dragonroar
TS
dragonroar
Gorbachev: Pahlawan atau Pecundang?
Saya sedang asyik memperbaiki lukisan lama, “Balerina St. Petersburg”, ketika pesan panjang yang dikirim lewat WhatsApp itu masuk. Pesan dari seorang kawan itu berisi tulisan Hamid Basyaib, “From Gorbachev With Love”. Berhadapan dengan lukisan Balerina yang terakhir kali saya sentuh pada 2017, serta membaca lagi tulisan tentang Gorby, ingatan saya tiba-tiba jadi terlempar jauh ke masa tiga puluhan tahun silam.



Cover Gorbachev: Pahlawan atau Pecundang? Foto: Dok. Dipo Alam.
Ketika Uni Soviet bubar pada Hari Natal, 25 Desember 1991, saya kurang lebih sudah setahun kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan doktoral di Amerika Serikat. Sebuah imperium komunisme berumur 70 tahun, yang telah menjadi penyeimbang kekuasaan Amerika sesudah Perang Dunia II, telah ambruk. Meskipun cukup mengagetkan, mengingat masih besarnya pengaruh Soviet di periode beberapa tahun sebelumnya, namun jika kita menilik gaya kepemimpinan Mikhail Gorbachev, keruntuhan Soviet memang bukan hal yang tak pernah diperkirakan. Meminjam istilah orang Amerika, it's not a question of ‘If’, but ‘When’?

Ketika dia naik menjadi Presiden Uni Soviet pada 1985, Gorbachev memang mewarisi ekonomi yang bangkrut dan sistem politik yang gagal. Kedua hal itu bukanlah kesalahan Gorbachev. Namun, kebijakan yang diambilnya untuk mengatasi dua persoalan tersebut, yaitu perestroika (restrukturisasi) dan glasnost (keterbukaan), telah mempercepat kegagalan tadi menjadi berita kematian. Hari Natal itu, hampir tiga dekade silam, Soviet runtuh dan terpecah menjadi 15 republik merdeka.


Dalam disertasi yang saya tulis di School of Engineering & Applied Science, George Washington University, di bawah Gorbachev, Soviet memang telah tertinggal jauh dari Amerika, bukan hanya dalam soal ekonomi, tapi terutama dalam soal teknologi. Padahal, seperempat abad sebelumnya, berkat kemajuan ilmu pengetahuannya, Soviet pernah berkali-kali mengungguli Amerika dalam persaingan teknologi ruang angkasa.



Lukisan Balerina St. Petersburg karya Dipo Alam
Pada 1957, misalnya, melalui Sputnik II, Soviet berhasil mengirimkan pesawat tanpa awak pertama yang berhasil mengorbit bumi. Dua tahun sesudahnya, Soviet juga menjadi negara pertama yang berhasil mengirimkan makhluk hidup ke luar angkasa, dengan mengirimkan seekor anjing bernama Laika. Ketika itu, Amerika bahkan baru berpikir untuk mendirikan NASA (The National Aeronautics and Space Administration). Dan ketika NASA baru berumur dua tahun, pada 1961 Soviet sudah berhasil mengirimkan manusia pertama ke luar angkasa.

Yuri Gagarin memang tidak mendarat di bulan, namun capaian pada tahun 1961 itu menjadi milestone dalam sejarah ilmu pengetahuan di abad ke-20.


Dalam hal teknologi nuklir, meskipun untuk beberapa saat setelah Perang Dunia II Amerika memegang kendali superioritas nuklir, namun pada dekade 1950-an Soviet mampu mengejarnya secara agresif. Pada akhir 1950-an, Uni Soviet bahkan telah mampu membuat rudal balistik antar-benua yang dapat mencapai wilayah Amerika Serikat dan Eropa Barat.


Namun, pada dekade 1980-an, semua itu tinggal cerita masa lalu. Soviet ibarat raksasa ringkih yang penyakitan. Ketika pada 1983 Ronald Reagan mengumumkan proyek Inisiatif Pertahanan Strategis (SDI, Strategic Defense Initiative), atau yang populer disebut sebagai “Perang Bintang” (Star Wars), Uni Soviet tidak lagi berada dalam liga yang sama. Mereka lebih banyak sibuk dengan urusan dalam negerinya. SDI adalah program rudal anti-balistik yang dirancang untuk menembak jatuh rudal nuklir di luar angkasa. Dengan proyek tersebut, Amerika mulai melangkah untuk meninggalkan strategi Mutually Assured Destruction (MAD), yang sejak 1962 menjadi strateginya dalam menghadapi Perang Dingin dengan Uni Soviet.

Nama dan akronim MAD berasal dari John von Neumann, fisikawan yang membantu Amerika mengembangkan persenjataan nuklir. Secara umum, MAD adalah teori militer yang dikembangkan untuk mencegah penggunaan senjata nuklir. Teori ini didasarkan pada premis bahwa perang nuklir bersifat sangat destruktif, sehingga tidak ada pemerintah yang benar-benar akan menggunakannya. Sebab, siapa pun yang memulai perang nuklir, tidak akan memenangkannya, karena kedua belah pihak pasti akan hancur. Jadi, MAD sebenarnya bukanlah strategi untuk perang, melainkan agar semua pihak menahan diri dalam penggunaan senjata nuklir.


