arashibirruAvatar border
TS
arashibirru
Serba Pertama di Final Fantasy (era PS1)
Intro

https://dailyroabox.com/celebration/happy-promise-day-messages-sms-wallpapers-for-boyfriend/

         Setelah membahas serba pertama di Final Fantasy era NES dan SNES, tentu saja selanjutnya kita masuk ke era PS1. Di era ini lah Final Fantasy semakin berjaya dengan peningkatan grafis yang habis-habisan dibandingkan seri SNES. Tidak sekedar bagaimana game 2D menjadi 3D, di era Playstation ini lah seri Final Fantasy terkenal dengan adegan-adegan Full Motion Visual (FMV)-nya yang begitu halus. Soundtrack-soundtracknya tidak hanya orchestra, tapi juga sudah mengandung suara vokal yang jernih. Di seri ini juga lah gameplay menjadi semakin kaya dimana banyak sekali cara mengembangkan atribut karakter untuk menghadapi berbagai secret boss yang luar biasa susahnya.

         Peningkatan-peningkatan drastis tadi lah yang membuat saya meyakini, ini lah era yang paling banyak mencetak fans Final Fantasy dibandingkan era sebelumnya atau sesudahnya. Ini lah era yang membuat fans-fans baru Final Fantasy penasaran bagaimana dengan seri-seri di konsol sebelumnya. Ini lah juga era yang membuat fans-fans baru Final Fantasy setia menunggu game-game berikutnya di konsol-konsol next gen. Ini lah era ketika Final Fantasy semakin menegaskan kedudukannya sebagai salah satu seri JRPG terbaik sepanjang masa.



Final Fantasy VII  (31 Januari 1997)

https://tvebrasil.com.br/entretenimento/confirmada-data-de-lancamento-de-final-fantasy-vii-para-xbox-one/ 


Spoiler for Ringkasan "Serba Pertama" Final Fantasy VII:




         Final Fantasy VII merupakan seri pertama Final Fantasy di era PS1. Seri ini sebelumnya direncanakan untuk konsol SNES namun karena beberapa kendala teknis, harus ditunda dan disiapkan untuk meluncur di konsol PS1. Walaupun pindah format dari cartridge SNES ke CD-ROM PS1 yang sizenya jauh lebih besar, Square tidak setengah-setengah dalam meluncurkan Final Fantasy VII ini. Terbukti, tidak hanya 1 CD, Final Fantasy VII langsung keluar dengan format 3 CD. Square ingin menunjukan betapa jauh lebih besar dan lebih detilnya dunia Final Fantasy VII ini dibandingkan seri-seri sebelumnya. Walaupun background sebagian besar masih 2D, tetapi setiap karakter sudah menggunakan polygon 3D dan di beberapa adegan langsung ditunjukan dengan format FMV. FMV ini lah yang nantinya menjadi ciri khas setiap seri utama Final Fantasy. Pada masa itu, kalau bicara Final Fantasy ya kita bicara game yang punya grafik-grafik halus. Kita bisa ingat bagaimana hype nya Final Fantasy X dulu yang menampilkan cuplikan-cuplikan adegan FMV yang semakin real, lalu Final Fantasy XIII yang makin tipis perbedaan antara cuplikana FMV dengan Gameplaynya, dan Final  Fantasy XV yang gameplaynya saja sudah mirip FMV.

         Kembali ke Final Fantasy VII, ini pula lah seri pertama yang temanya futuristik dalam arti tidak lagi seputar dunia kerajaan. Ini seri pertama yang menunjukan penggunaan motor, penggunaan mobil, handphone bahkan roket untuk keluar angkasa. Gaya berpakaiannya sendiri sekarang sudah bukan lagi tema-tema kerajaan tapi sudah lebih modern. Lihat saja bagaimana anggota the Turks menggunakan setelah jas hitam untuk tugas-tugas “kotor” mereka sehari-hari. Tema futuristic non kerajaan ini yang nantinya juga diteruskan oleh seri-seri berikutnya seperti Final Fantasy VIII dan Final Fantasy XIII. Pada beberapa seri, tema futuristik dan tema kerajaan malah coba digabungkan seperti Final Fantasy XII yang kaya akan Airship dan Final Fantasy XV dengan berbagai kecanggihan magiteknya.

