rocket2019Avatar border
TS
rocket2019
SELAMA INI BANYAK YANG SALAH! INI BUAH MAJA ASLI! DASAR NAMA KERAJAAN MAJAPAHIT!
(Sumber Gambar:Jan Mintarga, 1994)

BUAH MAJA DAN ASAL USUL KERAJAAN MAJAPAHIT

Bicara soal buah maja, hampir bisa dipastikan yang terlintas di benak kita adalah nama buah yang menjadi asal-usul Kerajaan Majapahit. Asal-usul penamaan buah maja yang rasanya pahit, berawal ketika Raden Wijaya dibantu para pengikutnya membuka Hutan Terik untuk dijadikan pemukiman. Salah satu pengikutnya yang berasal dari Madura, tiba-tiba menemukan pohon maja di tengah hutan. Karena lapar dan bekalnya tidak cukup, buah itu pun dimakannya. Ternyata rasa buah itu sangat pahit, sehingga buah itu dimuntahkan dan dibuang begitu saja. Kejadian itu tersebar ke mana-mana, sehingga hutan yang baru saja dibuka menjadi pemukiman tersebut dinamakan “Majapahit”.

Kitab Pararaton[1] yang selesai disalin pada tahun 1522 Śaka (1600 Masehi) di Bali mengabadikan kejadian itu sebagai berikut:

“ … Yata mulaning anaruk alasing wong Trik, duk mahu tinaruka dening Madhura. Ana wong alapa kurang sangunipun ababad. Amangan maja kapahitên. Sama de pun buñcal antukipun aruru maja punika. Kasub yan wontên wohing maja dahat apahit rasanipun. Singgih ta ing araning Majapahit …”

Terjemahan:

“… Itulah awal pembukaan hutan orang Terik. Ketika dirambah oleh orang Madura, ada orang yang lapar karena kekurangan bekal. Ia makan buah maja dan merasa pahit. Maka, dibuanglah  buah maja yang didapatnya itu. Tersebarlah berita bahwa ada buah maja yang sangat pahit rasanya. Demikianlah nama Majapahit …”

BUAH MAJA ATAU BUAH BERENUK?
INI PANDANGAN AHLI BOTANI


(Sumber Gambar:www.i.ytimg.com)

Berdasarkan riset panjang para ahli botani yang diperkuat pula dengan fakta sosio-religis dari kepercayaan Hindu, menunjukan salah kaprah yang mengakar kuat di masyarakat terkait identifikasi buah maja selama ini. Masyarakat menganggap buah maja pada umumnya dan buah majapahit pada khususnya, adalah sama dengan buah berenuk yang memiliki nama ilmiah/Latin “Cresecentia cujete”. Padahal buah maja yang asli adalah buah maja yang memiliki nama ilmiah atau Latin “Aegle marmelos”. Perbedaan kedua buah ini dapat dilihat dari ukuran buah dan bentuk daun. Coba bandingkan kedua gambar ini:

1. Gambar di bawah ini adalah gambar buah berenuk (Cresecentia cujete) yang selama ini dikira buah maja. Jika dilihat fisiknya buahnya lebih besar dan daunnya tunggal:


(Sumber Gambar:www.image-cdn.medkomtek.com)

2. Sedangkan gambar di bawah ini adalah gambar buah maja (Aegle marmelos) yang asli. Jika dilihat fisiknya buahnya sedikit kecil dan daunnya majemuk (bercabang tiga).


(Sumber Gambar:www.1.bp.blogspot.com)

Untuk lebih mudahnya simak perbandingan morfologi kedua tanaman ini dari kajian saudara Patricius Kianto Atmodjo dalam artikelnya yang berjudul “Keragaman dan Pemanfaatan Berenuk (Crescentia cujete L.) di Daerah Istimewa Yogyakarta” (2019) [2] berikut ini:


(Sumber Gambar:Patricius Kianto Atmodjo, 2019)

Nah, sekarang sudah tahu kan bedanya secara fisik antara buah maja yang asli dengan buah berenuk. Mungkin para pembaca sekalian ada yang masih tidak percaya buah maja yang asli adalah jenis Aegle marmelos. Hal tersebut mungkin disebabkan karena sudah sedemikian mengakarnya anggapan bahwa buah berenuk (Cresecentia cujete) adalah buah maja. Kalau memang demikian mari kita buat uraian fakta-fakta terkait masalah ini, sebagai berikut.


