perojolan13Avatar border
TS
perojolan13
Mohon Maaf Investor Latah, Bitcoin di Ambang Bubble & Crash


Jakarta, CNBC Indonesia - Bitcoin ambles setelah banyak regulator di berbagai negara berupaya untuk menindak tegas aset digital yang awalnya ditujukan sebagai pengganti mata uang fiat ini. Kenaikannya yang mencapai ratusan persen sepanjang 2021 ketika harganya sudah sangat mahal mengindikasikan terjadinya bubble menurut pengamat dan analis.

Adanya spekulasi bahwa inflasi yang tinggi di tengah kebijakan moneter ultra longgar yang ditempuh bank sentral terutama The Fed akan membuat dolar AS semakin jatuh. Devaluasi mata uang yang dilakukan otoritas moneter global membuat investor mencari cara untuk melindungi portofolionya.

"Kita berada dalam gelembung, di beberapa area di market. Terutama di pasar cryptocurrency yang tidak jelas" Mark Mobius

Mark Mobius, Investor Kawakan yang disebut 'Bapak Investasi' ini menyoroti langsung apa yang terjadi di pasar cryptocurrency atau uang digital Bitcoin Cs.

"Kita berada dalam bubble (gelembung), di beberapa area di market. Terutama di pasar cryptocurrency yang tidak jelas," kata Mobius.

Dalam wawancaranya di Financial News, Mobius kembali menegaskan investor jangan mundur dari investasi saham (ekuitas). Karena, investasi tersebut memiliki underlying perusahaan itu sendiri.

"Tidak berarti investor harus mundur dari investasi ekuitas karena investasi di perusahaan yang solid dengan catatan pertumbuhan pendapatan yang terbukti dan neraca yang kuat akan terus berjalan dengan baik dalam jangka panjang."

Mobius berpendapat, adanya investor yang memborong Bitcoin Cs itu dikarenakan kebijakan bank sentral yang salah. Suku bunga terdistorsi sangat rendah yang mendorong investor mencari return yang tinggi.

"Kebijakan bank sentral menyebabkan mundurnya simpanan bank yang tidak menawarkan pengembalian yang wajar ke investasi yang lebih spekulatif," katanya.

Investor Latah

Mobius juga menyinggung mengenai investor. Menurutnya langkah investor di cryptocurrency ini benar-benar semata-mata mencari keuntungan instan dan berlipat. Spekulan!

"Jadi kami sekarang memiliki spekulasi yang luar biasa dalam mata uang kripto dan di perusahaan yang tidak menghasilkan keuntungan tetapi hanya harapan keuntungan."

Mobius bukan satu-satunya yang peduli dengan gelembung. Kepala regulator perbankan China, Guo Shuqing, mengatakan awal pekan ini dia prihatin bahwa pasar keuangan di Eropa, AS dan negara maju lainnya diperdagangkan pada level tinggi yang "berlawanan dengan ekonomi riil."

"Kami sangat khawatir gelembung aset keuangan meledak suatu hari nanti," katanya kepada wartawan di Beijing pada 2 Maret 2021 lalu.

Pete Rizzo, Editor di Bitcoin Magazine menulis di Forbes, kenaikan harga Bitcoin telah memunculkan lebih dari sekadar "gelembung" yang didorong oleh manipulasi pasar dan euforia.

Tetapi bagi mereka yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mempelajari fenomena tersebut, bagan adalah tanda terbaru dari kenyataan yang berbeda, bahwa Bitcoin, mengungguli uang pemerintah dalam persaingan pasar bebas yang alami.

"Berbeda dengan bagaimana Anda mungkin melihat Bitcoin dibahas di tempat lain, pernyataan dari artikel ini adalah bahwa sekumpulan bukti telah muncul yang menunjukkan bahwa perangkat lunak telah menciptakan ekonomi yang nyata - meskipun disalahpahami, dan bahwa ekonomi ini sedang membangun dirinya sendiri, jika perlahan, dalam tatanan moneter global."





