rennevarteAvatar border
TS
rennevarte
Bahkan Provokator Licik, Bisa Memprovokasi Kita Jadi Lebih Baik


[hr]
Sebelum berbuat yang tidak-tidak, sebelum membalas kejahatan orang lain. Ingat! walau dalam penderitaan yang begitu besar, paman Sengkuni hanya berperan provokator. Bagaimana mungkin kamu merasa berhak menjadi Joker atau tokoh antagonis dalam kehidupan ini. Apakah kamu se-menderita dirinya? Apakah kamu pernah me-makan ibu bapakmu?Bahkan Provokator licik


Antara mahabharata dan pewayangan, paman sengkuni adalah lakon terbaikku. Aku mengenalnya lewat sebuah film series yang Panjang dimana pandawa dan khirsna yang menjadi sorotan ceritanya. Sengkuni adalah tokoh antagonis yang licik dan provokator. Ia tua dan jalannya pincang. Lewat permainan dadu yang menjadi siasatnya, entah bagaimana ia bisa mengendalikan kerajaan besar seperti Hastinapura dan memicu perang yang nantinya bakal menghancurkan dinasti kuru. Ah, lupakan tentang mahabharata. Terlalu panjang untuk diceritakan.

Salah satu cerita yang membuatku menyukai paman Sengkuni adalah ketika seluruh keluarganya di penjara. Berjumlah 101 orang. Termasuk ayah dan ibunya, sedangkan 98 lainnya adalah adik-adik sengkuni. Saat dipenjara tiap orang hanya diberikan 1 butir nasi. Bahkan terlalu sedikit untuk dikatakan sedikit, terlalu jauh dari kata cukup. Maka, keluarga itu pun sepakat. Harus ada seseorang yang perlu bertahan hidup. Siapakah dia? Tidak lain adalah paman Sengkuni.

Setiap hari, ia memakan saudaranya sendiri. Kanibalisme dan aku tidak mampu membayangkan hal itu terjadi padaku. Sebab Ketika ada gesekan sedikit saja di dalam keluarga aku merasa sangat sedih,dan pedih. paman memakan keluarganya sendiri untuk bertahan hidup dalam dekaman penjara. Tak terbayang, kan, bagaimana penderitaan paman Sengkuni?

Kau hidup dan bernapas dari daging yang cabik-cabik dari tubuh orang-orang yang kau cintai.

Di dalam Mahabharata paman hanya berperan menjadi seorang provokator. ia hanya menjadi penghasut yang mencoba mempengaruhi durjudana, calon putra mahkota Hastinapura dan menebar jala kebencian untuk kurawa kepada pandawa. Dibalik itu semua, ternyata ia habiskan hidupnya untuk membalaskan dendam kepada Bisma yang agung karena telah menikahkan kakaknya dengan Raja Hastinapura yang Buta. Ya, hidupnya dipenuhi dendam, tapi bukan saja dendam, dalam ruang di dasar hatinya yang tersembunyi, ia juga menyimpan penderitaan yang amat dalam.

Bila kamu menganggap apa yang dilakukan oleh paman adalah kejahatan, aku merasa itu semua adalah penderitaan. Penderitaan yang dipupuk dengan rasa benci dan dendam. Dan hei? Bukankah paman hanya menjadi seorang provokator dalam hidupnya? yang membisiki telinga orang lain dengan bujukan palsu? Lantas bukankah ia pantas menjadi dedengkot besar dalam kisah Mahabharata? Bukankah ia lebih pantas menjadi penjahat besar disbanding durjudana? Putra mahkota yang angkuh dan naif itu.

Lama-lama aku menjadi ngeri sendiri memikirkannya. Aku memang jadang menderita oleh orang lain, aku sangat ingin membalas perbuatan mereka. Aku pernah punya menjadi antagonis yang super menjijikan dalam hidup siapapun yang melukai hatiku. Sedang paman, ia yang amat menderita, iya yang membusuk dipenjara dan tetap hidup dari bangkai saudara-saudaranya hanya menjadi penjahat sampingan, tidak sejahat yang ada dipikiranku.

Terkadang aku juga merasa menderita dalam hidupku, aku merasa Tuhan mengabaikanku, aku merasa Tuhan tidak adil.  Lebay ya? justru kelebayan itu malah membuatku berpikir. Semestinya aku menjauh saja dari Tuhan,menjadi pendosa yang tak henti-hentinya bermaksiat, berbuat jahat dan sekalian saja menjadi joker dalam kehidupan nyata. Orang jahat lahir dari orang baik yang disia-siakan oleh Tuhan dan kehidupan. Bukankah begitu?

Hanya saja…

Hanya saja, setelah membaca kisah paman Sengkuni ini, aku menjadi kehilangan hasrat untuk berbuat jahat atau sekedar menyimpan dendam. Aku tidak se-menderita paman Sengkuni untuk menyimpan kebencian, terbakar oleh kemarahan dan api dendam, entah kepada orang yang menyakitiku, kepada Tuhan atau kepada diriku sendiri.. Aku tidak punya alasan yang kuat seperti dirinya… dan Ketika aku kembali memperoleh penderitaan yang tidak ada apa-apanya itu. Aku teringat dengan paman Sengkuni. Apa yang ku alami ini  belum apa-apa dibanding dirinya!

Sebelum berbuat yang tidak-tidak, sebelum membalas kejahatan orang lain. Ingat! walau dalam penderitaan yang begitu besar, paman Sengkuni hanya berperan menjadi provokator. Bagaimana mungkin kamu merasa berhak menjadi Joker atau tokoh antagonis dalam kehidupan ini. Apakah kamu se-menderita dirinya? Apakah kamu pernah me-makan ibu bapakmu?

Sebenarnya aku merasa sangat kesal dengan hidupku, aku merasa amat menderita, tentu saja dalam versiku yang lebay itu. Aku ingin menjadi orang yang jahat dan bebas merasa tertawa dibalik penderitaan oarng lain. Tapi lagi-lagi, entah bagaimana, lewat kisah paman Sengkuni tersebut. Aku merasa sedikit lega, aku merasa terprovokasi untuk menjadi orang baik dan menjauhi karakter dirinya. Toh penderitaanku tidak seberat dia. Tidak ada salahnya berbuat baik Ketika kau sedang tidak baik-baik saja. Aku ingin mencobanya, meski tentu tak semudah kata-kata.

sumber pict: [url=https://draft.SENSOR 6467199590464531732/3919313533313143941?hl=id#][font=Helvetica]disini[/font][/url]


nubinubiAvatar border
nubinubi memberi reputasi
1
912
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.