iskrim
TS
iskrim
Warteg dan Burjo Nasibmu Kini Di Mata Generasi Z



[ HT# 739 ]

Anak 80-90an tentu mengenal apa itu warteg singkatan dari warung tegal dan burjo aka dari bubur kacang ijo. Tempat makan masyarakat menengah yang biasanya berupa warung nasi berlokasi di pinggir jalan.

Warung tegal dan burjo era 80-90an menjadi idola masyarakat dan tumbuh subur dihampir setiap jalan kampung hingga saking tenarnya pernah naik derajat warteg masuk kelas menengah atas di lokasi yang nyaman.



Kedua usaha ini keberadaannya pun sangat solid dan kekeluargaan, mereka memiliki persatuan dan pengurusan manajemen yang cukup rapih ala konvensional. Pemilik usaha biasanya satu kampung atau satu daerah.

Kegiatan yang pernah terliput oleh media cetak kala itu adalah setiap pemilik usaha mengadakan mudik bersama gratis, menyewa beberapa bus dengan satu tujuan pulang kampung, membangun ekonomi desa, mensejahterakan warganya dan meng haji kan orang tuanya. Bahkan tidak sedikit pemilik usaha ini memiliki rumah mewah dan megah karena usaha makanan siap saji ini tumbuh subur di kota kecil hingga kota besar.



Sajian atau masakan ala rumahan yang bervariasi dan lengkap membuat perut lapar semakin bergairah untuk duduk berlama, ngopi, atau sekedar mencandai mbak manis si penjaga warung saat itu.

Menu favorit saya di warteg biasanya sayur jamur, tempe orek, teri kacang, oseng kerang, ikan sotong, kangkung, bandeng goreng, ayam goreng, sayur empela ati, gulai ayam, kerupuk udang.



Jika di burjo selain buburnya tentu saja paket internet lengkap (ind0mi spesial plus sawi, bakso, kadang susu kental) yang rasanya ter-enak sedunia, pasti beda dengan buatan di rumah sendiri.



Ya, warteg dan burjo saat ini seperti mati suri, seolah berhenti berinovasi karena memang menu yang mereka sajikan adalah menu rumahan yang memang tidak lagi bisa di modifikasi baik sajian maupun rasanya. Padahal soal rasa sangat homy, inget masakan emak di rumah.



Warteg dan burjo yang dulu terlihat banyak tumbuh di hampir setiap pasar tradisional, jalan kampung dan ramai dilalui kendaraan kini seolah mulai meredup keberadaannya. Warung mereka seolah tenggelam oleh arus zaman dan kalah modern dibanding tampilan toko atau usaha sejenis.

Lihat saja berapa banyak pengunjung yang datang, tidak lagi berduyun-duyun mengantri untuk makan disana. Kalaupun pas ramai biasanya hanya sesaat saja di waktu yang kadang sulit di tentukan.

Kalau dulu pelanggannya dari usia remaja hingga orang tua datang dan makan disini tapi sekarang remaja ataupun generasi Z hampir tidak mengenal apa itu warteg dan burjo. Untuk makan mereka tinggal pesan online bahkan merasa kurang nyaman duduk makan berlama disana.

Yup, generasi saya dan terdahulu makan pakai tangan, sambil angkat satu kaki saja berasa makin nikmat!



Sedikit miris sih memang keberadaan dan nasib warteg dan burjo saat ini, generasi muda atau Z lebih mengenal menu dan selera ala kebaratan dan ketimuran ala Korea dan Jepang.

Salah satu contohnya saya alami sendiri, keponakan saya lebih menyenangi makanan ala Korea dan Jepang yang rata-rata tidak mengenyangkan dan nama-nama menu yang rumit untuk diingat ini setidaknya bagi saya karena saya berprinsip sebagai pribumi sejati : kalau belum pakai nasi belum MAKAN namanya.






Copyright © 2016 - 2021 iskrim
All Rights Reserved | Member of Thread Creator Gen. 1 - KASKUS
Sumur : sebuah opini | img : gugel  



Diubah oleh iskrim 19-06-2021 05:19
toinxx08Shyesun.puchaUriNami
UriNami dan 59 lainnya memberi reputasi
60
15K
455
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.3KThread80.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.