palapanusa
TS
palapanusa
Geisha, Kisah Wanita Penghibur yang Sering Disalahartikan

Hello GanSis selamat hari rabu, dan masih dalam suasana terkungkung oleh PPKM, kali ini TS mau bagi mengenai info yang mungkin sebagian dari GanSis udah tahu mungkin, dan mungkin sebagian dari GanSis juga masih belum tahu mengenai topik yang akan TS bagi kali ini. Di momen yang membosankan ini khususnya bagi GanSis yang ada di wilayah PPKM level 4 bersabar ya semoga Virus Corona ini cepet selesai dan kita bisa kembali beraktifitas dan jangan lupa bagi GanSis yang tidak punya Komorbid untuk melakukan vaksinasi dan bagi GanSis yang memiliki komorbid untuk menjaga kesehatan pakai masker dan terapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.

Kali ini TS mau membahas mengenai Geisha, jika sebelumnya TS pernah membahas mengenai Oiran, kali ini TS mau membahas mengenai Geisha yang memang banyak sebagian dari GanSis dan TS sendiri kadang salah mengartikan dan cenderung menyamakan Geisha dengan wanita penghibur dalam konotasi negatif. Jika di thread sebelumnya mengenai Oiran TS membahas mengenai wanita penghibur dalam artian negatif sebenarnya yang memang sempat legal di Jepang pada era Tokugawa, kali ini TS mau membahas mengenai Geisha memang sama-sama sebagai penghibur namun Geisha cenderung lebih sebagai duta budaya didalam hal ini.


Sumber Gambar


Geisha sendiri GanSis berasal dari kata "Gei" yang bearti kesenian dan "sha" yang bearti penggiat, yang secara garis besar jika digabungkan menjadi penggiat seni atau seniman. Akar awal kemunculan geisha bisa ditelusuri pada periode Heian pada abad ke 7M oleh kelompok penari bernama saburuko yang kerap tampil dihadapan pejabat kelas atas. Pada era Tokugawa, bisnis "prostitusi" menjadi amat besar sehingga keshogunan memutuskan membuat tepat lokalisasi yang disebut yukaku di beberapa kota besar seperti Edo, Kyoto, dan Osaka. Selain menawarkan bisnis "prostitusi", awasan yukaku juga menawarkan bentuk hiburan non-prostitusi dimana hiburan-hiburan seperti petunjukkan musik shamisen yang dibawakan oleh para gadis dan teater kabuki dipentaskan untuk menjamu para tamu yang minum bersama yujyo (kupu-kupu malam).

Para penampil seni ini tidak boleh melakukan kegiatan "bisita hari dam-dam" pada pelanggan karena bisa membuat para yujyo mengauk karena merasa diambil lapaknya. Para penampil kesenian inilah yang menjadi cikal-bakal geisha. Istilah geisha ini kemudian mulai dipakai sekitar tahun 1730 untuk para penampil yang uniknya pada awalnya adalah para pria. Namun ditahun 1750 Geisha perempuan mulai muncul lewat pertunjukkan tarian remaja putri odoriko dan secara perlahan GanSis jumlah geisha perempuan jadi lebih dominan ketimbang pria.





Para Yujyo dan Oiran ini merupakan kupu-kupu malam kelas atas (untuk sejarah lengkapnya GanSis bisa mampir disini). Karena pamor Geisha ini semakin hari semakin meningkat maka para yujyo dan oiran ini mencoba menjegal para geisha dengan melarang mereka untuk dekat dengan para tamu. Namun karena popularitas yang sudah cukup terkenal dan tarifnya jauh lebih murah (untuk tarif menghibur bukan untuk esek-esek) serta lebih ramah ketimbang Oiran, maka popularitas geisha mencapai puncak pada Era Meiji dimana bahkan mereka menjadi trendsetter bagi gaya berbusana wanita Jepang. Sementara disatu sisi Oiran dan Yujyo makin ditinggalkan.

Lambat laun seiring pengembangan zaman dengan masuknya budaya barat para geisha mulai menanggalkan tradiisi mereka seperti menggunakan kimono atau rambut yang disanggul dan beralih menggunakan pakaian gaya barat. Namun, walaupun mereka mengubah gaya mereka, mereka masih melakukan petunjukkan seni tradisional Jepang. Perang dunia II kemudian meletus dan membiat distrik geisha ditutup sehingga mereka terpaksa bekerja di pabrik-pabrik. Setelah perang dunia II selesai terjadi Miskonsepsi bahwa geisha adalah seorang prostitusi. Hal ini terjadi karena pada saat perang dunia II para prostitusi Jepang menjajakan jasanya pada prajurit ketika Jepang dikuasai oleh sekutu yang kerap kali memasarkan diri mereka sebagai "Geisha girl". Hal ini yang kemudian merubah pandangan orang luar yang menyatakan bahwa geisha adalah pekerja prostitusi hingga saat ini.