        Berikutnya terkait gameplay, ini lah seri pertama yang memperkenalkan konsep pengembangan Limit Break. Memang cikal bakal Limit Break ada di Desperation Attack Final Fantasy VI, tapi seri pertama di mana kita bisa terus memperbarui jurus-jurus di Limit Break dimulai dari Final Fantasy VII ini. Jadi jika setiap karakter di Final Fantasy VI hanya punya satu jurus spesial, maka mulai dari Final Fantasy VII ini lah jurus spesial tiap karakter bisa banyak. Jurus spesial di Final Fantasy VII ini disebut dengan Limit (Limit Break sebenarnya adalah istilah di Final Fantasy VIII) di mana untuk mendapatkan jurus-jurus barunya, karakter kita harus mengeluarkan jurus-jurus sebelumnya beberapa kali atau mengalahkan musuh dengan jumlah tertentu. Untuk jurus terakhir yang paling hebatnya, kita harus mencari item khusus untuk setiap karakter dengan syarat yang berbeda-beda. Pengembangan Limit Break ini pun terus ada di seri-seri berikutnya. Kita masih ingat bagaimana epiknya Lionheart Squall di Final Fantasy VIII maupun Blitz Ace nya Tidus di Final Fantasy X.

       Selain pengembangan Limit Break tadi, tradisi besar lain yang dilahirkan oleh Final Fantasy VII adalah adanya Soundtrack Vocal. Final Fantasy memang terkenal dengan soundtrack-soundtracknya yang menggugah dan penuh kenangan sejak seri pertama, namun barus di seri ketujuh ini lah terdapat soundtrack yang mengandung vocal. Apalagi kalau bukan “One Winged Angel” yang berputar saat kita melawan final boss Sephiroth. Untuk fans yang sudah memainkan dari seri pertama hingga seri keenam, tentu soundtrack ini menjadi salah satu soundtrack yang mengesankan karena tiba-tiba ada vocal epic yang bermain di samping music orchestra saat menghadapi boss terakhir yang karismatik seperti Sephiroth. Saking mengesankannya soundtrack ini, Nobuo Uematsu sampai mengatakan bahwa ini salah satu soundtrack yang selalu ada di setiap konser Final Fantasy. Soundtrack Vocal ini tentunya menjadi hal wajib bagi seri-seri berikutnya seperti “Liberi Fatali” Final Fantasy VIII, “Otherworld” Final Fantasy X, hingga “Omnis Lacrima” Final Fantasy XV.


Final Fantasy VIII (11 Februari 1999)



https://neverendingrealm.com/reviews...ii-ps1-review/

Spoiler for Ringkasan "Serba Pertama" Final Fantasy VIII:


       Menyusul kesukesan Final Fantasy VII dengan tema futuristik, Final Fantasy VIII pun dibuat dengan tema yang juga bernuansa realistis namun tetap mengandung fantasi. Tidak lagi bertema pahlawan dan kerajaan seperti seri-seri sebelum era PS1, Final Fantasy VIII dirancang untuk memiliki tema yang lebih modern dan ceria. Setelah Yoshinori Kitase (sutradara Final Fantasy VIII saat itu) rapat bersama timnya, mereka sepakat bahwa tema kehidupan sekolah lah yang umumnya lebih ringan dan ceria bagi banyak orang sehingga bisa dijadikan tema utama Final Fantasy kali ini. Itu lah kenapa kita menikmati nuansa ala sekolah militer di Balamb Garden bersama dengan Garden-Garden lainnya.

     Untuk mewujudkan Final Fantasy yang semakin realistis, ini lah seri pertama Final Fantasy di mana karakter-karakternya dirancang seproporsional mungkin seperti ukuran manusia pada umumnya. Berbeda dengan seri-seri sebelumya di mana tampilan setiap karakter dibuat super deformed (hanya saat movie atau battle baru proporsional seperti di Final Fantasy VII), pada Final Fantasy VIII ukuran proporsional untuk setiap karakter ini berlaku baik pada story, battle, atau world map. Tentu ini hal baru bagi para fans saat itu bisa merasakan Final Fantasy yang semakin realistis. Tentunya juga kemajuan ini lah yang dilanjutkan di seri-seri utama berikutnya di mana ukuran setiap karakter tidak berubah baik saat story, world map, atau pun battle.

