wmcofficial
TS
wmcofficial
Irfan “Rotor” Sembiring, Legenda Metal Indonesia Telah Berpulang Ke Sisi-Nya


Kabar duka tentang kepergian [bIrfan Sembiring, sang legenda musik extreme metal Indonesia tentu saja menjadi sangat emosional bagi para penggemar Rotor, band thrash metal yang membesarkan namanya sejak era awal 1990-an, terutama bagi keluarga tercinta dan kerabat dekatnya. Hari ini, Selasa siang, 16 Februari 2021, kabar yang sangat mengejutkan ini pertama kali tersiar dari beranda Facebook pribadinya Irfan dan telah dikonfirmasi oleh sohib lawasnya, Bakar Bufthaim, mantan dramer Rotor. Irfan dikabarkan oleh salah seorang kawannya telah mengembuskan napas terakhirnya di kediaman orang tuanya. Ucapan belangsungkawa pun membanjiri beranda seluruh kanal media sosial.



Seluruh insan rock Indonesia jelas sangat terkejut, pasalnya belum lama, tepatnya pada 9 Januari 2021 lalu, Irfan bersama Bakar menghadiri acara peluncuran album Rotor Behind The 8th Ball berformat piringan hitam (vinyl) sebagai pembicara utama. Sebuah album perdana Rotor yang pertama kali dirilis oleh AIRO Records pada 1992 silam dalam format kaset. Serta album thrash metal pertama yang dirilis oleh major label. Acara yang digelar di M Bloc Space, Jakarta Selatan itu berlangsung seru dan ramai dikunjungi para penggemar Rotor. Di acara itu, Irfan tampak sehat dan ceria, sama sekali tidak menunjukkan indikasi apa-apa. 

Rotor, Legenda Thrash Metal Indonesia



Bagi pecinta musik cadas pasti mengenal band thrash metal, Rotor. Band ini tidak terbantahkan adalah salah satu pionir musik thrash metal garda terdepan. Seperti namanya, Rotor merupakan baling-baling dari mesin bersuara bising dan seperti itulah gempuran suara dari genre musik yang dibawakan Rotor. Namun siapa sangka sosok gondrong dan urakan di balik berdirinya Rotor, sejak puluhan tahun silam telah berbalik 180 derajat dari kehidupan yang terlihat ugal-ugalan kala itu.

Sosok yang bernama Irfan Sembiring, pendiri Rotor, band metal legendaris di kancah musik cadas Tanah Air. Selepas keluar dari Sucker Head pada 1990, Irfan mendirikan Rotor pada 1991. Untuk musik bergenre seperti ini, Rotor termasuk band metal yang dikenal oleh masyarakat luas di Indonesia setelah beredarnya album perdananya yang sukses, Behind The 8th Ball, yang dirilis oleh AIRO Records, major label yang dimiliki oleh pengusaha beken sekaligus musisi kawakan Setiawan Djody.
Namun kejayaan bermusik yang pernah diraihnya hanya sekadar numpang singgah saja, tidak terus melekat selama-lamanya. Meskipun pernah berambisi untuk dapat bersaing di kancah internasional namun ternyata hal itu menggiringnya ke pintu kesadaran pada makna hidup di dunia.

Berawal dari Rotor menjadi band pembuka konser Metallica di Stadion Lebak Bulus, Jakarta pada 1993. Setelah konser yang berakhir dengan kerusuhan fatal itu, Irfan bersama dua orang temannya, Judapran dan Jodie, berangkat ke Amerika Serikat (AS). Mereka mengadu nasib di negeri Paman Sam mengejar impiannya menjadi seperti Sepultura, band thrash metal asal Brazil yang telah sukses di kancah internasional.


Namun ternyata impian Irfan dan kedua temannya harus kandas begitu saja, karena ketatnya persaingan yang ada di sana dan mereka tidak dapat menembusnya. Semangat itu, kenang Irfan, langsung pudar saat melihat daftar artis metal yang sudah rekaman di Kantor Pusat Billboard, di California. “Kalau gue enggak salah ingat, ada 6.000 band metal yang terdaftar sudah rekaman, itu baru California saja.



Semuanya lebih unik, dan lebih keren dari Rotor,” tutur Irfan dalam suatu wawancara.
Segala upaya dicoba terus oleh tiga metalhead Indonesia ini, namun tetap saja mereka tidak berhasil menaklukkan belantika musik AS. Akhirnya kegiatan mereka di sana hanya keluyuran dari club malam satu ke club malam yang lain termasuk hang out di club Rainbow, tempat berkumpulnya bintang film porno.

Karena tidak mendapat ruang meniti karier di AS, akhirnya kondisi keuangan mereka pun makin menipis. Maka untuk bertahan hidup di negara maju tersebut, mereka mencari kehidupan dengan caranya masing-masing. Jodie ke San Fransisco dan Judha ke Alabama bekerja di pengolahan ayam, sedangkan Irfan hanya menetap di Los Angeles dan tidak lama setelah itu mereka memutuskan untuk pulang ke Tanah Air.

Sepulangnya dari AS, mereka bertiga pecah dan mendirikan band masing-masing, Jodie membentuk band Getah, sedangkan Judapran meninggal dunia akibat over dosis narkoba. Sementara Irfan mendirikan label Rotorcorp yang kemudian diteruskan oleh Krisna Sadrach (almarhum) dari Sucker Head. Namun tidak lama setelah kematian Judapran pada 1998, Jodie yang pernah menikahi aktris Ayu Azhari menyusul meninggal dunia akibat over dosis. 


Diubah oleh wmcofficial 21-04-2021 14:00
satyagilangardianmanapaAyokitakemanaaa
Ayokitakemanaaa dan 8 lainnya memberi reputasi
9
5.1K
28
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Allvariant Music on Kaskus (ASIK.IN)
Allvariant Music on Kaskus (ASIK.IN)
315Thread2KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.