drhansAvatar border
TS
drhans
CERITA SI IYEM
CERITA SI IYEM

Banyak orang mengeluh, hidup ini kok susah amat dijalani. Belanja apa-apa serba mahal sedangkan dapet duit kok tambah susah.

Bahkan dari hasil nguping nyonya-nyonya bos-ku, mereka-pun turut mengeluh. Kata mereka, sekarang mau usaha apa aja susah, mau beli barang import/ mewah juga susah, apa-apa takut dipajekin, padahal duit-duit sendiri, jadinya sekarang nyonya-nyonya bos itu mulai berhemat.

Pergi jalan-jalan keluar negeri cukup dua bulan sekali, belanja tas Balanciaga, sepatu Gucci cukup beberapa buah, tabungan dan deposito jangan banyak-banyak, cukup beberapa em aja, selebihnya simpen di rumah dan dibeliin berlian dan emas logam mulia, sementara stop dulu beli-beli rumah/ruko/apartemen, kalau mau beli, beli di luar negeri atas nama orang lain. Pokoknya berhemat.

Begitu juga cerita mas Parno, pa Dirun, kang Maman, supir-supir bos-ku. Kata mereka, hidup jaman sekarang pahit. Gaji ga naik-naik, tip/uang rokok makin jarang, uang lemburan makin sedikit (soalnya bos-bos jarang pulang malem lagi), sementara biaya-biaya tambah naik.

Gaji yang dulu pas-pasan cukup buat sebulan, sekarang mah kalo udah tanggal-tanggal tua mesti kasbon dulu, itu aja belum tentu dikasih. Jadinya, apa aja sebisa mungkin diakalin deh. Semisal mobil bos kalo nganggur waktu siang, sesekali dibawa buat 'uber'(taksi online). Lumayan buat nambahin uang rokok. Makan dikurangi jadi sehari dua kali, yang penting, jatah rokok dua bungkus sehari ga boleh kurang.

Ada juga cerita dari mbok Sinem si penjual jamu gendong, kang Cecep si penjual sayur keliling, bang Ucok si pengantar koran, mang Usep si penjual bubur keliling, bang Endin si tukang ketoprak, ko Akim si tukang siomay, mbak Pur si tukang kredit batik dan pakaian, pa Saut si tukang ojek yang mangkal di ujung jalan, si Meong (nama aslinya aku tak tahu) si cepe-men di pintu keluar komplek, dan beberapa orang lagi yang kukenal (capek aku kalo mesti nulis semuanya).

Intinya semua mengeluh, semuanya merasa duit sekarang susah didapat, padahal kalo baca/denger berita, pembangunan tambah maju.

***

Ohh ya, dari tadi cerita-cerita, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Iyem, nama lengkapnya Nensiyem. Sudah bersuami dan mempunyai seorang anak gadis yang sudah mau masuk perguruan tinggi.

Aku bekerja sebagai 'house-keeping part timer', bahasa kerennya dari prt paruh waktu. Habis, nyonya-nyonya bos-ku mengajariku untuk mengaku seperti di atas, gengsi katanya. Yah, aku wis nunut aja.

Aku bekerja di tiga rumah yang berbeda, masing-masing sekitar 3-4 jam. Sudah maksimal itu, ga bisa nambah pegang rumah lain lagi, walau aku masih mau dan bisa, soalnya mana ada nyonya bos yang mau rumahnya dibereskan malam-malam. Itu sebabnya, banyak yang masuk daftar waiting list loh untuk memperkerjakanku.

Suamiku bekerja sebagai kuli bangunan di sekitar komplek perumahan. Namanya kuli, pekerjaannya ga selalu ada setiap harinya. Karena itu, penghasilanku sebagai prt cuci-gosok menjadi tulang punggung keluarga.

Aku sudah bekerja sebagai prt sekitar 20-an tahun. Tepatnya aku lupa, yang kuingat tak lama sesudah aku menikah dengan mas Deni.

Namanya prt paruh waktu, aku sudah berpindah-pindah majikan puluhan kali. Biasanya, rata-rata memakaiku selama 1-2 tahun. Beberapa kali ada yang awet, memakaiku selama kurun waktu 3-5 tahun. Tiga rumah yang terakhir kupegang ini telah memperkerjakanku selama rata-rata 3 tahun. Lumayan.

Sebetulnya, aku kerja sebagai prt secara kebetulan. Saat itu aku baru menikah dan pindah ke kota. Kami berdua ke kota hanya bermodal nekat. Usia kami yang masih belia, tidak ada pengalaman kerja, tidak memiliki kerabat, dan tidak ada koneksi apapun. Pokoknya saat itu berlagak mandiri.

Kami hanya dapat bertahan hidup tanpa bekerja selama beberapa minggu saja, setelah itu uang sangu habis dan terpaksa aku harus mencari pekerjaan yang cepat menghasilkan (selama ini mas Deni bukannya tak mencari pekerjaan, tetapi belum dapat-dapat). Pekerjaan yang paling mudah adalah menjadi prt, kebetulan saat itu ada yang membutuhkan. Jadinya aku mulai berkarier deh, sampai sekarang.

Pagi ini, kepalaku agak mumet. Semalam, anak gadisku berbisik bahwa aku sudah harus menyetor sejumlah besar uang untuk biaya masuk akademi seketarisnya sedangkan uang yang kukumpulkan sedikit demi sedikit belum cukup. Akibatnya, aku agak gelisah dan susah tidur semalam.

Ehh, pagi ini, tiba-tiba mas Deni marah-marah padaku sambil membanting handphone-ku. Dia menuduhku main mata dan selingkuh dengan mas Parmin, si pemilik warteg di sebrang rumah petak kami.

Eualah, mana mungkin aku macam-macam. Coba kuingat-ingat, oh ya, beberapa hari lalu aku sempat bertemu dan bercakap-cakap sebentar. Waktu itu aku bermaksud meminjam uang untuk kepentingan Resti, anak gadisku. Rupanya mas Deni cemburu toh.

Mas Deni belakangan ini memang suka uring-uringan soalnya ga setiap hari dapat job. Yah namanya juga lagi jaman susah gini.

Waduh, aku terpaksa mesti meminjam dobel nih kepada nyonya-nyonya bos-ku,buat biaya kuliah Resti dan buat nyicil handphone baru. Moga-moga saja suasana hati mereka sedang happy.

Sambil berjalan cepat ke tempat kerjaku, aku menyenandungkan lagu yang kusukai...

šŸŽµ'Ku tak tahu hari esokku... Tapi ku tahu Tuhan terus memeliharaku... 'šŸŽ¶

***

Saudara, hidup ini indah dan patut disyukuri setiap waktunya. Rasa gembira dan bahagia hanya didapat bila kita memiliki rasa cukup dan berserah kepada Tuhan.

Sudahkah kita merasakannya?

Salam semua. Be happy. Gbu
bukhoriganAvatar border
zeze6986Avatar border
zeze6986 dan bukhorigan memberi reputasi
2
1.1K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThreadā€¢41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
Ā© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.