    Untuk menambah sisi realistis, ini juga seri pertama Final Fantasy yang memanfaatkan teknologi motion capture untuk adegan-adegan FMVnya. Di seri ini lah Square sudah memanfaatkan tenaga-tenaga aktor yang tubuhnya dipenuhi sensor untuk bergerak sesuai event-event di dalam game nantinya. Sensor-sensor ini lah yang menjadi arah gerakan-gerakan animasi di dalam setiap FMV yang dibuat. Dengan teknologi ini lah kita bisa melihat adegan dansa antara Squall dan Rinoa berlangsung dengan gerakan yang sangat luwes untuk standar teknologi pada saat itu. Teknologi motion capture ini nantinya terus digunakan untuk seri-seri Final Fantasy berikutnya. Bahkan tidak hanya FMV, pada Final Fantasy XV misalnya, aktor-aktor dibalik motion capture ini juga harus memperagakan gerakan-gerakan umum karakter pada gameplay seperti saat berada di dalam mobil yang sedang berjalan dari satu area ke area lain.

        Berikutnya terkait soundtrack, Final Fantasy VIII ini lah yang melahirkan tradisi theme song vokal untuk seri-seri Final Fantasy berikutnya.  Berbeda dengan Final Fantasy VII di mana soundtrack vokal ini lebih berfokus untuk menggambarkan boss terakhir game yaitu Sephiroth, theme song vokal ini berguna untuk menggambarkan tema game secara keseluruhan. Theme song versi instrumental akan berputar di berbagai scene game dan mendekati ending theme song versi vokal ini barulah akan diputar di game. Pada Final Fantasy VIII, theme song ini memang menggambarkan romantisme kisah Squall dan Rinoa yang menjadi logo seri ini (walaupun di buat oleh Julia untuk Laguna). Nobuo Uematsu sebagai composer musik seri ini memutuskan untuk menyewa jasa Faye Wong, artis terkenal dari China yang menurutnya memiliki suara dan mood yang pas untuk menyanyikan Eyes on Me di Final Fantasy VIII. Tentu soundtrack ini berhasil menjadi hits di kalangan gamer RPG pada saat itu. Kesuksesan “Eyes on Me” sebagai theme song vokal di Final Fantasy VIII ini pun diteruskan di seri-seri berikutnya seperti “Melodies of Life” dari Final Fantasy XI dan “Kimi ga Iru Kara” dari Final Fantasy XIII.




Final Fantasy IX (7 Juli 2000)

https://www.imdb.com/title/tt0249510/

Spoiler for Ringkasan "Serba Pertama" Final Fantasy IX:


     Walaupun Final Fantasy VII dan Final Fantasy VIII dapat dikatakan sukses secara penjualan, namun bukan berarti kedua game tersebut bebas dari kritikan negatif. Untuk sebagian fans yang sudah merasakan Final Fantasy sejak era NES atau SNES, kedua seri terbaru di PS1 tersebut terasa kurang memiliki unsur khas Final Fantasy yang sudah ada sejak awal seperti tema kerajaan dan kristal. Tidak hanya tema, sistem pengembangan karakter seperti Materia dari Final Fantasy VII dan Junction dari Final Fantasy VIII pun dianggap lebih rumit dari seri-seri sebelumnya. Berdasarkan masukan-masukan ini lah Square mengembalikan tema kristal dan kerajaan termasuk menyederhanakan mekanisme pengembangan karakter pada Final Fantasy IX.

      Pengembangan karakter di seri ini cukup mudah. Tidak perlu lagi tukar-tukar materia atau junction magic untuk setiap karakter. Cukup equip senjata baru maka akan dapat skill baru. Jika AP skillnya sudah tercukupi, maka skill baru tersebut bisa digunakan secara permanen walaupun senjatanya diganti lagi nanti. Selain pengembangan karakter, konsep Trance (Limit Break Final Fantasy IX) juga menggabungkan kelebihan dari dua seri sebelumnya. Trance memiliki bar Limit seperti Final Fantasy VII sehingga Limit bisa digunakan tanpa harus sekarat seperti Final Fantasy VIII. Namun serangan Trance juga bisa berkali-kali digunakan seperti Final Fantasy VIII, bukan Limit Break sekali pakai seperti Final Fantasy VII. Baik tema maupun mekanisme pengembangan karakter, Square berusaha membuat Final Fantasy IX  ini seringan dan semenyenangkan mungkin bagi para gamer.

