enyahernawatiAvatar border
TS
enyahernawati
Maitara, Pulau Cantik di Uang Seribu Kertas


Assalamu'alaikum Sahabat Kaskuser semua. Hai, hai, hai .... Jumpa lagi dengan Enya, di thread jalan-jalan domestik, mengeksplor negeri kita sendiri, ya ....

Kali ini, Enya ingin cerita sedikit tentang Pulau Maitara, pulau indah yang sering kita lihat di uang 1000 kertas kita.

Siapa, sih, yang belum pernah melihat gambar pulau di uang 1000 kertas kita itu? Enya yakin, semua pasti sudah pernah melihatnya.

Asli, Enya enggak menyangka akan menjejakkan kaki di Pulau Maitara ini. Jauhnya jarak dari kampung halaman Enya di Wilayah Indonesia Bagian Barat, sementara Pulau Maitara tersebut berada di Wilayah Indonesia Bagian Timur, Provinsi Maluku Utara, tepatnya terletak di antara dua pulau yang sudah sangat terkenal oleh bangsa asing sejak zaman dahulu kala, yakni Pulau Ternate dan Pulau Tidore, membuat angan untuk menjejakkan kaki di pulau ini seperti tipis harapan. Namun ternyata, tak ada yang tak mungkin ya, Sahabat, jika takdir sudah berkehendak. Masyaallah ....

***EHZ***

Pulau Maitara ini tidak begitu besar. Luasnya hanya 206 hektar dengan keliling 6 kilometer. Jarak menuju ke sana pun bisa ditempuh hanya 10--15 menit saja dengan speedboat atau kapal kayu, dari Pelabuhan Bastiong Ternate ataupun dari Pelabuhan Rum, di Tidore.

Berhubung saat itu Enya sedang stay di Pulau Tidore, maka kami sekeluarga pun masuk ke Maitara, tentu saja melalui Pelabuhan Rum di Tidore. Karena belum memiliki banyak gambaran tentang alat transportasi yang ada di pulau tersebut, untuk mempermudah mengeksplorasinya, kami pun memutuskan membawa kendaraan bermotor roda dua yang bisa diangkut via kapal kayu dengan bayaran hanya 15 ribu rupiah saja per motor.

Dengan sangat bersemangat kami berempat--anak beranak--pergi ke pulau tersebut, berniat untuk menikmati keindahan alamnya yang selama ini hanya kami dengar dari cerita orang-orang saja, juga sebagai pembuktian bahwa kami benar-benar telah menapakkan kaki di Pulau Maitara yang ada di uang 1000 kertas kita itu.







***EHZ***

Setelah sekitar 10 menit naik kapal kayu, kami pun tiba di Pulau Maitara sekitar jam 12 siang. Sepi, itu kesan pertama yang kami rasakan. Mungkin karena pandemi, sehingga tidak banyak orang yang melakukan perjalanan. Kami pun sebenarnya sempat maju mundur cantik, ragu-ragu untuk pergi ke pulau ini. Cuman, rasa penasaran yang tak bisa ditahan, membuat kami akhirnya nekat juga untuk berangkat. Tentu saja dengan tetap menjalankan protokol kesehatan ketat Covid-19; selalu memakai masker, mencuci tangan, juga membawa hand sanitizer. Kami juga berusaha keras menghindari kerumunan. Bersyukur sekali, waktu itu Pulau Maitara sedang tidak banyak pengunjung.

Sesampai di dermaga, pengemudi kapal dibantu rekannya dengan sigap menurunkan motor kami dari perahu. Saat itu Pulau Maitara terlihat sedang mempercantik diri, alias sedang dalam masa pembangunan dan perbaikan sarana juga prasarana.





Beberapa meter berjalan, kami melihat plang penunjuk arah. Jika ingin langsung ke tempat wisatanya, maka kita harus ke kanan, langsung ke tugu uang 1000. Sayang sekali, pulau ini belum bisa kita kelilingi karena jalur yang belum tersedia dan baru sedang dibangun.





Setelah satu kilometer dari dermaga pertama tempat kami merapat, terlihat pembanguan dermaga baru, sepertinya untuk sandar kapal ferry dan kapal yang berukuran lebih besar.

Tak jauh dari situ, kami juga melihat tiga cottage baru yang sedang dalam tahap finishing. Sudah ada tamu yang menempati cottage baru tersebut.

Jujur, saat tiba di pulau ini, kami merasa seakan-akan sudah pernah mengunjunginya. Tempat ini seperti familiar saja. Hingga akhirnya kami ngeh, bahwa suasana perkampungannya, jalan-jalan betonnya, dan bentornya, sedikit mirip dengan yang ada di Pulau Penyengat, Provinsi Kepulauan Riau yang pernah kami kunjungi.

Tak sabar kami mencari lokasi ikon uang 1000 tersebut. Tentu saja tujuannya untuk berfoto-foto, hehehe.













Oh ya, selain membangun dermaga baru, ternyata juga sedang ada pembangunan dan pembukaan jalan baru. Sepertinya akan dibangun jalan untuk mengelilingi pulau. Karena membawa motor, tentu saja kami tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyusuri jalan baru tersebut hingga ke ujungnya, sampai jalan itu buntu dan tidak bisa dijelajahi lagi. Penasaran, sih, hehehe. Eh, setelah kami telusuri, seram juga ternyata. Sepi dan medannya lumayan berat. Masih banyak jalannya yang berupa tanah merah dan batu kerikil, hahaha.