Disatu sisi berakhirnya perang dunia II membuat kegiatan kesenian di Jepang bisa kembali berjalan normal sehingga profesi geisha kembali diminati. Para geisha yang sebelumnya berpakaian ala barat kini kembali tampil dengan pakaian tradisional seperti kimono, sanggul, serta bedak muka yang tebal. Hal ini pula GanSis yang membuat masyarakat Jepang kemudian menyebut Geisha sebagai "pelindung kebudayaan tradisional Jepang". Tidak diketahui pasti GanSis jumlah wanita yang berprofesi sebagai Geisha. Namun dipekirakan ada sekitar 1000 yang terkonsentrasi di Kyoto. Para Geisha ini biasa tinggal di kawasan yang disebut sebagai hanamachi atau "geisha district" seperti kawasan Gion di Kyoto. Para geisha ini biasa memiliki manajer yang disebut sebagai akaasan atau ibu yang mengurusi jadwal dan menerima orderan bagi siapapun yang ingin menggunakan jasa mereka.

Untuk menjadi seorang Geisha tidaklah mudah, para calon geisha disebut sebagai maiko. Biasa maiko direkrut sejak umur 6 tahun sebelum abad ke 20, namun, kini maiko haruslah berusia 15 tahun dan sudah lulus SMP. Maiko mendapatkan pelatihan mencangkup kelas menari tradisional, ikebana, memainkan alat musik shamisen serta upacara minum teh. Rumah pelatihan untuk geisha ini disebut dengan Akiya, di dalam akiya para calon geisha mendapat pelatihan kebudayaan selama 5 tahun dan juga para geisha ini tidak boleh berpacaran loh GanSis. Nantinya setelah usia 20 tahun, mereka bisa memutuskan untuk lanjut menjadi geisha atau berhenti. Maiko biasa memakai ornamun rambut yang lebih banyak serta kimono dengan warna yang lebih cerah, gunanya untuk menunjukkan citra anak muda yang kawaii dan penuh semangat, sedangkan geisha biasa memakai ornamen rambut yang minim dan kimono dengan warna yang lebih netral untuk menunjukkan kedewasaan.


Sumber Gambar


Tugas utama dari geisha ini adalah memberikan berbagai hiburan untuk orang-orang yang dianggap sebagai tamu kehormatan dimana pekerjaan para geisha mempunyai istilah azashiki. Kegiatan ini mencakup pertunjukkan musik dan tarian tradisional, menuangkan minuman pada tamu serta memainkan beberapa permainan yang disebut dengan Azashiki adobe. Profesi geisha adalah profesi yang sangat dihormati loh GanSis, status mereka ini sebagai duta budaya Jepang kerap membuat mereka banyak menjadi instruktur untuk praktik kebudayaan seperti ikebana, upacara minum teh atau kegiatan budata lainnya. Tak jarang, geisha yang sudah berumur juga banyak menjadi dosen di institusi kesenian di Jepang. Bahkan ada beberapa orang dari luar Jepang yang menjadi geisha seperti Liza Dalby, seorang antropolog asal Amerika Serikat yang menjadi geisha di Kyoyo untuk keperluan studinya. Singkat kata, Geisha ini bukanlah pekerja bisnis malam ya GanSis, karena memang dirunut dari kisah awal adanya geisha memang murni sebagai penghibur seni saja bukan untuk melakukan prostitusi.

Untuk lebih lengkap mengenai sejarah Oiran sebelum adanya geisha GanSis bisa membaca thread TS disini semoga info yang TS bagi ini bisa menambah wawasan GanSis ya.

Baiklah cukup sekian thread dari TS hari ini semoga bermanfaat dan TS minta maaf jika thread ini terdapat kesalahan dan typo semoga bisa menjadi masukkan bagi TS agar bisa membuat thread yang infromatif dan lebih bermanfaat lagi dan dapat menambah wawasan kita ya GanSis.

Akhir kata TS ucapin terimakasih dan sampai jumpa di thread lainnya.

emoticon-Hai emoticon-Hai emoticon-Hai

Quote:


penyukabirualfidangerRichy211
Richy211 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
2.7K
18
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.3KThread81KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.