si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Kronshtadt Class - Jejak Sejarah Kapal Pemburu Kapal Selam yang Pernah Dipakai TNI AL
Membahas kapal perang di era Presiden Sukarno memang tidak ada habisnya, kali ini ane hadir dengan pembahasan kapal perang TNI AL di era Orde Lama. Setelah dalam tulisan sebelumnya ane sudah membahas kapal jenis destroyer dan korvet milik TNI AL, kali ini ada kapal patroli buatan Uni Soviet yang akan dibahas.

Saat era 1950-an Indonesia sangat mesra dengan Uni Soviet, salah satu penyebabnya adalah di Bumi Pertiwi dulu pernah eksis partai bernama PKI yang berideologi komunis. Kemesraan itu juga membuat Indonesia dipermudah dalam akses pembelian persenjataan serta alutsista dari negeri komunis tersebut, salah satu alutsista yang dibeli adalah kapal perang.

Kronshtadt Class adalah jenis kapal yang dibeli Bung Karno waktu itu, meski bukan kelas kapal destroyer, kapal perang ini memiliki kemampuan sebagai pemburu kapal selam (submarine chaser). Namun, karena fungsi utamanya tak dapat berjalan sebagaimana mestinya, sosok kapal perang ini di Indonesia kemudian beralih fungsi sebagai kapal patroli.




Foto: Vitaliy Kostrichenko



Kronshtadt Class bukan nama asli kapal ini, nama tersebut adalah panggilan kesayangan yang disematkan oleh NATO. Sementara Uni Soviet menyebutnya sebagai Project 122bis. Uni Soviet bekerja ekstra cepat dalam mewujudkan pembangunan Kronshtadt Class, setelah Perang Dunia II berakhir di tahun 1945, kapal perang ini sudah mulai diproduksi.

Kapal kemudian dibangun di fasilitas galangan Zelenodolsk pada periode tahun 1945-1947. Pada periode tersebut, total 227 unit Kronshtadt Class berhasil dibuat. Sebanyak 175 unit dibangun khusus untuk memenuhi kebutuhan armada Angkatan Laut Uni Soviet, sementara sisanya dipasarkan ke negara-negara Blok Timur dan sekutu Soviet di seluruh dunia. Produksi Kronshtadt Class sendiri baru berakhir tahun 1955.

Pada awal Perang Dingin, Kronshtadt Class dipersiapkan Uni Soviet sebagai arsenal pertahanan di Armada Laut Baltik, Laut Hitam, Laut Kaspia, Laut Artik, dan Pasifik. Tugas utama kapal ini adalah untuk misi anti-kapal selam di pesisir wilayah Soviet. Karena berperan sebagai pertahanan pantai, Kronshtadt Class juga ikut bertugas bersama Soviet Border Guard, dan sejak itu kapal ini juga berperan sebagai kapal patroli perbatasan.

Eksistensi PKI di Indonesia rupanya berdampak baik bagi kekuatan militer ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) waktu itu. Indonesia menerima Kronshtadt Class yang telah ditingkatkan kemampuannya (upgrade), yakni dengan pemasangan roket anti-kapal selam RBU-1200. Khusus pesanan enam unit kapal dari Indonesia, pihak Soviet memberi kode project 06.




Ilustrasi: indomiliter.com



Indonesia menerima total 4 unit kapal Kronshtadt Class yang diproduksi tahun 1953. Kapal-kapal itu memiliki kode sebagai berikut MPK-424, MPK-426, MPK-427 serta MPK-429. Semua kapal tersebut diterima ALRI pada tahun 1958. Tidak diketahui secara pasti berapa nomor lambung serta nama kelas kapal ini saat pertama kali tiba di Indonesia. Namun, pada akhir masa tugasnya kapal diberi nomor lambung 8xx.

Dikutip dari berbagai sumber, kapal patroli tersebut pernah memakai nama sebagai berikut KRI Barakuda, KRI Kakap, KRI Katula, KRI Landjuru, KRI Lapai, KRI Lumba lumba, KRI Mandidhang, KRI Momae, KRI Palu, KRI Pandrong, KRI Sura, KRI Tohok, KRI Tongkol, dan KRI Tjutjut.

Sebagai senjata utama kapal dibekali satu pucuk meriam 90K dual purposes kaliber 85 mm yang dipasang pada haluan. Untuk menangkis serangan udara, Kronshtadt Class dilengkapi 6 pucuk meriam 2M-7 kaliber 14,5 mm. Pada bagian menara (conning tower) dibekali plat baja setebal 8 mm.

