miss.autumnAvatar border
TS
miss.autumn
Saya Perempuan dan Saya Punya Pilihan



“Kamu bukan boneka, jangan biarkan mereka menentukan jalanmu” 

Hidup di lingkungan patriarki membuat saya banyak mengalah dengan keadaan. Tuntutan sosial untuk selalu menjadi begini begitu membuat saya mengalami lelah fisik maupun mental. Alih-alih mencoba hidup yang saya inginkan, saya merasa hidup menjadi “boneka” kebanggaan keluarga.

Diumur sekarang ini, sudah tak terhitung berapa banyak mimpi “mereka” yang saya wujudkan. Berulang kali saya meyakinkan bahwa ini adalah bentuk “balas budi” saya terhadap mereka. Namun, semakin dewasa, semakin banyak pengalaman yang didapat, semakin terbuka pikiran saya, akhirnya saya menyadari banyak penyesalan. Terlalu banyak kesempatan yang saya telah lewatkan karena terlalu memprioritaskan mimpi mereka.  Terlalu banyak penyesalan yang saya rasakan hingga saya merasa bersalah pada diri saya sendiri. Disaat saya mencapai satu mimpi, saya kehilangan satu hal yang berharga, yakni diri saya sendiri. Saya terlalu manut, hingga saya rela mengorbankan mimpi saya sendiri untuk mati tenggelam.

Lantas mengapa saya masih bungkam?

Saya tinggal di lingkungan dimana orang tua merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam menentukan nasib si anak. Tak peduli berapa banyak uang yang dihasilkan, prestasi yang didapat, jika berani menentang kehendak orang tua maka itu tidaklah berguna. Pernah suatu ketika saya membicarakan perihal “hak” saya sebagai seorang anak. Alih-alih mencoba mendengar suara saya mereka malah membahas berapa “rupiah” yang telah mereka keluarkan untuk biaya hidup saya. Mereka menuntut saya untuk selalu manut lantaran itu adalah bukti bakti saya sebagai seorang anak kepada orang tua. Setelah kejadian ini saya hanya mampu bersikap pasrah dan meminta pada Sang Maha Kuasa.

Saya kemudian memutuskan untuk keluar dari rumah demi menyembuhkan keadaan fisik dan mental saya. Alhamdulillah, saat saya tinggal dilingkungan baru, saya merasa lebih bersyukur dan dapat menjalani hidup dengan lebih tenang. Saya tidak perlu mendengar ocehan emak yang membanggakan anak tetangga yang baru kimpoi dengan seorang milyader. Saya tidak perlu mendengar sindiran tetangga yang menyebut saya sebagai perawan tua karena lebih memilih untuk sekolah daripada menikah. Saya juga tidak perlu mendengar gossip ibu-ibu arisan yang menyebut saya seorang lesbian.

“Lho, jadi perempuan itu gausah sekolah tinggi-tinggi nduk, nanti gada yang mau sama kamu”

Bukan maksud saya untuk menjadikan alasan “sekolah” sebagai alasan untuk menunda menikah. Saya orang realistis dan saya belajar untuk menilai sesuatu dari dua sisi. Sesuai dengan pengalaman, sekolah berkontribusi besar dalam membentuk saya. Melalui belajar di sekolah, saya belajar bagaimana cara menjadi orang tua yang baik. Saya juga belajar bagaimana menghargai keputusan orang lain. Sekolah memberikan apa yang saya mau dan saya butuhkan, itulah mengapa saya lebih memilih untuk sekolah daripada menikah di usia yang terbilang muda.

“Nikah itu bertujuan untuk menghindari zina lho”

Iya, saya paham. Namun, selain menghindari zina, kita juga harus menghindari kemiskinan bukan? Saya tidak mau menikah saat kondisi mental dan finansial saya belum stabil. Simplenya begini, menikah itu sekali seumur hidup, so saya tidak mau menikah dengan orang yang salah. Bisa kita bayangkan berapa uang yang telah orang tua habiskan untuk biaya hidup kita bukan? Ya, jumalahnya tidaklah sedikit, bisa ratusan juta, bahkan milyaran. Karena itu, saya ingin menjadi orang tua yang mapan secara fisik, mental atau pun finansial agar anak saya kelak bisa hidup bahagia dengan pilihannya. Anak saya tidak boleh merasakan apa yang saya rasakan saat ini. Anak saya harus jadi manusia bebas yang mampu bertanggung jawab dengan pilihannya sendiri.

Saya seorang perempuan, saya anak tunggal, dan saya memutuskan untuk hidup dengan pilihan saya. Saya ingin membuat orang tua saya bangga atas pilihan saya, bukan pilihan mereka. Saya memutuskan untuk berhenti menjadi boneka, karena saya tau apa yang terbaik untuk saya. Saya ingin yang terbaik untuk anak saya kelak, maka saya harus terus berproses dengan belajar. Dalam konteks ini, saya tidak bermaksud mengajak siapa pun untuk menunda menikah, saya hanya mengajak pembaca untuk berpikir lebih kritis dengan konteks yang saya sajikan dalam tulisan ini. Ingat, entah laki-laki atau pun perempuan, kita berhak memilih jalan hidup yang kita inginkan. Kita berhak menolak, so be critical!
Diubah oleh miss.autumn 12-10-2021 11:40
sarsaparillarnbAvatar border
delfatesting260Avatar border
cheria021Avatar border
cheria021 dan 13 lainnya memberi reputasi
14
4.2K
107
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.