• Beranda
  • ...
  • Health
  • [Mental Health] Mengenal Lebih Jauh Gangguan Delusi.

little.sirius
TS
little.sirius
[Mental Health] Mengenal Lebih Jauh Gangguan Delusi.





Delusi adalah salah satu jenis gangguan mental serius yang dikenal dengan istilah psikosis. Penderita Delusi atau Psikosis ditandai dengan ketidak sinambungan antara pemikiran, imajinasi, dan emosi, dengan realitas yang sebenarnya, atau dalam bahasa gaul disebut Halu.

Penderita gangguan delusi meyakini hal-hal yang tidak nyata atau tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, baik dari sisi pekerjaan, kehidupan, pengalaman, dan lain lain. Walau sudah terbukti bahwa apa yang diyakini penderita sangat berbeda dengan kenyataan, penderita tetap berpegang teguh pada pemikirannya seolah olah semua hal benar terjadi.




Belum diketahui pasti apa yang menjadi penyebab seseorang mengalami gangguan delusi, tapi beberapa penelitian menemukan kemungkinan hal yang mampu memicu halusinasi sebagai gejala delusi:

• Keturunan (genetik)
dan Biologis •
Gangguan delusi bisa diakibatkan oleh kelainan gen, bisa memicu gangguan pada otak atau hormon seseorang. Kondisi ini dapat diturunkan pada anak, sehingga anak dari penderita memiliki resiko lebih besar mengalami delusi. Gangguan delusi juga berpotensi muncul pada orang yang memiliki daerah otak yang tidak normal, khususnya pada bagian otak yang mengatur pemikiran dan persepsi.

• Lingkungan •
Lingkungan sangat berperan aktif bagi perkembangan mental seseorang, lingkungan yang penuh dengan tekanan, kebencian, atau bahkan kekangan akan membuat seseorang menjadi drop sehingga sangat rentan mengalami gangguan ini.

• Penyalahgunaan obat obatan •
Salah satu faktor yang biasa ditemukan ditengah masyarakat saat ini adalah penggunaan obat obatan yang minim pengawasan. Salah satu efek obat yang biasa digunakan untuk "nge-fly" adalah halusinasi, dimana pengguna secara tidak sadar mempercayai apa yang nampak dari halusinasinya sehingga secara perlahan akan mempengaruhi kondisi pikiran penderita.

• Riwayat gangguan jiwa •
Penderita gangguan jiwa berat seperti alter-ego, bipolar, skizofernia, dll sangat rentan mengidap komplikasi gangguan mental. Diantaranya gangguan delusi ini dapat diakibatkan oleh riwayat gangguan mental yang lain, seperti skizofernia, anxiety, dll.


• Waham kebesaran (Grandiose) •


Orang yang mengidap Delusi Grandiose / Waham Kebesaran ialah orang yang merasa dirinya paling tinggi dari setiap orang, baik dari sisi harta, kedudukan, kepintaran, kekuasaan, kecerdasan, ketampanan bahkan dia mengaku dirinya adalah orang penting.

Biasanya gangguan ini dipicu karena dalam lingkungannya dia merasa tidak dicintai atau dihargai oleh orang disekitarnya, sehingga dia ingin menklaim bahwa dirinya lebih dari yang lain, demi sebuah ambisi dan pengakuan.

Beberapa kebiasaan umum yang biasa dilakukan oleh penderita Grandiose antara lain:

- Gelisah jika ada orang yang lebih baik dari dirinya, sehingga sebisa mungkin orang ini akan mencari cerita baru yang lebih tinggi dari lawan bicaranya, dan dia sangat meyakinin cerita dirinya.

- Merasa dirinya lebih dari orang lain, dengan mengaku dirinya adalah orang penting, memiliki relasi dengan presiden, raja atau selebritis, mengaku memiliki gajih diatas lawan bicara, status tinggi, dan lain lain. Demi sebuah pengakuan dari lawan bicara.

- Merasa paling pintar, cerdas, jenius, dan meyakini bahwa dia telah menemukan sebuah penemuan penting seperti sebuah teori, komunitas dunia, dll. Biasanya orang seperti ini akan lebih banyak (suka) berbicara / berargumen dengan teori yang berasal dari opini dan pikirannya dibandingkan fakta valid yang ada, karena dia meyakini bahwa dirinya lebih dari yang lain / lawan bicaranya.

