Jika Rusia sedang membetot perhatian dunia melalui event MAKS 2021, maka kabar kurang menyenangkan sedang menimpa rival mereka, yakni Amerika Serikat. Dikutip dari marinecorpstime.com(24/07/2021), dua unit jet tempur F-35B yang dioperasionalkan oleh Korps Marinir Amerika (USMC) tersambar petir saat melakukan penerbangan pada tanggal 13 Juli 2021.

Dalam insiden ini, kedua pilot mampu mendaratkan kembali pesawat dengan selamat. Untungnya tidak ada luka berarti pada kedua pilot tersebut. Setelah kejadian tersebut, kedua pesawat yang berasal dari Marine Corps Air Station (MCAS) Iwakuni, Jepang, tidak bisa diterbangkan untuk sementara waktu. Pasalnya telah terjadi kerusakan pada pada Onboard Inert Gas Generation System (OBIGGS).

Kejadian tersambar petir ini bukan yang pertama kali bagi keluarga F-35, sebelumnya varian F-35A yang dioperasionalkan oleh Angkatan Udara Amerika (USAF) juga mengalami hal yang serupa. Varian F-35A untuk Angkatan Udara berulang kali dilarang terbang dalam kondisi cuaca hujan petir atau di dekat badai petir karena masalah pada OBIGGS.

OBIGGS merupakan tabung yang memompa udara yang bercampur dengan nitrogen ke dalam sistem bahan bakar pesawat, hal tersebut dapat mencegah pesawat meledak jika disambar petir. Perangkat ini berfungsi melindungi F-35 dari efek sambaran petir saat melakukan penerbangan.





Pada kasus F-35A, kerusakan pada tabung OBIGGS menyebabkan pembatasan penerbangan untuk F-35A pada bulan Juni 2020. Sebenarnya varian F-35B memiliki sistem OBIGGS yang dirancang sedikit berbeda. Hal tersebut disesuaikan dengan kipas pengangkatnya dan secara teori telah membuatnya kebal terhadap sambaran petir.

Saat ini tengah dilakukan penelitian oleh pihak Lockheed Martin, untuk mencari solusi yang sesuai untuk mengatasai masalah pada dua varian F-35 tersebut. Insiden tersambar petir ini menambah daftar panjang masalah pada keluarga F-35, pasalnya pada tanggal 12 Maret tahun 2021 juga dilaporkan adanya masalah pada meriam otomatis F-35B, proyektil yang baru saja dilepaskan dari laras meriam tiba-tiba meledak dan mengakibatkan kerusakan pada fuselage pesawat.

Dikutip dari Marine Corps Times, Juru Bicara Marine Air Group 12 Kapten Marco A. Valenzuela mengatakan, setelah dilakukan penilaian terhadap kerusakan yang terjadi, insiden yang menimpa F-35B tersebut termasuk insiden Kelas A. Insiden Kelas A dikategorikan sebagai kejadian yang mengakibatkan kematian atau cacat permanen, atau kerusakan senilai lebih dari US$ 2,5 juta.





Nama belakang jet tempur F-35 adalah “Lightning” yang berarti petir. Meski memiliki nama petir, “Sang Petir” ternyata masih belum bisa mengatasi ancaman dari "petir yang sesungguhnya" dalam penerbangan.

Pengembangan dan produksi jet tempur F-35 memang penuh kontroversi, selain harga jual yang mahal, biaya operasionalnya pun juga lebih mahal daripada jet tempur yang lainnya. Masalah biaya operasional ini juga sempat dikeluhkan oleh USAF (Angkatan Udara Amerika). Selain biaya operasional mahal, beragam masalah masih membayangi jet tempur generasi 5 ini. Mulai dari radar yang terkadang hang, meriam otomatis yang tidak bisa menembak secara akurat, serta yang terbaru rentan terhadap sambaran petir. Di mana kejadian yang terakhir sangat membahayakan nyawa pilotnya.

Dengan beragam masalah yang tak berkesudahan, bagaimana nasib F-35 di masa mendatang ? Akankah jadi kegagalan termahal sepanjang sejarah atau justru bisa "survive" dan menjadi jet tempur nomor wahid di muka bumi ?

Demikian sedikit update berita dari rival Rusia, semoga pembahasan kali ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan baru untuk agan dan sista, sampai jumpa