LordFaries4.0
TS
LordFaries4.0
Mengenal Marie Colvin, Wartawan Perang Wanita

Marie Catherine Colvin (12 Januari 1956 – 22 Februari 2012) adalah wartawan Amerika Serikat yang bekerja sebagai koresponden luar negeri di surat kabar Britania, The Sunday Times, sejak tahun 1985 sampai meninggal dunia. Ia meninggal dunia saat meliput pengepungan Homs di Suriah.

Universitas Stony Brook mendirikan Marie Colvin Center for International Reporting untuk mengenang jasa-jasanya. Keluarganya juga membentuk organisasi amal Marie Colvin Memorial Fund melalui Long Island Community Foundation sebagai bentuk penghormatan atas humanitarianisme Colvin. Pada Juli 2016, pengacara keluarga Colvin mengajukan gugatan sipil terhadap pemerintah Republik Arab Suriah setelah mendapatkan bukti bahwa pemerintah Suriah secara langsung memerintahkan pembunuhan Colvin. Hakim menyatakan pemerintah Suriah bersalah atas pembunuhannya pada awal 2019 dan keluarga Colvin menerima ganti rugi sebesar $302 juta.


Kehidupan awal dan pendidikan
Marie Colvin lahir di Astoria, Queens, New York, dan dibesarkan di East Norwich, di kota Oyster Bay, Nassau County, Long Island. Bapaknya, William J. Colvin, adalah veteran Korps Marinir pada Perang Dunia II dan guru bahasa Inggris di sejumlah sekolah negeri New York City. Bapaknya juga aktif dalam perpolitikan Partai Demokrat di Nassau County. Ia menjabat sebagai Wakil Kepala Eksekutif County mewakili Eugene Nickerson. Ibunya, Rosemarie Marron Colvin, adalah pembimbing konseling SMA di sejumlah sekolah negeri Long Island. Marie memiliki dua saudara, William dan Michael; dan dua saudari, Aileen dan Catherine. Ia lulus dari Oyster Bay High School tahun 1974. Ia menghabiskan tahun pertama SMA-nya dalam program pertukaran pelajar di Brasil, kemudian kuliah di Universitas Yale. Ia mengambil jurusan antropologi dan mengikuti kursus bersama John Hersey, penulis pemenang Hadiah Pulitzer. Ia mulai menulis di Yale Daily News dan memutuskan menjadi wartawan. Ia lulus dengan gelar S1 di bidang antropologi pada tahun 1978.Semasa di Yale, Colvin dikenal keras kepala dan dijuluki "tukang ribut" di kampus.



Karier
Colvin sempat bekerja untuk serikat pekerja di New York City sebelum merintis karier jurnalismenya di United Press International (UPI), satu tahun setelah lulus dari Yale. Ia bekerja di UPI cabang Trenton, lalu pindah ke New York dan Washington. Pada tahun 1984, Colvin diangkat sebagai manajer biro UPI Paris, kemudian pindah ke The Sunday Times tahun 1985.

Sejak 1986, ia menjabat sebagai koresponden Timur Tengah. Tahun 1995, ia ditunjuk sebagai koresponden luar negeri. Tahun 1986, ia menjadi orang pertama yang mewawancarai pemimpin Libya, Muammar Gaddafi, usai Operasi El Dorado Canyon. Dalam wawancara ini, Gaddafi mengatakan bahwa ia sedang berada di rumah ketika pesawat tempur AS mengebom Tripoli pada April 1986 dan ia ikut menyelamatkan istri dan anak-anaknya ketika rumahnya runtuh. Gaddafi juga mengatakan bahwa rekonsiliasi antara Libya dan Amerika Serikat mustahil dilakukan apabila Ronald Reagan masih menjabat sebagai presiden. Katanya, "Saya tidak mau berkomentar tentang dia (Ronald Reagan) karena dia gila. Dia bodoh. Dia antek Israel."

Pada Mei 1988, Colvin tampil dalam program diskusi After Dark di Channel 4 bersama Anton Shammas, Gerald Kaufman, Moshe Amirav, Nadia Hijab, dan lain-lain.

