentang co-pilot Andreas Lubitz. Data tentang keluarga dan profil psikologis Lubitz memberikan beberapa jawaban. Lubitz baru-baru ini dinyatakan tidak layak untuk bekerja oleh dokter tetapi belum memberitahukan informasi itu kepada perusahaannya. Dia juga mengkonsumsi resep obat yang tidak dia beritahukan kepada pimpinannya dan menderita penyakit psikosomatis yaitu penyakit yang muncul dengan berbagai gejala tetapi tidak dapat dilacak penyebab tertentunya. Dalam kasus Lubitz, gejala utamanya adalah adanya perasaan ketakutan yang amat kuat dan tidak berdasar atas perasaan dirinya yang akan kehilangan penglihatan.

Lubitz berkonsultasi dengan lebih dari 40 dokter tentang hal tersebut, hasilnya tidak ada masalah dengan penglihatannya, hanya saja dirinya mempunyai masalah ketakutan yang ekstrem terhadap hal yang sama dengan tanpa dasar. Takut bahwa kebutaannya akan mengganggu yang menyebabkan dia kehilangan lisensi pilotnya, membuat Lubitz memutuskan untuk bunuh diri. Hasil penyelidikan mengungkapkan bahwa situasinya diperparah oleh fakta bahwa tidak ada pesangon khusus untuk pilot yang menanggung risiko kehilangan pendapatan jika tidak layak terbang.


Lubitz merasa dirinya yang dinyatakan tidak layak terbang akan menghancurkannya secara finansial. Ditambah lagi, pada saat itu, tidak ada panduan yang jelas di Jerman tentang kapan seorang pilot harus mengungkapkan kondisi medisnya dan kapan kerahasiaan seorang pilot harus dihormati. Ada sedikit tekanan bagi Lubitz untuk mengungkapkan masalah medisnya dan tidak ada cara bagi perusahannya untuk mengetahuinya kecuali dia mengungkapkannya sendiri.

Lubitz, ternyata, telah mencari tahu di internet, cara bunuh diri dan tentang keamanan pintu kabin kokpit pesawat. Dia juga mempraktekkan urutan perintah yang akan dia gunakan untuk menabrakkan pesawat saat sendirian di dalam kokpit pada sebuah tugas penerbangan sebelum penerbangan Germanwings 9525. Lubitz benar-benar sudah menyiapkan semuanya. Begitu dia memulai merencanakan upaya bunuh diri, tidak ada yang bisa membatalkan rencananya dan tidak ada yang bisa menyelamatkan 149 orang yang dia bawa bersamanya ke alam baka.


Segera setelah itu, induk maskapai Germanwings, Lufthansa, membatalkan sejumlah penerbangan semata-mata karena begitu banyak pilot mereka. Perusahaan takut jika masih ada pilotnya yang mempunyai masalah psikologi atau terlalu banyak tekanan ketika terbang. Mereka menghentikan nomor penerbangan 9525 secara permanen dan memberlakukan peraturan yang mengharuskan dua pilot hadir di kokpit setiap saat selama semua penerbangan. Banyak negara lain yang juga membuat undang-undang baru penerbangan untuk mengantisipasi hal serupa terjadi lagi. Insiden itu membuat banyak orang menyadari betapa berbahayanya bisnis penerbangan. Di dalam pesawat, nyawa ratusan orang ada di tangan satu atau dua individu.


KOLEKSI THREAD MENARIK

Quote:
Diubah oleh ashibnu 21-10-2021 04:01
EriksaRizkiMAvatar border
decepticon2301Avatar border
tokek.terbangAvatar border
tokek.terbang dan 21 lainnya memberi reputasi
22
12.1K
79
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.