Spoiler for Pembukaan jalan baru di Pulau Maitara:


***EHZ***

Sebagaimana cerita orang-orang, pantai di Pulau ini memang sangat indah. Airnya jernih dan biru. Tipikal hampir semua pantai dan perairan di Kepulauan Indonesia Timur ini. Selain menikmati pemandangan dan berenang, bagi yang hobi, juga bisa melakukan aktifitas menyelam di sini. Ada beberapa kios tempat penyewaan peralatan menyelam yang kami lihat, tetapi saat itu sedang tutup. Mungkin karena pandemi ini.

Spoiler for Pantai di Pulau Maitara dengan pemandangan Pulau Ternate di depannya:


Oh ya, hanya untuk sekadar tahu saja, ternyata ada beberapa legenda, lho, mengenai Pulau Maitara ini. Akan tetapi, kami hanya akan menceritakan kisah yang kami dengar dan diceritakan oleh penduduk asli sini saja.

Begini ceritanya. Eh, kok, malah jadi seperti kismis (kisah misteri), sih? 😁😁😁

Alkisah....
Gunung Kie Matubu di Tidore ini lebih tinggi daripada Gunung Gamalama di Ternate. Hal itu dikarenakan Kerajaan Tidore dianugerahi kedudukan yang lebih tinggi, sehingga diberikan gunung yang lebih tinggi pula. Kenyataan tersebut membuat Kerajaan Ternate tidak terima.

Agar Gunung Gamalama di Ternate tersebut bisa lebih tinggi dari Gunung Kie Matubu di Tidore, maka direncanakanlah mengambil tanah di puncak Gunung Kie Besi Mara, Pulau Makian, untuk ditambahkan ke puncak Gunung Gamalama tersebut. Agar niat itu terlaksana, tentu saja daerah Makian harus ditaklukkan terlebih dahulu.

Maka berundinglah para dewa dan jin pengawal Gunung Gamalama tersebut dengan keputusan akan mencaplok puncak Gunung Kie Besi Mara, Makian pada malam hari. Yang diserahi tugas untuk mengambil dan mengumpulkan tanah dari puncak gunung di Pulau Makian itu adalah seekor burung garuda berkepala dua, dengan syarat harus dikerjakan pada malam hari. Dengan segala daya upaya, burung garuda itu melaksanakan tugasnya, mengumpulkan tanah yang dimaksud.

Namun sayang, setelah selesai dan siap untuk membawa tanah itu pulang, ternyata hari sudah menjelang fajar. Ketika burung garuda itu hampir mendekati puncak Gunung Gamalama, matahari pun terbit, pagi telah tiba. Burung garuda itu pun terkejut dan terpaksa melepaskan tanah serta bebatuan yang dibawanya hingga jatuh ke laut. Tempat jatuhnya itu--karena banyaknya tanah yang diangkut--akhirnya membentuk sebuah pulau baru antara Rum di Tidore dan Kayu Merah di Ternate. Pulau itu pun diberi nama Maitara. MAI dalam bahasa Makian artinya batu. Dan TARA artinya ke bawah.

Oh ya, hampir lupa. Kalau dari dermaga tempat pertama kita datang, jika kita langsung belok kiri, maka kita akan melihat ekowisata, konservasi hutan bakau, selain perkampungan nelayan.

***EHZ***

Nah, itulah sekelumit kisah jalan-jalan kami ke Pulau Maitara ini. Selamat membaca .... 🙂🙂🙂

Sebagai penutup, jika kita ingin mengambil gambar atau foto persis seperti yang terdapat di uang 1000 kertas kita itu, maka kita harus pergi ke Desa Ngade, Kelurahan Fitu, sekitar 18 kilometer dari Kota Ternate, atau 20-30 menit jika kita naik kendaraan bermotor. Di pantai Fitu itulah spot untuk mengambil foto seperti gambar yang ada di uang 1000 kertas kita itu.

Oh ya, info lagi, nih. Selain di Pantai Fitu, ada juga lokasi cantik yang sangat populer bagi wisawatan untuk jepret-jepret di ketinggian--ada ayunan tinggi yang sedang trend itu, lho--dengan latar Pulau Maitara, Pulau Tidore, dan Danau Laguna atau Laguna Lake, ditambah bonus pemandangan Danau Ngade yang hijau dan rimbun. Sayang sekali, meski kami sering melewati tempat itu, tetapi Enya belum sempat mampir, apalagi mengambil foto-fotonya. Insyaallah, dalam waktu dekat, libur Lebaran ini. Aamiin.

***EHZ***

Well, selesai sudah cerita jalan-jalan Enya di Pulau Maitara ini. Oh ya, karena besok Lebaran, so, Selamat Lebaran, ya, untuk semua Sahabat Kaskuser Enya di mana pun berada. Taqabbalallahi minna wa minkum, taqabbal Yaa Kariim. Mohon maaf lahir dan batin.

Catatan;
~Opini dan foto pribadi.
~Kisah Pulau Maitara ini didapat dari cerita penduduk asli, dan kisah lengkap seperti cerita penduduknya ada di sini, link.

Ternate, 30 Ramadhan 2021
Diubah oleh enyahernawati 13-05-2021 11:13
janibaletetu495Avatar border
limpahkurnia280Avatar border
limpahkurnia212Avatar border
limpahkurnia212 dan 42 lainnya memberi reputasi
41
10.7K
90
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Domestik
Domestik
icon
10.2KThread3.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.