• Beranda
  • ...
  • Otomotif
  • Sejarah PO ESTO - Si Kodok Ijo yang Jadi Pelopor Transportasi Bus di Jawa Tengah

si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Sejarah PO ESTO - Si Kodok Ijo yang Jadi Pelopor Transportasi Bus di Jawa Tengah
Kembali dengan pembahasan sejarah bus gan sist, setelah sebelumnya ane membahas PO Coyo yang berasal dari Pekalongan, kini ane akan membahas PO ESTO yang berdomisili di Salatiga. Bagi yang belum membaca sejarah PO Coyo, bisa klik disini.

Sebenarnya ini adalah request dari salah satu Kaskuser sekitar setahun yang lalu, saat pertama kali ane mulai aktif menulis dengan membahas sejarah bus di Indonesia. Tapi karena minimnya informasi dan ane sempat lupa, maka pembahasan PO ESTO jadi tertunda gan sist. Nah, karena sekarang ane sudah dapat informasi dari sumber terpercaya maka ane akan sedikit mengulas PO asal Salatiga ini.

Bicara soal Salatiga, posisi kota ini sebenarnya tidak jauh dari ibukota provinsi Jawa Tengah, yakni Semarang. Ada dua pilihan bus saat ini, yakni bus Ekonomi dan Patas. Bisa dibilang untuk menuju Semarang dengan bus, warga Salatiga punya banyak pilihan. Dan jika ingin pergi ke Jabodetabek, justru pilihannya semakin banyak. Terminal Tingkir di Salatiga, menjadi destinasi wajib yang harus disinggahi bus AKAP dan AKDP. Posisi terminal yang tidak jauh dari gerbang tol Trans Jawa, menjadikan akses ke terminal ini jauh lebih mudah.




Armada bus milik Esto tempo dulu.

Foto: Kabar Salatiga/Facebook



Sejarah transportasi angkutan penumpang di Salatiga sebenarnya sudah ada sejak zaman Belanda gan sist, tepatnya tahun 1921. Waktu itu salah satu orang Tionghoa yang tinggal di Salatiga, bernama Kwa Tjwan Ing, memulai usaha jasa transportasi untuk pertama kalinya. Waktu itu angkutan penumpang tersebut hanya digunakan oleh golongan priyayi saja, jasa transportasi tersebut awalnya dinamai sesuai namanya.

Armada bus milik Kwa Tjwan Ing waktu itu kalau di era modern sekarang, boleh dikata layaknya taksi atau angkot. Karena kapasitas penumpangnya yang tidak banyak. Waktu itu armada bus tersebut selalu terparkir di depan rumah Kwa Tjwan Ing, di mana sekarang rumah tersebut sudah berdiri sebuah hotel. Awalnya armada Kwa Tjwan Ing melayani rute Salatiga - Tuntang. Waktu itu Tuntang masih jadi Ibukota Kecamatan, di mana terdapat stasiun kereta api yang menghubungkan Salatiga dengan kota-kota lain, misalnya Semarang dan Solo.

Bagi mereka yang hendak menuju Semarang dengan kereta api, biasanya mengguanakan bus milik Kwa Tjwan Ing. Dulu armada bus ini memiliki warna hijau tua, karena bus zaman dulu posisi mesinnya ada di depan, maka sudah pasti akan ada moncong panjang di bagian depannya sebagai wadah mesin. Bagi warga Salatiga, dari warna hijau dan moncong kendaraan, maka masyarakat Salatiga menjulukinya sebagai "Kodok Ijo".

Selain Salatiga - Tuntang, waktu itu Kwa Tjwan Ing juga melayani rute Salatiga - Bringin. Waktu jasa transportasi ini dibuka bertepatan dengan masuknya telepon ke wilayah Hindia Belanda, pada sebuah foto terlihat armada Kwa Tjwan Ing ada tulisan nomor telepon 42.





Armada pertama Esto pada tahun 1921, waktu itu masih bernama Kwa Tjwan Ing. Ada nomor telepon 42.




Armada bus milik Esto yang direstorasi, kira-kira seperti inilah warna busnya waktu itu.

Foto: Kabar Salatiga/Facebook



Tahun 1923, Kwa Tjwan Ing merubah nama usaha jasa transportasinya, beliau kemudian memakai nama "ESTO" yang merupakan akronim dari 'Eerste Salatigasche Transport Onderneming' yang mempunyai arti 'Perusahaan Pertama di Salatiga'.Di tahun yang sama, Kwa Tjwan Ing juga mulai berbisnis jasa ekspedisi dengan menggunakan dua unit truk.

