si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Albatros Class - Inilah Kapal Perang TNI AL yang Dibeli Gres dari Negeri Pizza
Kembali melanjutkan pembahasan tentang kapal perang TNI AL di masa Presiden Sukarno, setelah pada tulisan sebelumnya TS membahas kapal tipe destroyer buatan Italia yang pernah dibeli Bung Karno menjelang tahun 1960-an. Waktu itu sebenarnya ada kapal lain dari Negeri Pizza juga yang datang hampir bersamaan, secara kebetulan kapal-kapal tersebut dikerahkan dalam Operasi Trikora.

Jika destroyer buatan Negeri Pizza yang dipakai TNI AL diberi nama Almirante Clemente Class, maka kapal berjenis korvet yang juga buatan Italia ini diberi nama Albatros Class. Merujuk ke sejarahnya, Albatros Class lahir setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua. Perancang desain kapal tersebut adalah Luigi Ansaldo Ficantieri pada awal tahun 1950-an. Beliau juga yang merancang kapal destroyer kelas Almirante Clemente.

Desain kapal yang termasuk tipe korvet ini juga diadopsi untuk kebutuhan NATO dalam proyek MDAP (Mutual Defence Assistance Program). Karena digunakan untuk kebutuhan operasi NATO, maka pengguna korvet ini adalah negara-negara NATO. Selain Italia, Belanda dan Denmark juga mengoperasikan Albatross Class. Di luar NATO, Indonesia-lah sebagai pemakai korvet ini.




KRI Pattimura 371 termasuk keluarga Albatros Class.

Ilustrasi: indomiliter.com



Secara keseluruhan, ada 11 unit Albatross Class yang diproduksi, Italia menjadi yang terlama mengoperasikan kapal ini, yakni hingga 30 tahun lebih. Struktur desain serta kemampuan mesin diesel-nya, menjadi keunggulan dari korvet ini.

Albatross Class yang masuk jajaran armada TNI AL diberi nama KRI Pattimura dengan kode angka 801 dan KRI Sultan Hasanuddin dengan kode angka 802. Karena ada reorganisasi dalam pelabelan nomor lambung, dua kapal tersebut kemudian diberi nomor lambung 3xx, sesuai kelas frigate dan korvet pada Satuan Kapal Eskorta (Satkor). KRI Pattimura kemudian berganti nomor lambung menjadi 371, sementara KRI Sultan Hasanuddin berganti nomor lambung menjadi 372.

Meski asli buatan Negeri Pizza, namun Albatross Class dibangun oleh beberapa galangan yang berbeda. Untuk pesanan TNI AL, dikerjakan Stabilimento Luigi Orlando, Leghorn. KRI Pattimura mulai dikerjakan tanggal 1 Juli 1956 dan selsai dikerjakan tanggal 28 Januari 1958. Sedangkan KRI Sultan Hasanuddin mulai dibangun tanggal 24 Maret 1957 dan selesai dibangun tanggal 8 Maret 1958.

Karena tiba di Indonesia saat sedang banyak konflik, Albatross Class pun dikerahkan dalam banyak penugasan. Dua kapal ini juga sempat mencicipi masa awal Operasi Seroja, nasibnya lebih beruntung daripada kapal Almirante Clemente Class, yang justru tidak sempat merasakan operasi tersebut.




Ilustrasi: seaforces.org



Dari sisi persenjataan, kapal dibekali dua pucuk meriam 76 mm/62 SMP-3 laras tunggal, masing-masing dipasang pada haluan dan buritan. Meriam ini mampu menembakkan 50 proyektil per menit, bagian laras meriam punya sudut elevasi sampai 90 derajat. Dengan bobot munisi 6 kg, jangkauan tembak maksimumnya bisa sampai 16 km, sementara kecepatan luncur proyektilnya 959 meter/detik.

Pengoperasian meriam ini dapat dipadukan dengan radar fire control director OG-2. Namun, pengoperasian meriam 76 mm tersebut beberapa kali menimbulkan kecelakaan dalam proses reload. Sebagai pengganti, beberapa kapal milik Italia dan Denmark dipasang meriam Bofors 40 mm yang dioperasikan secara manual. Meriam Bofors 40 mm ada yang di pasang dengan tipe laras tunggal dan laras ganda. Terakhir Italia melakukan peningkatan pada akhir tahun 1970-an, dengan memasang meriam Breda.

Untuk menangkal serangan dari kapal selam, Albatros Class dibekali 2 x mortir anti-kapal selam Hedgehogs Mark 11, 4 x mortir Menon ASW, dan bom laut (depth charge chute). Sementara pemasangan torpedo tipe Mark 32 triple ASW torpedo tubes baru dipasang pada tahun 1970-an untuk Angkatan Laut Italia.

