jaka.sembvngAvatar border
TS
jaka.sembvng
KKB Papua Berulah Lagi, Kini Tukang Ojek Tewas Ditembak, TNI Polri Siaga 1

Rabu, 14 April 2021 16:29



KOLASE TRIBUN-MEDAN.COM/ISTIMEWA


KONDISI Papua setelah KKB menembak mati dua guru dan tukang ojek serta membakar helikopter dan gedung-gedung sekolah. 


TRIBUN-MEDAN.COM-- Aparat TNI Polri dalam kondisi siaga 1 setelah penembakan yang dilakukan kelompok kriminal bersenjata (KKB) menewaskan seorang pengemudi ojek di Kampung Eromaga, Distrik Omukia, Rabu (14/4/2021) pukul 13.05 WIT.


"Sementara sampai saat ini aparat keamanan TNI-Polri yang berada di Ilaga sedang melaksanakan siaga 1 untuk mengantisipasi gangguan susulan," kata Kapolda Papua, Irjen Mathius D Fakhiri, Rabu.


Masyarakat juga diimbau untuk tidak beraktivitas di luar Distrik Ilaga.
Pengemudi ojek yang ditembak KKB yakni Udin (41).

Korban tertembak dua kali, yang pertama luka tembak di bagian dada kanan tembus punggung, kedua di bagian pipi kiri.


Jenazah korban saat ini sudah berada di Puskesmas Ilaga.


Fakhiri menduga, pelaku penembakan adalah KKB pimpinan Lekagak Telenggen yang bermarkas di sekitar Ilaga.


Atas kejadian ini, masyarakat diimbau untuk tidak beraktivitas di luar Distrik Ilaga.
"Sementara sampai saat ini aparat keamanan TNI-Polri yang berada di Ilaga sedang melaksanakan siaga 1 untuk mengantisipasi gangguan susulan," kata Fakhiri.



Helikopter milik PT Ersa Air yang dibakar oleh KKB di Bandara Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua, Minggu (11/4/2021) (Humas Polres Puncak)

Sebelumnya, setelah menembak mati dua guru yang rela bertugas di Distrik Beoga Puncak Papua, ternyata Kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Sabinus Waker menyandera kedua jasad pahlawan tanpa tanda jasa ini untuk meminta uang tebusan.


KKB Sabinus Waker menembak mati seorang guru SD bernama Oktovianus Rayo (42) saat korban berada di kiosnya, Kamis (8/4/2021) pukul 09.30 WIT.

Kemudian, KKB lainnya menembak mati Yonatan Randen, guru SMPN di Distrik Beoga, Jumat (9/4/2021), di rumahnya.

Pemerintah bersama TNI dan Polri berupaya untuk mengevakuasi jenazah tersebut dari Distrik Beoga.

Namun, terkendala KKB yang masih berada di Lapangan Terbang Beoga.

Bupati Puncak Willem Wandik mengatakan, KKB meminta uang tebusan jika pemerintah ingin mengevakuasi jenazah dua guru tersebut.

Jika uang itu diberikan maka mereka akan membiarkan pesawat mendarat di Beoga.

Meski enggan menyebut jumlahnya, Wandik mengatakan, jumlahnya cukup besar.

Pihaknya terpaksa memenuhi permintan KKB karena masalah kemanusiaan.

"Setelah negosiasi, apa yang mereka (KKB) minta untuk bisa jenazah keluar (dievakuasi) maka mereka minta sesuatu (uang). Sehingga, dengan hati yang berat, dengan pertimbangan kemanusiaan karena jenazah mulai membusuk, mau tidak mau kita penuhi permintaannya," ujar Wandik ketika dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Sabtu (10/4/2021) sore.

"Negara tidak pernah kalah, ini hanya karena faktor kemanusiaan maka kita penuhi permintaan mereka," sambungnya.



Proses evakuasi dua guru yang jadi korban pembakan KKB dari Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, ke Mimika. (Humas Polda Papua)

Selain mengevakuasi jenazah, pesawat SAS milik Pemkab Puncak juga diberi keleluasaan untuk mengirim bahan pokok ke Beoga.

"Saya minta pertimbangan kepada TNI-Polri, ini terpaksa kami lakukan. Kelebihannya kami Pemda Puncak punya aviasi sehingga pesawat bisa masuk, tapi kami juga minta Senin (12/4/2021) pesawat bisa masuk lagi untuk antar bahan pokok karena stok di Beoga semakin menipis, sudah satu minggu pesawat tidak masuk," kata dia. Jenazah dua guru yang ditembak KKB tiba Timika, Kabupaten Mimika, Sabtu (10/4/2021) siang.

Kebrutalan KKB di Puncak berlanjut dengan membakar helikopter di Bandara Ilaga, Kabupaten Puncak.

Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri mengatakan, kasus pembakaran helikopter yang sedang diparkir di bandara tersebut terjadi pada Minggu (11/4/2021) malam.

Adapun helikopter yang dibakar tersebut diketahui milik PT Ersa Air yang sedang rusak.
"Helikopter memang dalam kondisi tidak bisa terbang dan milik swasta, itu dibakar di Bandara Ilaga," ujarnya, Senin (12/4/2021).

Selain melakukan pembakaran, KKB tersebut juga diketahui melakukan aksi penembakan.
Namun demikian, hingga saat ini belum ada laporan korban jiwa.