Jasa ekspedisi ini biasanya mengangkut hasil bumi dari Salatiga menuju Semarang, karena hasil bumi tersebut harus tiba tepat waktu di Semarang, maka Kwa Tjwan Ing melihat adanya peluang usaha di sana. Waktu itu Kwa Tjwan Ing memulai jasa ekspedisi, beliau termasuk orang yang taat aturan dalam usaha ekspedisi ini. Ia hanya mengangkut muatan sesuai kapasitas truk, dan tidak mau mengangkut beban yang berlebihan (over load).

Kwa Tjwan Ing termasuk orang yang memperhatikan faktor keselamatan karyawannya, sehingga ia tidak mau membawa muatan yang berlebihan. Selain faktor keselamatan, aturan dari Belanda mengenai angkutan barang juga cukup ketat. Sehingga pada zaman Belanda, kita tidak akan menemui truk dengan muatan yang berlebihan seperti zaman sekarang. Kedisplinan juga dituntut dari para sopir truk, di mana mereka harus kembali ke garasi tepat waktu.




Garasi Esto tempo doeloe.

Foto: Sejarah Transportasi/Facebook



Pada awalnya armada bus Kwa Tjwan Ing hanya berkapasitas 20 orang, di kursi bagian depan diberi jok yang bagus, kursi ini khusus untuk orang Belanda. Sementara di kursi belakang yang menhadap belakang memakai kursi rotan, kursi ini khusus untuk kaum pribumi. Pada tahun 1930, trayek PO Esto tak hanya melayani trayek lokal di Salatiga. Mereka juga melebarkan trayek sampai Magelang, Jogja, Purworejo, Kendal, Solo, Semarang, Pati, Kudus bahkan sampai Sragen.

Pada tahun 1930, Kwa Tjwan Ing mewariskan usahanya kepada putranya yang bernama Kwa Hong Po (Winata Budi Dharma). Namun, tak lama setelah berhasil memperluas usahanya. PO Esto dihantam krisis global pada era 1930-1940. Beberapa armada bus terpaksa dijual untuk membayar hutang. Karena armada yang tinggal sedikit, PO Esto hanya melayani trayek jarak menengah dan dekat, yakni dari Salatiga menuju Bringin, Suruh, Tuntang dan Ambarawa. Pada masa awal berdirinya, PO ini banyak memakai produk Chevrolet.




Esto rute Salatiga - Suruh mamakai armada Chevrolet Loadmaster 6100 produksi tahun 1948.

Foto: Sejarah Transportasi/Facebook





Sejarah Antara PO Esto dan Soto Esto


Meski sempat mengalami krisis pada dekade 1930 sampai 1940-an, setelah Indonesia merdeka, PO Esto masih bisa bertahan. Setidaknya memasuki era 1950-1990, PO ini masih eksis di Salatiga. Sebuah rentang waktu yang cukup lama menurut ane. Nah, yang menarik dari perjalanan Esto, salah satunya adalah sebuah kisah pada era 1950-an di depan garasi bus Esto gan sist.

Pada tahun 1953, penjual soto keliling bernama Bapak Martosetiko, ketika sore selalu mangkal di depan garasi bus Esto. Pada tahun tersebut PO Esto kembali merengkuh masa jayanya, soto yang dijajakan Pak Marto jadi pilihan para kru bus Esto. Soto ini kemudian jadi langganan seluruh kru PO Esto. Karena pembeli soto semakin ramai, maka pemilik bus memberikan tempat di depan garasi, sehingga Pak Marto tidak perlu berjualan keliling lagi.

Selain jadi langganan para kru bus, soto Pak Marto juga jadi langganan pegawai dan pengunjung kantor pos, karena letak garasi waktu itu tidak jauh dari kantor pos Salatiga. Dari sanalah, soto Pak Marto dikenal dengan nama Soto Esto. Tahun 1988, Pak Marto mewariskan usaha soto ini kepada anaknya. Beberapa anak beliau bahkan sempat membuka cabang di Jakarta.







Soto Esto.

Foto: Eatdrinksleepwell/Facebook




Kenangan waktu masih mangkal di depan garasi.