-Merasa memiliki talenta hebat, seperti meramal, pembaca aura atau karakter, menguasai bahasa asing meski faktanya hasil translate, atau seorang pelukis handal. Hal ini dilakukan semata mata hanya untuk menarik perhatian atau membuat kagum lawan bicara / orang lain.


• Erotomania / Obsessive Love Disorder •


Penderita Erotomania / OLD ini yaitu saat seseorang merasa sangat dicintai oleh orang lain. Padahal pada faktanya tidak demikian, meski orang tersebut sudah memiliki pasangan atau sama sekali tidak mempedulikannya, orang ini akan terus berusaha menguntit dan bersinggungan dengan orang yang dia obsesikan.

Beberapa kebiasaan umum yang dialami oleh penderita erotomania:

- Gelisah saat melihat orang yang menjadi objek delusinya berteman atau memiliki hubungan dengan orang lain.

- Mencoba mencari tahu kehidupan pribadi orang yang dia obsesikan, bahkan hingga menguntit bagaimana kehidupan pribadinya.

- Selalu mencoba bersinggungan dengan orang yang dia obsesikan, ntah selalu satu kelompok tugas kuliah dengan orang tersebut, atau selalu sok akrab dengan menyebut nama atau inisial orang tersebut dalam status media sosialnya untuk memuaskan delusinya.


• Waham Kejar (Persecutory) •


Pengidap Persecutory memiliki rasa takut yang luar biasa akan kejadian yang sama sekali tidak terjadi. Seperti merasa di ganggu orang lain, merasa akan dicelakai orang lain, atau takut jika dia menjadi target sebuah tindak kejahatan. Biasanya Persecutory diakibatkan oleh trauma masa lalu, anxiety, kecemasan berlebih, Fobia, dll.

Beberapa kebiasaan umum yang dialami oleh pengidap Persecutory:

- Merasa diawasi oleh orang lain yang berniat mencelakainya, sehingga dia tidak pernah nyaman keluar rumah sendirian.

- Merasa orang lain membicarakan, menyindir, atau menyinggung dirinya, sehingga orang ini akan bereaksi pada hal tersebut meski kenyataannya hal tersebut tidak ada kitan apapun dengan dirinya. Hal ini terjadi akibat pengidap Persecutory yang berawal dari gangguan Delusi Grandiose, sehingga mempercayai bahwa dia orang penting yang akan dicelakai orang lain, dijatuhkan, dll.


• Delusi Somatik •


Pengidap delusi ini memiliki keyakinan bahwa dirinya memiliki penyakit atau sebuah kecacatan. Biasanya diagnosa yang dia lakukan tanpa melewati tahap screening / medical checkup terlebih dahulu. Mereka mencari info dari internet atau buku, dan mencocokan pada gejala yang mereka alami, lalu meyakini bahwa mereka mengidap sebuah penyakit / kecacatan. Karena sugesti dan keyakinan dirinya ini, secara perlahan pengidap delusi somatik akan merasakan sensasi sensasi gejala seperti penyakit apa yang dia yakini akibat dari sugesti dirinya sendiri, jika orang tersebut yakin bahwa dia mengidap stroke maka dia akan meyakini bagian tubuhnya serasa tidak bertenaga atau mati rasa.

Beberapa kebiasaan umum pengidap delusi somatik:

- Pengidap delusi somatik biasanya akan merasakan sensasi gejala sebuah penyakit yang dia yakini, seperti kelumpuhan, sakit, atau gatal. Hal itu imbas dari sugesti dan keyakinan dirinya akan kondisinya saat ini.

- Melakukan pengobatan mandiri pada penyakit yang dia yakini, biasanya dia akan datang ke Rumah sakit berkali kali untuk MC, meski hasilnya tidak sesuai, dia tetap merasa bahwa ada yang salah pada dirinya.


• Delusi Campuran •


Pengidap delusi Campuran adalah kondisi umum untuk seseorang yang mengalami lebih dari satu jenis delusi yang saya sebutkan diatas. Biasanya terjadi karena ketika ada satu delusi yang tidak ditangani maka akan membawa gangguan delusi yang lain. Karena pada dasarnya delusi yang dibiarkan akan memperparah keadaan dengan mendorong munculnya delusi yang lain.

Beberapa contoh keterkaitan delusi yang dialami pengidap delusi campuran:

- Pasien mengalami delusi Grandiose, tapi dilakukan pembiaran. Maka biasanya akan memicu delusi Erotomania karena dia beranggapan bahwa dia adalah seorang superior, lebih dari yang lain sehingga ada orang yang tergila - gila pada dirinya, sehingga muncul delusi Erotomania ini.

