• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Disebut Ulama, Tuan Seunuet, Sosok Pemecah Belah Kekuatan Kesultanan Aceh

machinAvatar border
TS
machin
Disebut Ulama, Tuan Seunuet, Sosok Pemecah Belah Kekuatan Kesultanan Aceh
Halo Gan Ganwati, salam sehat dan bahagia buat kita semua. Kemarin membuat Thread tentang sejarah Islam di Indonesia, kemudian menarik komentar yang banyak dari para Gan Ganwati yang ternyata jauh lebih banyak membaca daripada Aku. Thread ini Aku buat karena termotivasi dari para Gan Ganwati yang ternyata paham sejarah lebih banyak daripada Aku.emoticon-Malu (S)

Lalu, Thread juga bentuk rasa terimakasihku kepada Agan yang sudah kasih Aku referensi bacaan yang bagus. Meskipun Thread ini bukan dari bacaan referensi yang dia kasih sih.emoticon-Malu (S)



Ada beberapa daerah yang sangat sulit ditaklukkan oleh Belanda. Aceh, Nias, Bali, Tapanuli, Jambi. Threadini tidak membahas semua lokasi tersebut, hanya membahas Aceh, itupun tidak membahas Acehnya, namun membahas tokoh yang memiliki peran besar dalam meruntuhkan Aceh.

Karena sebelum ada orang ini, Belanda dibikin kerepotan oleh  masyarakat Aceh yang selama bertahun-tahun, Aceh sulit ditaklukan Belanda, yakni dari tahun 1873 hingga 1914. Namun berkat kecerdasan sosok ini, Aceh dapat ditaklukan Belanda.

BIOGRAFI




Snouck Hurgronje adalah seorang antropologi Islam yang lahir pada tanggal 8 Februari 1857 di Oosterhout, Belanda. Ayah Ibunya adalah sepasang pendeta, JJ. Snouck Hurgronje dan Anna Maria.

Snouck termasuk orang yang berhasil dibidang Pendidikan. Dia mempelajari bahasa Latin dan Yunani, kemudian kuliah di fakultas Teologi, kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas Sastra jurusan Bahasa Arab. Snouck Hurgronje mendapatkan gelar doktor sastra Arab di Universitas Leiden, tamat dengan predikat cumlaude dengan judul disertasi Het Mekkaansche Feestatau perayaan di Mekkah.

Snouck Hurgronje selama dua tahun tinggal di Mekkah dengan keperluan untuk menyelesaikan karya tulisnya tersebut. Dia merekonstruksi sejarah kota suci dan menjelaskan asal usul Islam, mulai dari tradisi dan praktik awal, dan komunitas Islam pertama di Mekkah.

Di Mekkah, Snouck Hurgronje menyatakan diri masuk Islam dan berganti nama menjadi Abdul Gaffar pada 16 Januari 1885, dihadapan Qadhi Jeddah dengan dua orang saksi. Namun, dalam surat yang ia kirimkan kepada seorang teman sekaligus gurunya yang ahli islamologi Jerman, Thodor Noldeke, ia menyebutkan bahwa Islamnya hanyalah lahiriyah saja. Dia hanya melakukan idhar al-islam.




Dari pengalamannya di Makkah, Snouck Hurgronje tertarik saat melihat sifat fanatik umat Islam Hindia Belanda dalam melawan Belanda, terutama kerajaan Aceh.

AWAL MASUK KE INDONESIA


Pada tanggal 1 April 1889, Snouck Hurgronje tiba di Penang dengan maksud untuk langsung menuju ke pedalaman Aceh dan mengumpulkan informasi-informasi militer dan strategi guna membantu pelaksanaan perang Belanda melawan Aceh. Namun pemerintah Belanda mencegahnya untuk masuk ke pedalaman Aceh sendirian karena dapat mengancam keselamatannya.

Pada tanggal 11 Mei 1889, Snouck Hurgronje dikirim ke Bogor untuk menjadi peneliti pendidikan Islam. Dia juga diangkat sebagai guru besar bahasa Arab di Batavia. Dan di sana juga dia ditunjuk untuk memimpin Kantor Urusan Pribumi (Kantoor voor Indlandshce Zaken).