Foto: Sejarah Transportasi/Facebook



Karena sekarang PO Esto sudah almarhum, maka tempat berjualan soto sudah berpindah tempat ke belakang Hotel Grand Wahid. Tepatnya di Jl. Langensuko No. 4 Salatiga. Meski sudah berpindah tempat, orang-orang dari luar kota masih banyak yang menggemari soto ini. Jika mampir ke Salatiga pasti mereka akan mampir kulineran di Soto Esto. Mungkin ada agan sista yang tinggal di Salatiga pernah mengyicipi soto ini ? Silakan nanti komen di bawah emoticon-Big Grin



Sempat Berjaya di Era 1980 Sampai Akhir 1990


Setelah mengalami krisis di masa Bapak Winata Budi Dharma, generasi penerus setelah Pak Budi bisa dibilang sukses dalam mengembalikan kejayaan Esto. Sayangnya tidak diketahui, siapakah generasi penerus Esto di rentang tahun 1980-1990 ? Bagi agan sista yang tahu, bisa menambahkan di kolom komentar.

Salah satu trayek bus andalan Esto di masa Orde Baru adalah trayek Salatiga - Tuntang - Bawen - Ambarawa. Di masa anak-anak SMA masih banyak naik bus kota, PO Esto termasuk jadi andalan para siswa SMA pada masanya. Mungkin ada agan sista yang semasa SMA pernah naik bus Esto juga ?

Pada masa Orde Baru, kebanyakan armada Esto di dominasi dengan warna merah dan biru. Pada masa itu mereka juga mekayani bus Pariwisata dengan livery dominan putih dengan garis-garis berwarna merah, kuning dan biru. Armada yang digunakan kemungkinan adalah seri Mercedes Benz seri OH 1518, karena dilihat dari beberapa foto, chassisnya tampak agak pendek (CMIIW).



Esto Pariwisata.




Foto: Sejarah Transportasi/Facebook




Foto: Abdul Malik/Facebook




Bus yang warna merah dan biru melayani rute Salatiga - Tuntang - Ambarawa. Semua bus di atas memakai Mercedes Benz, sepertinya seri OH 1518. CMIIW

Foto: salatiga.nl



Sama seperti penyakit bus era 90-an, memasuki era 2000-an, bus ini mulai mengalami tanda-tanda akan almarhum. Dilihat dari armada bus yang digunakan tampak tak terawat. Pada periode 2015-2017, PO Esto membeli beberapa unit bus bekas PO Muncul yang berasal dari Solo. Namun, hal itu sudah terlambat. Sepertinya para penumpang di jalur Salatiga Ambarawa lebih memilih kendaraan pribadi.

Selain lambat dalam urusan peremajaan armada, PO Esto juga tidak memiliki generasi penerus yang mau melanjutkan usaha bus ini. Maka kini PO Esto tinggal kenangan saja, beberapa sumber menyebutkan, PO Esto terakhir kali terlihat beroperasi sekitar tahun 2017/2018 awal. Dan saat ini, Esto sudah tidak lagi nampak di Terminal Tingkir.

Sangat disayangkan, salah satu pencetus usaha jasa transportasi di Jawa Tengah ini justru sudah almarhum. Ada beberapa akronim lain dari ESTO versi masyarakat Salatiga, seperti "Esok Sore Tjari Oeang", ada juga yang mengartikannya sebagai "Enak Seger Tanpa Ongkos". Karena sebagian penumpang waktu itu ada yang tidak membayar ongkos saat naik bus, jangan ditiru gan sist emoticon-Big GrinBerikut ini beberapa foto kenangan dari PO Esto.




Bus bekas PO Muncul yang dibeli PO Esto.

Foto: Yoga AlfaRidzky/Facebook







Foto: Sejarah Transportasi/Facebook







Cover dalam buku panduan perawatan kendaraan milik PO Esto.

Foto: Wahyu Apriyanto/Facebook



Nah demikian gan sist, sedikit ulasan dari PO Esto. Sayangnya PO asli Salatiga yang jadi pionir transportasi di Jawa Tengah ini sudah tidak beroperasi lagi. Apakah ada agan dan sista yang pernah merasakan naik PO ini pada masa jayanya ? Jika ada, jangan lupa untuk berkomentar di bawah ya.

Semoga sedikit pengetahuan yang ane bagikan ini bisa menambah wawasan serta referensi baru untuk agan dan sista. Sampai jumpa emoticon-Angkat Beer







Referensi Tulisan: 1.2.3& Grup Facebook Sejarah Transportasi
Ilustrasi Foto: Facebook
Diubah oleh si.matamalaikat 23-07-2021 04:10
koi7Avatar border
mohri17Avatar border
isu152Avatar border
isu152 dan 20 lainnya memberi reputasi
21
9K
46
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Otomotif
Otomotif
icon
27.7KThread14.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.