FAKTA DAN DATA PERBEDAAN BUAH MAJA-BUAH BERENUK


(Sumber Gambar:www.specialtyproduce.com)

1. Para ahli botani Belanda, telah membuat inventarisasi morfologi tanaman, manfaat dan nama-nama daerah mengenai dua buah ini dari seluruh Hinda-Belanda (Indonesia). Para ahli botani itu diantaranya: Frederik Sigismund Alexander de Clercq(Lahir:  07 April 1842- Meninggal: 18 Agustus 1906), Cornelis Andries Backer (Lahir:  18 September 1874-Meninggal: 22 Februari 1963), Karel Heyne (Lahir: 30 Agustus 1877–Meninggal: 11 November 1947) dan Cornelis Gijsbert Gerrit Jan van Steenis (Lahir: 31 Oktober 1901–Meninggal: 14 Mei 1986). Dalam buku-buku inventaris mereka buah berunuk (Crescentia cujete L.) dalam bahasa daerah (volksnamen) disebut: tabu kayu (Melayu); bĕrnuk (Sunda); bila balanda (Bugis dan Makassar); bila balandha (Madura); sikadel atau sekopal (Jawa); bila (Indonesia) dan kalebasboom (Belanda) [3] [4] [5]. Sedangkan buah maja (Aegle marmelos) memiliki bahasa daerah (volksnamen) dengan sebutan: bila (Bali, Bugis, Madura, Makassar dan Sumba); bila gedhang dan bila paèk (Madura); bilak (Melayu dan Madura); kumukoïh (Aceh); kawista (Betawi); maja (Betawi, Bali, Jawa, Melayu, Sunda dan Indonesia); maos (Jawa); pelang (?) atau pilang (Bali); taku (Bugis); tangkulu, tengkulu jawa, tengkulu lepa dan tengkulu sulapa (Makassar); maja galĕpung, maja gĕdang, maja lumut dan maja pait (Jawa); maja batu atau maja ingus (Betawi dan Melayu); bael tree atau slijmappel (Belanda) [3] [6] [7] [5].

2. Karel Heyne [4] dengan tegas menyatakan bahwa berenuk adalah tumbuhan asli Amerika. Pendapatnya kemudian diperkuat oleh penelitian terbaru dari para peneliti botani seperti Johanna Arango-Ulloa, Adriana Bohorquez, Myriam C. Duque dan Brigitte L., dalam artikel penelitiannya yang berjudul “Diversity of the calabash tree (Crescentia cujete L.) in Colombia” (2009) [8], yang diperkuat pula oleh penelitian Priscila A. Moreira, Xitlali Aguirre-Dugua, Cédric Mariac, Leila Zekraoui, Marie Couderc, Doriane P. Rodrigues, Alejandro Casas, Charles R. Clement dan Yves Vigouroux dalam penelitiannya yang berjudul “Diversity of Treegourd (Crescentia cujete) Suggests Introduction and Prehistoric Dispersal Routes into Amazonia” (2017) [9], mereka memberikan kesimpulan bahwa “pohon dan buah berenuk (Bhs. Inggris: treegourdatau calabash tree) adalah tanaman asli dari wilayah tropis Benua Amerika. Berdasarkan kajian arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan manusia prasejarah Amerika, setidaknya dimulai sejak tahun 8.000 SM. Tanaman ini kemudian disebarkan oleh masyarakat kuno itu ke wilayah Pegunungan Andes, Kepulauan Karibia, Hutan Amazon, Daerah Aliran Sungai (DAS) Orinoco, dan Kepulauan Pasifik”. Artinya, tanaman ini bukan asli Indonesia. Tanaman ini boleh jadi dibawa oleh orang Eropa dari Amerika ke Indonesia pada abad ke-16-19 Masehi. Nama daerah buah ini di wilayah Makassar, Bugis dan Madura adalah “bila balanda (belanda)”. Hal tersebut menunjukkan bukti bahwa “buah ini memang benar buah asing dan besar kemungkinan jika orang-orang Belanda-lah yang memperkenalkannya ke penduduk Nusantara”. Ingat Belanda juga punya wilayah jajahan di Benua Amerika (misalnya, Guyana dan Suriname) dan Kepulauan Karibia (misalnya, Curaçao), di mana pohon-pohon berenuk tumbuh subur di sana.

3. Fakta penguat ketiga jika buah berenuk adalah buah maja, berasal dari duo ahli linguistik Jawa Kuna kenamaan, yakni Profesor Petrus Josephus Zoetmulder, S.J. (Lahir: 29 Januari 1909-Meninggal: 08 Juli 1995) dan Profesor Stuart Owen Robson (Lahir: 24 April 1941) dalam karya mereka yang berjudul “Kamus Jawa Kuna Indonesia” [10]. Dalam kamus tersebut Prof. Zoetmulder dan Prof. Robson menjelaskan bahwa buah maja berasal dari bahasa Sanskerta yang bersinonim dengan nama “wilwa”, yang nama Latin/ilmiahnya ialah “Aegle marmelos”. Prof. Zoetmulder dan Prof. Robson kemudian menjelaskan bahwa nama “Majapahit” juga memiliki nama Sanskerta, yakni “Wilwa(Maja)-Tikta (Pahit)”. Jadi, jelas bahwa buah maja yang dimaksud dalam sejarah Indonesia Lama ialah “Aegle marmelos” bukan Crescentia cujete L. (berenuk). Maka, menjadi jelaslah bahwa buah yang dimakan prajurit Majapahit itu adalah “buah maja mentah” (sehingga rasanya pahit) bukan “buah berenuk”, karena berenuk belum ada di Jawa pada abad ke-14 M.