Seiring dengan menanjaknya popularitas bitcoin diikuti dengan kenaikan harganya, bank sentral di berbagai negara mulai memberikan peringatan. Bahkan peringatan sebenarnya sudah diberikan bertahun-tahun yang lalu, tetapi bitcoin malah semakin populer.

Ketika peringatan tidak mempan, bank sentral mengambil langkah keras.

Di pekan ini Bank Sentral Turki sudah mengeluarkan larangan penggunaan seperti Bitcoin cs untuk membeli barang dan jasa. Kebijakan ini mulai berlaku pada 30 April 2021. Alasan pelarangan aset kripto karena Bank Sentral Turki menemukan risiko yang signifikan bagi pihak-pihak yang bertransaksi.

Saat aturan ini diterapkan lembaga keuangan tidak akan bisa memfasilitasi platform yang menawarkan jual-beli aset kripto, kustodi, transfer hingga penerbitan cryptocurrency.

Sementara itu, pejabat eksekutif di World Economic Forum (WEF) memperingatkan akan serangkaian regulasi yang "dramatis" untuk mata uang kripto.

"Kita akan melihat serangkaian upaya yang dramatis untuk meregulasi mata uang kripto" kata Sheila Warren, anggota komite eksekutif yang juga kepala data, blockchain dan aset digital WEF, sebagaimana dikutip Forbes, Kamis (15/4/2021).

"Karena semakin banyak aktivitas di mata uang kripto, maka semakin banyak permintaan bagi regulator untuk terlibat di dalamnya," tambahnya.

Sebelumnya ada bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang sekali lagi memberikan peringatan di pekan ini. Ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan bitcoin cs merupakan "kendaraan spekulasi".

"Mata uang kripto merupakan kendaraan untuk spekulasi. Itu tidak secara aktif digunakan sebagai alat pembayaran," kata Powell dalam acara The Economic Club of New York, sebagaimana dilansir CNBC International.

Powell juga membandingkan bitcoin dengan emas yang dikatakan memiliki nilai, sementara mata uang kripto tidak.

"Selama ribuan tahun, manusia memberikan nilai khusus kepada emas yang tidak dimiliki mata uang kripto" tambahnya.

Bank Indonesia (BI) juga memberikan peringatan kepada masyarakat dalam menggunakan cryptocurrency. Mata uang digital ini tidak bisa dijadikan alat pembayaran resmi karena hanya rupiah yang diakui sebagai satu-satunya alat pembayaran resmi di Indonesia. Bagi investor BI juga meminta untuk berhati-hati.

"Sebagai otoritas sistem pembayaran, kita masih melarang penggunaan cryptocurrency sebagai pembayaran. Tapi untuk investasi, bukan dengan kita (pengawasannya). Kita sudah mewanti-wanti risikonya, karena tidak ada underlying asset (aset dasar)," Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono.

Pasar kripto mengalami crash dalam beberapa hari terakhir, setelah beberapa diantaranya mencatat rekor tertinggi sepanjang masa. Kembali munculnya volatilitas ekstrim di pasar kripto membuat analis memberikan peringatan akan kemungkinan terjadinya longsor.

Meski demikian, di Indonesia sendiri juga tengah digodok bursa khusus perdagangan kripto yang digagas oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappepti) Kementerian Perdagangan.

link


Mobius berpendapat, adanya investor yang memborong Bitcoin Cs itu dikarenakan kebijakan bank sentral yang salah. Suku bunga terdistorsi sangat rendah yang mendorong investor mencari return yang tinggi.



"Sebagai otoritas sistem pembayaran, kita masih melarang penggunaan cryptocurrency sebagai pembayaran. Tapi untuk investasi, bukan dengan kita (pengawasannya). Kita sudah mewanti-wanti risikonya, karena tidak ada underlying asset (aset dasar)," Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono.
Diubah oleh perojolan13 20-04-2021 20:54
nomoreliesAvatar border
kakekane.cellAvatar border
samsol...Avatar border
samsol... dan 2 lainnya memberi reputasi
3
2.4K
31
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.9KThread40.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.