Untuk mencari keberadaan kapal selam, Kronshtadt Class dibekali sonar aktif high frequency jenis Tamir-9/10/11, sonar ini ditempatkan pada hull mounted. Sementara radarnya menggunakan Giuys-1. Kronshtadt Class juga dibekali fasilitas dua depth charge rails (rel peluncur bom laut) pada bagian buritan. Bom laut yang dapat dibawa terdiri dari 30 large dan 30 small depth charges.

Kapal juga punya dua pucuk mortir anti-kapal selam dari jenis BMB-1/BMB-2, selain itu kapal juga dilengkapi 2 peluncur roket anti kapal selam RBU-1200, serta 16 ranjau Type 1908/39 dapat digunakan jika diperlukan.




Kronshtadt Class milik Albania.

Ilustrasi: wikipedia.org



Untuk urusan dapur pacu, Kronshtadt Class terdiri dari tiga unit diesel engines General Motors dengan 3 shafts, masing-masing memiliki kekuatan 3600 hp. Kecepatan maksimum kapal mencapai 20,5 knots. Dengan bahan bakar penuh, kapal mampu menejelajah hingga 6.480 km pada kecepatan jelajah 12 knot.

Setelah pecah kongsi antara Indonesia dan Uni Soviet, kemampuan tempur Kronshtadt Class TNI AL mulai menurun akibat tidak adanya dukungan suku cadang. Meski kemampuan sensor anti-kapal selamnya telah melorot, namun persenjataannya masih berfungsi dengan baik dan masih efektif untuk tugas patroli.

Kapal patroli ini masih eksis sampai masa Orde Baru, di akhir masa tugasnya, Kronshtadt Class masuk dalam armada Satuan Kapal Patroli (Satrol) dengan nomor lambung 8xx. TNI AL secara bertahap memensiunkan kapal patroli ini pada tahun 1975-1986. Meski sempat eksis sampai era Orde Baru, "lagi-lagi" tidak banyak foto kapal yang didokumentasikan kala itu.

Di negara lain pun sama, foto terkait kapal ini juga sulit untuk ditelusuri. Selain Indonesia, pengguna kapal ini adalah Albania, Bulgaria, Kuba, Polandia, Rumania, dan China. Khusus untuk China mereka meminta lisensi untuk memproduksi kapal secara lokal. Angkatan Laut Uni Soviet secara bertahap juga mulai memensiunkan kapal ini pada rentang tahun 1958-1970, 13 unit kapal masih beroperasi hingga tahun 1990-an sebagai sarana latihan.




Ilustrasi: indomiliter.com



Kronshtadt Class


Negara Asal: Uni Soviet
Galangan Kapal:  Zelenodolsk
Bobot: 302 ton (standard), 337,7 ton (full load)
Panjang: 52,24 meter
Lebar: 6,55 meter
Draft: 2,2 meter
Kru: 50-54 personel
Mesin: 3 x diesel engines General Motors dengan 3 shafts, masing-masing 3600 hp
Kecepatan Maks.: 20,5 knots
Day Jelajah: 6.480 km
Persenjataan: 1 x meriam 90K 85 mm, 6 x meriam 2M-7 kaliber 14,5 mm, 2 x depth charge rails (rel peluncur bom laut), 2 x mortir anti-kapal selam dari jenis BMB-1/BMB-2, 2 x RBU-1200, serta 16 x ranjau Type 1908/39
Negara Pengguna: Uni Soviet, Indonesia, China, Polandia, Rumania, Albania



-----



Demikian bedah alutsista kapal TNI AL di era Presiden Sukarno, sangat disayangkan tidak banyak foto yang diabadikan untuk mengenang serta menguatkan eksistensi kapal tersebut. Semoga pembahasan kali ini bisa menambah wawasan baru untuk kita semua di bidang perkapalan, terimakasih sudah membaca dari awal hingga akhir. Sampai jumpa di pembahasan selanjutnya emoticon-Angkat Beer








Referensi: sinidan sini
Ilustrasi Gambar: wikipedia.org, indomiliter.com
Diubah oleh si.matamalaikat 18-04-2021 09:22
nilwatikta1965Avatar border
anjaultrasAvatar border
yusuf2210Avatar border
yusuf2210 dan 23 lainnya memberi reputasi
24
4.9K
32
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer dan Kepolisian
Militer dan Kepolisian
icon
2.2KThread2.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.