- Pasien mengalami delusi Grandiose, tapi dilakukan pembiaran. Maka akan ada kemungkinan muncul delusi Persecutory, karena anggapan dia adalah orang penting, sehingga muncul ketakutan dicelakai orang jahat.

-Masih banyak lagi.





Sebenarnya Delusi tidak memiliki ciri khusus yang signifikan, tetapi ada beberapa kemungkinan yang bisa dijadikan sebagai ciri / gejala seseorang mengalami delusi:

• Keyakinan •
Pengidap delusi memiliki keyakinan pada hal yang tidak nyata atau Fantasi. Keyakinan ini sangat teguh, meski kita sudah berikan fakta yang valid atau keyakinan tersebut sudah terbantah oleh fakta. Tapi penderita delusi akan sangat kokoh meyakini hal yang menurut mereka benar.

• Mudah Marah •
Penderita delusi biasanya akan sangat sensitif jika keyakinan mereka dibantah atau dipatahkan, meskipun oleh fakta atau data yang valid. Mereka akan mudah tersinggung dan bereaksi secara berlebihan pada hal tersebut.

• Swing Mood •
Penderita delusi biasanya mengalami lonjakan mood yang sangat tidak beraturan, ketika mereka senang atau bahagia, biasanya akan tiba tiba berubah menjadi gelisah, murung, buruk atau bahkan marah. Hal ini karena terjadinya konflik dalam pikiran antara hal nyata dan fantasinya.

• Halusinasi •
Penderita delusi sangat sering mengalami halusinasi, baik dari bentuk mimpi atau lamunan. Halusinasi ini terjadi akibat obsesi dan kepercayaannya yang terkadang mengisi seluruh pikiran sepanjang hari. Bahkan halusinasi ini sangat dirasakan nyata oleh penderita delusi seperti merasakan sakit (penderita delusi somatik), worm ear suara pujaan hati (penderita erotomania), dan lain lain.

Meski termasuk pada gangguan mental berat yang artinya tidak dapat duobati, tapi psikosis bisa dikendalikan dengan bantuan dari ahli kejiwaan. Ada beberapa tahapan dan metode yang bisa dilakukan agar bisa membantu pasien untuk mengendalikan dirinya:

• Farmakologi •
Penanganan ini sangat penting untuk tahap dasar pengobatan ganggyan kejiwaan, dengan penggunaan obat antipsikosis diharapkan akan mengurangi bahkan menghilangkan sementara delusi yang di alami pasien. Pengobatan ini juga mampu mempermudah terapis untuk membantu pasien mengembalikan pola pikirnya.

Tahapan ini meliputi:
- Pendekatan, dengan membangun kepercayaan pasien pada terapis (dokter), akan mengurangi atau menghilangkan rasa perlawanan diri dari pasien untuk diobati. Karena biasanya ODGJ merasa dirinya tidak mengalami gangguan, sehingga menolak untuk menjalani pengobatan. Terlepas dari stigma masyarakat yang memiliki pandangan buruk terhadap ODGJ.

- Pemberian obat dosis rendah hingga tinggi tergantung dari bagaimana respon pasien terhadap penanganan. Jika kepercayaan pasien pada dokter sudah kuat, maka pasien tidak akan menyadari bahwa dirinya sedang diobati, bahkan cenderung patuh dengan tahapan yang akan dijalani selanjutnya.


• Psikoterapi •
Tahapan selanjutnya adalah terapi, dimana banyak terapi yang bisa ginukan seperti reframing, kognitif, nlp, disc, dan lain sebagainya sesuai dengan kondisi pasien. Terapi ini sangat dipengaruhi oleh peran terapis dan koping teman serta keluarga sebagai strategi penyembuhan.
 

Seru juga yah bahasan kita kali ini, selamat bertemu di thread selanjutnya. See u next thread.

 

Referensi web
Alodokter|Tempo Health|SehatQ
Referensi Buku
PPDGJ III|Kesehatan Mental Bab 8 Spesialis
|Journal Kedokteran Bab 3 Karya hanum|
Referensi gambar klik setiap gambar
Little.sirius•Bandung•31 Juli 2021

 
penyukabiruushirotaa.w.a.w.a.w
a.w.a.w.a.w dan 17 lainnya memberi reputasi
18
5.3K
41
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Health
Health
icon
24.6KThread9.7KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.