umaysuniarAvatar border
TS
umaysuniar
Anak broken Home, Bukan Korban Keegoisan
Dari masa ke masa kasus-kasus seperti ini marak terjadi. Perkara permasalahan dalam kehidupan berumah tangga yang membuat anak menjadi korbannya. Anak mungkin berpikir, "Kenapa kita dilahirkan jika pada akhirnya menjadi korban dari apa yang tidak kita lakukan?"

Anak seringkali merasa menjadi korban keegoisan orangtuanya, menjadi korban yang mana tempat melampiaskan kekesalannya. Tidak jarang pula, anak menjadi korban 'pukulan' untuk meredakan amarahnya.

Bolehkah anak dijadikan media tampungan?

Tidak adalah jawaban yang tepat. Anak bukanlah media orangtua dalam menyalurkan amarahnya. Anak yang tidak tahu-menahu tentang apa yang terjadi, akan merasa di mana hatinya 'membalas' dari apa yang diperbuat orangtua.

Anak-anak akan merasa hancur dengan permasalahan di rumahnya, tidak tahu harus berbuat apa, bahkan untuk memilih dalam membela pun tidak tahu. Maka, jangan salahkan anak bila menjadi seseorang tidak seperti yang dibayangkan.

Terkadang, anak selalu berusaha untuk tetap di jalur yang seharusnya, namun karena bentuk dari 'broken home' itulah yang membuatnya terpaksa berada di luar jalur untuk kepentingan dirinya sendiri. 'Pengobatan secara pribadi'.

Broken home bukan perkara perpisahan mutlak, namun perkara permasalahan di dalamnya.

Anak menjadi seorang pembangkang atau nakal, siapa yang dapat disalahkan? Anak? Orangtua?

Tilik kembali bagaimana keadaan di dalam rumah. Para orangtua tidak tahu apa yang sedang dialami dan dirasakan sang anak. Tentu saja, yang dipikirkan hanya perasaannya sendiri.

Banyak orangtua yang sering membanding-bandingkan tekanan batin yang dirasa. Padahal, jelas berbeda secara konteks.

Pada akhirnya, semua serba salah. Si A Salah, dan si B salah. Keduanya saling menyalahkan, menguatkan keegoisan masing-masing.

"Mama sama Papa gak sadar atas apa yang kalian lakukan?!"

"Kamu tidak pernah mengerti perasaan kami!"

"Aku begini karena kalian."

Kalimat-kalimat seperti itu, kan, yang selalu didengar? Atau sejenisnya yang menekan kepada titik terlemah seseorang?

Jadi, tolonglah kepada para orangtua, untuk tidak menjadi anak sebagai objek jika tidak ingin mendapatkan 'balasan' dari anak. Tidak hanya para orangtua, anak pun sama halnya. Tolong tepi kan rasa sakit hati dan ketidaksiapan dalam menerima pukulan dari permasalahan orangtua, pahami situasi meskipun hati merasa tersakiti.

Jangan pernah membalas rasa sakit hati dengan rasa sakit hati pula, karena pada akhirnya, kedua belah pihak hanya akan mendengarkan apa yang ada dalam pikirannya masing-masing.


Spoiler for Anak Broken Home, Bukan Korban Keegoisan:


Quote:


cewieClownAvatar border
cewieClown memberi reputasi
1
659
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
Heart to Heart
icon
21.6KThread27.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.