     Walaupun temanya kembali ke “masa lalu” dan mekanisme gameplaynya disederhanakan, bukan berarti tidak ada hal baru yang dijadikan tradisi oleh Final Fantasy IX. Final Fantasy IX adalah seri pertama kita bisa melihatnya epicnya aksi-aksi para summon dalam tayangan FMV. Pertarungan Bahamut dan Alexander di Alexandria tentu menjadi salah satu adegan yang paling berkesan di seri ini. Jadi jika Final Fantasy VII memulai tradisi FMV, Final Fantasy VIII memulai tradisi motion capture untuk FMV yang lebih halus, maka Final Fantasy IX memulai tradisi summon di FMV untuk adegan yang makin epik. Tentu summon untuk menjadikan FMV semakin epic ini dilanjutkan di seri-seri berikutnya seperti di Final Fantasy XIII ketika setiap karakter menggunakan summon mereka sekembalinya ke Coccoon dan ketika setiap Summon di Final Fantasy XV berkerja sama untuk membantu Noctis menghancurkan barrier di Insomnia. Sekali lagi, epik!

        Tradisi berikutnya, masih terkait summon, Final Fantasy IX ini lah seri pertama yang menyediakan versi pendek dari animasi summon. Banyak Fans yang terpukau pertama kali melihat panjangnya animasi Knight of the Round di Final Fantasy VII. Hal ini memotivasi Square untuk membuat animasi summon-summon di Final Fantasy VIII menjadi panjang-panjang. Namun tentu hal ini juga dikeluhkan Fans karena capek juga kalau setiap battle harus menghabiskan waktu lama untuk satu animasi summon (dasar Fans yang menyusahkan). Karena itu di Final Fantasy IX, hanya summon pertama yang animasinya panjang dan setelah itu summon-summon berikutnya animasinya di-cut jadi pendek. Selain untuk mempersingkat durasi battle, fungsi animasi pendek ini juga untuk memberi tahu gamer bahwa animasi pendek itu berarti damagenya juga tidak maksimal. Jika gamer sedang beruntung saat summon, maka animasi summon yang diputar adalah yang full version sehingga damage nya juga full version. Di sini Square membuat gamer yang tadinya mengeluhkan animasi panjang jadi mengharapkan animasi panjang di Final Fantasy IX agar damage summonnya maksimal (Well played, Square!). Tradisi versi pendek summon ini nantinya diteruskan dengan fitur skip animation scene seperti di Final Fantasy X dan Final Fantasy XIII misalnya.

      Terakhir dan sederhana, Final Fantasy IX ini juga seri pertama yang memiliki mini game chocobo digging yang bernama Chocobo Hot n Cold. Mini game ini bukan hanya untuk menemukan berbagai harta karun penting, tapi juga dibutuhkan untuk menemukan secret boss terkuat di seri ini yaitu Ozma. Nantinya mini game chocobo digging juga dilanjutkan oleh Final Fantasy XIII untuk menemukan equipment-equipment penting atau menemukan berbagai harta karun yang bisa dijual untuk mengumpulkan uang nantinya (karena uang di Final Fantasy XIII sangat susah dicari dibandingkan seri lainnya).


Penutup


      Itu lah ketiga Final Fantasy yang lahir di era PS1. Memang Final Fantasy IV, V, dan VI juga direlease kembali untuk PS1 termasuk Final Fantasy Origin (I dan II), tapi tentu tidak akan dibahas karena aslinya mereka release jauh sebelum era PS1. Final Fantasy VII, VIII, dan IX lah seri-seri yang menurut saya paling banyak berkontribusi dalam mencetak jutaan fans di seluruh dunia termasuk saya. Mulai dari story, music, FMV, maupun gameplay, banyak sekali unsur-unsur Final Fantasy yang mengesankan para gamer RPG pada masa itu. Unsur-unsur tersebut pun menjadi fondasi untuk seri-seri berikutnya yang lahir di konsol yang lebih canggih lagi.


https://wall.alphacoders.com/big.php?i=697704

Anyway, Terima kasih sudah mampir emoticon-Smilie 

Spoiler for Sumur:



lucis.caelumAvatar border
rama.alansyahAvatar border
eyefirst2Avatar border
eyefirst2 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
2.2K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Games
Games
icon
38.8KThread15.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.