Bogor, 21 April 2021 - Pagi hari di kota penyangga, ketika matahari masih malu untuk tampak kan sinarnya. Otak dan raga ini serasa sepakat untuk segera berangkat, melangkah pasti menuju sebuah tempat. Berlomba dengan waktu, berdamai dengan ego, hanya demi mereka yang ku cinta.

Sesosok perempuan tampak terjaga di bangku kereta, menahan kantuk dengan terlihat sekali ingin pejamkan mata. Suara tertata ala masinis kereta serasa memberi penanda, bahwa hari ini adalah hari besar bagi mereka kaum wanita.




Kalimat di atas adalah salah satu quote tentang R.A Kartini. Tak sekadar kalimat namun juga penyemangat bagi para Kartini masa kini. Kaum perempuan yang masih berjuang di era pandemi, dan para Kartini yang berkiprah di ranah yang sekarang ini serba tak pasti.

Pandemic membuatnya mengumpat, menjauh dari keramaian namun ia tetap berkutat dengan peran yang berlipat, lengkap akan sarat. Peran begitu berat dipikulnya,  memerankan ibu rumah tangga yang harus membagi perhatian atas apa yang ada di depan mata.



Menyulap meja makan di rumah serasa meja kerja, tempat dirinya bertatap muka dengan rekan kerja meski sebatas maya. Bersahabat dengan online meski koneksi internet di rumah mpot-mpot an. Bahkan ada pula mereka yang dibuat pusing mengandalkan tethering, lantas kuota pun jadi kering. Kartini begitu melekat padanya, tak jadi soal bagaimana caranya mengabdi kepada kebaikan, asalkan baik saja.

Dalam tangan anaklah terletak masa depan, dan dalam tangan seorang ibu lah tergenggam anak yang merupakan masa depan itu. Prinsip itu sangat beliau pegang, sadar bahwa sekarang  masa dirinya yang harus berjuang. Kerja keras menjadi syarat meski terkadang stres melekat. Meski demikian beliau-beliau ini tetap berjuang di tengah keterbatasan, membagi peran sebagai ibu rumah tangga, pendidik, dan juga teman belajar bagi buah hati.