Motif KKB
Lebih lanjut dikatakan Mathius, aksi penyerangan yang dilakukan KKB tersebut bertujuan untuk mengganggu aktivitas penerbangan.


Sebab, untuk menuju lokasi pegunungan tersebut hanya bisa dilakukan melalui jalur udara.

"Mereka mau mengganggu aktivitas penerbangan. Tentu di titik rawan kami sudah instruksikan untuk memperhatikan betul bandara karena di beberapa titik ini aktivitas hanya bisa lewat udara, seperti Ilaga, Beoga, dan Intan Jaya," tutur Fakhiri.



Terkait dengan kondisi itu, pihaknya mengaku sudah menerjunkan tim untuk melakukan olah tempat kejadian perkara.



Kasatgas Humas Operasi Nemangkawi Polri Kombes Pol Iqbal Alqudussy mengatakan TNI-Polri telah mengetahui KKB yang melakukan aksi brutal antara lain Prenggen Telenggen, Abu Bakar Kogoya, Lerymayu Telenggen, dan Numbuk Telenggen.



"TNI-Polri sedang memburu kelompok ini. Kami akan menindak tegas KKB yang melakukan aksi brutal di Ilaga, " tutur Iqbal dalam keterangannya, Senin (12/4/2021).



Iqbal menambahkan saat kejadian helikopter yang dibakar tersebut tengah perbaikan dan terparkir di bandara Aminggaru Ilaga.



KKB Bisa Disebut Teroris  

Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua disebut Pengamat terorisme dan intiljen Stanislaus Riyanta bisa digolongkan sebagai kelompok teroris.



Menurutnya, hal itu mengacu pada Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang.



Pada Pasal 1 Ayat (2) UU No.5 Tahun 2018 disebutkan bahwa definisi terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas public, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik atau gangguan keamanan.



Melihat definisi tersebut tentu saja KKB di Papua yang sering kali melakukan aksi dapat disebut teroris," sebut Riyanta dihubungi Kompas.com, Minggu (11/4/2021).

Riyanta menuturkan pemerintah mesti melakukan pendekatan intens kepada masyarakat Papua.

Pendekatan ini, sambung Riyanta, sebagai upaya agar masyarakat tidak mudah terhasut oleh kelompok KKB.



“Pelabelan ini nantinya juga harus diimbangi dengan pendekatan yang intens kepada masyarakat supaya masyarakat merasakan kehadiran negara dan percaya kepada pemerintah, dan tidak mudah dihasut oleh kelompok KKB,” paparnya.



Riyanta juga mengatakan bahwa pelabelan KKB Papua sebagai kelompok teroris, tidak boleh membuat masyarakat Papua mendapatkan stigma yang sama.



Maka pemerintah harus mendampingi dan melindungi warga Papua dan melihatnya sebagai korban yang mesti dilindungi.



“Masyarakat adalah korban dan harus didampingi dan dilindungi, bukan bagian dari KKB dan tidak boleh ada stigma umum bahwa masyarakat Papua bagian dari KKB,” imbuhnya.



Menurut Riyanta, pola yang dilakukan KKB Papua adalah dengan memanfaatkan situasi dan bersembunyi di antara masyarakat.



Kelompok tersebut mengatasnamakan masyarakat, namun di sisi yang lain melakukan teror pada masyarakat yang dianggap mendukung pemerintah.



“Negara harus terus melakukan pendekatan kepada masyarakat sehingga tidak ada ruang bagi KKB untuk menyusup dan mempengaruhi masyarakat. Tentu saja peran intelijaen menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa upaya infiltrasiKKB kepada masyarakat dapat dicegah,” lanjutnya.



Lebih lanjut Riyanta mengatakan upaya untuk mencegah munculnya paham radikal masyarakat yang mendukung KKB Papua dapat dilakukan dengan peran aktif negara yang hadir di berbagai masalah yang ada di Papua.



“Kehadiran negara dalam konteks membangun Papua dan melibatkan masyarakat papua untuk ikut serta aktif dalam pembangunan," kata dia.



"Jika hanya elite Papua saja yang terlibat dan masyarakat tidak merasakan kehadiran negara maka masyarakat dalam kondisi rawan karena bisa disusupi oleh KKB dan bisa menjadi korban jika terjadi aksi antara aparat keamanan dengan KKB,” pungkasnya.



Gagasan pelabelan teroris kepada KKB di Papua dikemukakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar dalam rapat Komisi III DPR, Jakarta, Senin (22/3/2021).



Boy mengatakan, wacana ini tengah dibahas BNPT bersama sejumlah kementerian dan lembaga terkait.



Menurut Boy, kejahatan yang dilakukan oleh KKB layak disejajarkan dengan aksi teror. Sebab, perbuatan KKB menggunakan kekerasan, ancaman kekerasan, senjata api, serta menimbulkan efek ketakutan yang luas di tengah masyarakat.

sumber: https://medan.tribunnews.com/2021/04...aga-1?page=all



KKB (kera kera bersenjata) emoticon-Traveller


pulaukapokAvatar border
private13Avatar border
McRegar71Avatar border
McRegar71 dan 8 lainnya memberi reputasi
7
3.1K
53
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.8KThread40.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.