Untuk radar dan sensor, Italia dan Denmark yang memasoknya. Terdiri dari MLN-1A, surface search radar, later multifunction SPQ-2 (Italia), NWS-1 surface search radar (Denmark), CWS-1 aerial early warning radar (Denmark), dan QCU-2 sonar.







Foto: Paolo Bonassin




Ilistrasi: seaforces.org



Bicara soal dapur pacu, Albatros Class mengandalkan dua mesin diesel Fiat M409 dengan dua propeller. Kedua mesin dapat menghasilkan tenaga maksimal mencapai 5.200 bhp. Kecepatan maksimumnya adalah 20 knot, dan untuk daya jelajah, bisa mencapai 15.575 km pada kecepatan 10 knot, dan 4.667 km pada kecepatan 20 knot.

Bobot kosong kapal ini mencapai 850 ton, sementara bobot dengan muatan penuh mencapai 950 ton. Total panjang kapalnya mencapai 76,3 meter serta lebar 9,7 meter. Untuk kru yang bertugas adalah 117 orang.

Masa bakti KRI Patimura berakhir pada tahun 1980, sementara KRI Sultan Hasanuddin lebih dulu pensiun di tahun 1979. Sama seperti rekan sejawatnya yang berwujud destroyer, kapal korvet ini juga tidak banyak di dokumentasikan oleh TNI AL waktu itu. Hanya ada KRI Pattimura yang bisa diabadikan dalam foto, itu pun hanya satu foto saja.




Foto: Paolo Bonassin



Di era modern ini TNI AL telah memakai kembali kedua nama kapal perang tersebut, KRI Pattimura 371 hadir dalam wujud korvet Parchim Class dan KRI Hasanuddin 366 hadir dalam wujud korvet SIGMA Class. Sementara pihak angkatan Laut Italia masih mengoperasikan Albatross Class hingga tahun 1991.

Tidak diketahui bagaimana kondisi akhir dari dua kapal korvet TNI AL ini, tapi yang pasti bangkai kapalnya sudah di scrap alias dibesituakan. Entah pihak mana yang ditunjuk melakukan scrap pada dua kapal ini ? Hal itu tidak pernah diketahui sampai saat ini, dan yang paling disayangkan tidak banyak foto yang bisa di dokumentasikan untuk memperkuat eksistensi korvet tersebut.

Semoga di era modern ini TNI AL tidak lupa untuk mendokumentasikan berbagai kapal perangnya dalam wujud foto, jangan sampai generasi penerus bangsa ini di masa depan kelak sampai tidak percaya bahwa angkatan lautnya pernah mempunyai kapal perang yang mumpuni di masa lalu.




Ilustrasi: seaforces.org




Albatros Class


Negara Asal: Italia
Galangan Kapal: Stabilimento Luigi Orlando
Bobot Kosong: 850 ton
Bobot dengan Muatan Penuh: 950 ton
Panjang: 76,3 meter
Lebar: 9,7 meter
Draught: 2,8 meter
Propulsion: 2 shafts, 2 Fiat M 409 diesels, 5200 bhp (3900 kW)
Kecepatan Maks.: 20 knots
Daya Jelajah: 14.575 km pada kecepatan 10 knot, 4.667 km pada kecepatan 20 knot
Persenjataan: 2 x meriam 76 mm/ 2 x Bofors 40 mm (versi upgrade), 2 x mortir anti-kapal selam Hedgehogs Mark 11, 4 x mortir Menon ASW, bom laut (depth charge chute), Mark 32 triple ASW torpedo tubes (upgrade Italia 1970)
Kru: 117
Negara Pengguna: Italia, Belanda, Denmark, Indonesia


-----



Demikian bedah alutsista TNI AL di dekade 1960-an, di mana pada masa itu angkatan laut kita cukup disegani di belahan bumi selatan. Namun, semua itu tinggal kenangan, saat ini kita hanya bisa berangan-angan bahwa kelak angkatan laut kita kembali menjadi yang terkuat di belahan bumi selatan.

Semoga pembahasan kali ini bisa menambah wawasan baru untuk kita semua di bidang perkapalan. Pada pertemuan selanjutnya TS masih akan kembali membahas kapal perang TNI AL yang eksis di era Presiden Sukarno. Terimakasih sudah membaca tulisan ini dari awal hingga akhir, sampai jumpa lagi emoticon-Angkat Beer




Referensi: 1.2.3
Ilustrasi Gambar: seaforces.org, google image
Diubah oleh si.matamalaikat 14-04-2021 03:03
AraminaAvatar border
minhakim20Avatar border
orgbekasi67Avatar border
orgbekasi67 dan 19 lainnya memberi reputasi
20
5.4K
51
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer dan Kepolisian
Militer dan Kepolisian
icon
2.2KThread2.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.