Selain Timur Tengah, Colvin juga meliput konflik di Chechnya, Kosovo, Sierra Leone, Zimbabwe, Sri Lanka, dan Timor Leste. Pada tahun 1999, ia menyelamatkan 1.500 perempuan dan anak-anak Timor Leste dari sebuah bangunan yang dikepung oleh serdadu bekingan Indonesia. Ia tidak mau meninggalkan mereka dan bertahan bersama pasukan PBB. Liputannya diterbitkan di surat kabar dan dan disiarkan di televisi. Mereka dievakuasi empat hari kemudian. Colvin dianugerahi penghargaan International Women's Media Foundation atas keberaniannya dalam meliput konflik Kosovo dan Chechnya. Ia menulis dan memproduseri beberapa film dokumenter, termasuk Arafat: Behind the Myth di BBC. Ia diwawancarai dalam film dokumenter Bearing Witness tahun 2005.



Colvin kehilangan penglihatan di mata kirinya akibat terkena ledakan granat berpeluncur roket (RPG) Angkatan Darat Sri Lanka pada 16 April 2001. Waktu itu ia sedang menyeberang dari daerah yang diduduki Macan Tamil ke daerah yang dikuasai pemerintah. Sejak saat itu, ia memakai penutup mata.

Colvin diserang setelah meneriakkan "journalist, journalist!" ketika sedang meliput Perang Saudara Sri Lanka. Dalam wawancara dengan Lindsey Hilsum di Channel 4 News, ia menceritakan bahwa penyerangnya sengaja menyasar dirinya. Meski terluka parah, Colvin yang saat itu berusia 44 tahun masih menyempatkan diri menulis dan mengirim artikel 3.000 kata tepat waktu. Ia berjalan kurang lebih 50 km melintasi hutan Vanni didampingi pemandu Tamil untuk menghindari tentara pemerintah. Ia melaporkan bencana kemanusiaan di kawasan Tamil utara, termasuk pemutusan pasokan makanan dan obat-obatan oleh pemerintah dan larangan peliputan perang oleh wartawan asing di sana selama enam tahun. Colvin kemudian menderita gangguan tekanan pascatrauma (PTSD) dan dirawat di rumah sakit. Ia menjadi saksi mata dan penengah menjelang berakhirnya perang di Sri Lanka. Ia melaporkan kejahatan perang terhadap suku Tamil saat itu. Beberapa hari kemudian, pemerintah Sri Lanka mengizinkan wartawan asing masuk ke daerah yang diduduki pemberontak. Direktur penerangan pemerintah, Ariya Rubasinghe, menyatakan, "Wartawan boleh masuk. Kami tidak melarang mereka, tetapi mereka harus menyadari dan menerima risikonya."

Pada tahun 2011, ketika sedang meliput Musim Semi Arab di Tunisia, Mesir, dan Libya, ia ditawari untuk mewawancarai Gaddafi untuk kedua kalinya bersama dua wartawan lain yang dipilih Colvin. Dalam wawancara internasional pertama Gaddafi sejak perang saudara pecah, Colvin mengajak Christiane Amanpour dari ABC News dan Jeremy Bowen dari BBC News. Colvin menekankan pentingnya menyoroti "kemanusiaan dalam kondisi ekstrem yang didorong sampai titik penghabisan". Ia mengatakan, "Tugas saya adalah menjadi saksi mata. Saya tidak peduli pesawat apa yang mengebom desa atau apakah artilerinya 120mm atau 155mm."



Kehidupan Pribadi
Colvin dua kali menikahi Patrick Bishop, seorang wartawan; mereka juga bercerai dua kali. Ia juga menikahi wartawan asal Bolivia, Juan Carlos Gumucio, koresponden surat kabar Spanyol, El País, di Beirut pada masa perang saudara Lebanon. Gumucio bunuh diri pada Februari 2002 di Bolivia setelah berjuang melawan depresi dan kecanduan alkohol.

Colvin bertempat tinggal di Hammersmith, West London.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Marie_Colvin

Emak-emak ini keren sekali gan. Salud emoticon-Matabelo
Diubah oleh LordFaries4.0 29-06-2021 17:43
limdarmawanphyu.03agusrezapratam4
agusrezapratam4 dan 27 lainnya memberi reputasi
28
5.5K
45
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
icon
6.5KThread10.2KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.