Kemunduran Soviet
Ketertinggalan Soviet kian terlihat ketika mereka banyak tergantung pada teknologi tinggi yang berasal dari luar untuk mengembangkan program militernya. Selama Perang Dingin, Soviet diketahui berusaha untuk mengembangkan program kapal selam bertenaga nuklir yang lebih tenang, agar tidak mudah dilacak dan dideteksi oleh musuh.

Pada awal 1980-an, mereka memanfaatkan milling machine yang diproduksi oleh Toshiba dan sebuah perusahaan militer asal Norwegia, Kongsberg Våpenfabrikk, untuk menambal kebutuhan militer tersebut. Mesin milling itu digunakan oleh Soviet untuk mencetak baling-baling kapal selam dari baja antikarat, atau perunggu, yang sesuai dengan kebutuhan mutakhir program militer mereka.


Hal itu telah membuat Amerika marah dan memberi sanksi kepada Toshiba. Washington kemudian mengeluarkan larangan penjualan 2 hingga 5 tahun untuk semua produk Toshiba, dengan dalih penjualan teknologi mereka kepada Uni Soviet telah telah menimbulkan ancaman keamanan nasional bagi negeri Paman Sam tersebut. Toshiba dianggap telah melanggar perjanjian COCOM (Coordinating Committee for Multilateral Export Control), yang melarang seluruh anggotanya untuk mengekspor senjata atau peralatan canggih kepada Uni Soviet. COCOM adalah sebuah perjanjian dagang blok Barat yang dibentuk pasca-Perang Dunia II yang beranggotakan Amerika Serikat dan 16 negara Eropa Barat dan Jepang. Perjanjian ini baru bubar sesudah tahun 1994.

Kebetulan, ketika itu industri semikonduktor Jepang yang dipelopori oleh Toshiba juga telah berkembang sedemikian rupa, sehingga berhasil melampaui Amerika sebagai pemasok chip terbesar di dunia. Pada tahun 1987, mengutip data Los Angeles Times pada bulan Agustus 1992, pangsa pasar produk DRAM (Dynamic Random Access Memory) Jepang telah menguasai 80 persen pangsa pasar. Adanya kasus “Toshiba-Kongsberg” itu telah dimanfaatkan dengan baik oleh Amerika untuk “memukul” dua saingannya sekaligus, yaitu Soviet dan Jepang.


Dari sisi kepentingan politik Amerika, kasus pelarangan produk Toshiba pada pertengahan tahun 1980-an itu sebenarnya kurang lebih serupa dengan kasus pelarangan Huawei yang dilakukan oleh Presiden Trump tahun lalu terhadap Cina. Dulu konteksnya adalah persaingan teknologi Perang Dingin dan industri semikonduktor, kini konteksnya adalah perang teknologi 5G.

Kembali ke soal Gorby, tidak adil memang memindahkan semua tanggung jawab keruntuhan Soviet hanya ke pundaknya. Pemimpin Soviet sebelumnya, Leonid Brezhnev, yang berkuasa antara 1964 hingga 1982, oleh banyak orang dianggap sebagai sosok yang paling bertanggung jawab atas kegagalan Soviet mengangkat taraf perekonomian mereka.


Brezhnev telah menyia-nyiakan keuntungan dari ledakan harga minyak (oil boom) yang terjadi sepanjang dekade 1970-an hingga awal 1980-an untuk membiayai perlombaan senjata dengan musuh besarnya, Amerika Serikat. Ketika Gorby naik ke pucuk kekuasaan, booming harga emas hitam sudah berakhir. Dunia bahkan sedang mengalami resesi. Lelaki kelahiran Stavropol, 2 Maret 1931 itu, harus mewarisi ampas kegagalan komunisme selama enam dekade.


Tetapi, benarkah demikian, bahwa komunisme hanya mewariskan kegagalan ke pundak Gorby?

Sayangnya, tesis “kegagalan komunisme” menghadapi bantahan serius. Sebab, ketika Gorbachev menawarkan gagasan reformasi di Soviet, melalui perestroika dan glasnost, pemimpin komunis lainnya, Deng Xiaoping, juga kurang lebih telah menawarkan gagasan serupa di Cina. Bahkan, Deng telah memulainya lebih dulu, yaitu sepeninggal Mao pada 1976. Kita sama-sama bisa melihat, alih-alih bubar, Cina justru kemudian bisa menjelma menjadi negara adidaya baru. Sementara, Soviet justru bubar lebih kurang sesudah enam tahun Gorbachev memimpin.

nirankararinandyagestan
gestan dan 24 lainnya memberi reputasi
25
4.8K
54
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
icon
6.5KThread10.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.