4. Melihat fakta dan data dari buku-buku botani terbitan 1909-1949 semua konsisten dan sepakat membedakan buah maja dengan buah berenuk. Tampaknya, kekeliruan masyarakat dalam membedakan kedua buah tersebut, terjadi pasca Indonesia merdeka. Masyarakat yang awam melihat buah berenuk ini mirip buah maja, langsung spontan menamai buah itu majapait. Nahasnya, kesalahpahaman ini diperparah lagi dalam buku Florakarya van Steenis, dkk [5] dengan adanya tambahan tak perlu dari penerjemah dan penyunting buku itu, bahwa buah majapait sama dengan Crescentia cujete L. padahal di buku aslinya tidak ada.

5. Dalam buku “Suta Naya Dhadap Waru: Manusia Jawa dan Tumbuhan” karya Iman Budhi Santosa (2017) [11], Di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Timur, tercatat bahwa setidaknya terdapat “140 desa dan kelurahan” di wilayah-wilayah itu, yang menggunakan pohon maja sebagai dasar nama desa/kelurahannya. Sayangnya penulisnya mengidentifikasi maja sebagai Crescentia cujete L.(berenuk).

BUAH MAJA DALAM TRADISI HINDU DAN INDIA


(Sumber Gambar:www.media-exp1.licdn.com)

1. Dalam kepercayaan Hindu (terutama sekte Siwa Sidhanta) daun maja dengan tiga cabang daunnya menyimbolkan trisula Dewa Siwa. Sedangkan makna filosofi dari tiga daun itu mewakili sifat “Penciptaan, Perlindungan dan Penghancuran”. Karena itulah daun maja dipercaya ampuh dalam menghilangkan tiga dosa kelahiran. [12] Sedangkan di Hindu Bali, tiga helai daun itu melambangkan Triguna(tiga sifat), yakni daun sebelah atas melambangkan Sattwam (sifat tenang, tulus, bijaksana dan tanpa pamrih), sebelah kanan melambangkan Rajas (sifat energik, agresif dan ambisius), sedangkan daun sebelah kiri melambangkan Tamas (sifat pasif, malas dan lamban). Sifat Sattwam dari simbol daun yang berada di atas atau tengah itu, diharapkan bisa mengendalikan sifat Rajas dan Tamas di kedua sisinya. [13]

2. Pohon maja disakralkan dalam hari raya Siwaratri, berkenaan dengan mengenang peristiwa seorang pemburu (Lubdhaka) yang diberi ampunan Dewa Siwa atas perbuataan dosanya karena telah membunuh banyak hewan. Pemburu itu diampuni, berkat ibadah pemujaan semalam suntuk yang ia lakukan dengan sungguh-sungguh menggunakan daun pohon maja di atas danau [14].

3. Dalam Kitab Brihaddharma Puranadisebutkan jika buah maja muncul dari potongan payudara Dewi Lakshmi (istri Dewa Wisnu), yang dikurbankan sebagai pengganti bunga teratai yang hilang ketika memuja Dewa Siwa. Sementara dalam Kitab Banihipurana dan cerita Tantrik, disebutkan bahwa Dewi Lakshmi dilahirkan menjadi seekor sapi suci. Dari kotoran sapi suci itu munculah pohon maja. Legenda lain menyebutkan jika Dewi Lakshmi cemburu kepada Saraswati (istri Dewa Wisnu yang lain) karena Dewa Wisnu lebih menyayanginya. Dewi Lakshmi yang kecewa, memulai pemujaan kepada Dewa Siwa. Ia kemudian berubah menjadi pohon maja dan Dewa Siwa pun bersemayam dalam pohon itu [12].

***

KEPUSTAKAAN


@darmawanari92@SuHin@64m64n9s@homimpa@brigadexiii@NikitasJB@bancan@aldreikonan@fuz.ro.dah@ucilliano@accelero@indrastrid

emoticon-Toast

Quote:


Quote:


Quote:


Quote:
Diubah oleh rocket2019 11-01-2022 00:19
mangskyAvatar border
iqiekantataAvatar border
merckyganAvatar border
merckygan dan 65 lainnya memberi reputasi
66
16.3K
177
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
icon
6.5KThread10.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.