Setelah penelitian yang dilakukannya tentang Islam dan masyarakat di Hindia Belanda dirasa cukup, Snouck Hurgronje mengajukan permohonan untuk berangkat ke Aceh untuk keperluan meneliti di sana sehingga dapat membantu peperangan Belanda untuk menaklukan Aceh. Pada tanggal 15 Maret 1891 diangkat menjadi Penasehat Bahasa Timur dan Hukum Islam, dan pada tahun itu juga, pada tanggal 9 Juli dia berangkat ke Aceh dan menetap di Kutaraja.

Hasilnya, Snouck Hurgronje Bersama Jenderal Van Heutsz berhasil menaklukan Aceh. Namun, setelah takluknya Aceh oleh Belanda, pada 11 Januari 1899, Snouck Hurgronje memutus kerjasama dengan Jenderal Van Heutsz dikarenakan perbedaan pandangan. Dimana Jenderal van Heutsz menggunakan kekerasan dalam penaklukan Aceh, sedangkan Snouck Hurgronje menggunakan politik asosiasi, yaitu meng-Eropakan penduduk Indonesia.

KERAJAAN ACEH DARUSSALAM DI MATA DUNIA


Mengapa Belanda ingin sekali menguasai kerajaan Aceh kala itu ?
Posisi kerajaan Aceh yang sangat strategis, jalur perdagangan internasional, dan pengaruhnya pada sebagian besar Sumatera serta memiliki komoditi dagang mendunia yang berupa lada, kopra dan pinang, menjadikan kerajaan Aceh sebagai kerajaan penting yang diperhitungkan, dihormati dan diakui kedaulatannya oleh bangsa-bangsa kolonialis Eropa kala itu. Dengan status tersebut, Aceh sudah mempunyai hubungan ekonomi dan politik internasional kala itu.



Belanda sendiri sudah menjalin kerjasama dibidang perdagangan dengan Aceh 274 tahun sebelum terjadi perang. Hubungan perdagangan dengan Belanda mengalami pasang surut. Hubungan Belanda-Aceh mulai pada abad ke-19 dimana Belanda mulai memperlihatkan itikat hendak menguasai seluruh wilayah kekuasaan Aceh.

Belanda benar-benar harus membuat persiapan yang matang untuk menaklukan kerajaan Aceh, hal itu dikarenakan Sumatera, termasuk Aceh, memiliki hubungan dekat dengan Inggris yang menghormati kedaulatan Aceh. Menyerbu dan menaklukan Aceh secara langsung akan mengundang protes Inggris dan kemarahan wilayah kekuasaan Aceh.

Dibukanya Terusan Suez pada tahun 1869, salah satu faktor motivasi Belanda untuk menaklukan Aceh sebelum ditaklukan oleh bangsa penjajah lainnya. Dengan dibukanya Terusan Suez, lalu lintas perdagangan internasional antara Timur dan Barat semakin ramai dan hal itu akan sangat menguntungkan Belanda jika dapat menguasai Aceh.


STRATEGI POLITIK ASOSIASI


Belanda telah melakukan penyerangan terhadap kerajaan Aceh berkali-kali. Selama tahun 1873 hingga 1910, peperangan Belanda dan Aceh terbagi menjadi empat fase. Fase pertama dipimpin oleh Jenderal J.H.R.Kohler, dengan semangat jihad fi sabilillahmelawan kaphe atau kafir, rakyat Aceh berhasil memukul mundur Belanda.

Fase kedua dipimpin oleh Jenderal Jan van Swieten, Belanda berhasil menguasai istana kesultanan Aceh Darussalam. Namun pada fase kedua, Belanda masih belum sepenuhnya menguasai Aceh, hal itu dikarenakan perjuangan rakyat Aceh masih terus berlanjut dilakukan dengan cara bergerilya menyerang Belanda.



Fase ketiga, Snouck Hugronje mulai terlibat di dalamnya. Dia menyusup ke masyarakat Aceh dan menyamar sebagai Abdul Ghaffar, menjadi seorang ulama yang shalih, mempelajari segala hal yang ada di dalam kerajaan Aceh dan menggunakannya sebagai senjata melawan kerajaan Aceh dari dalam. Pada fase ketiga ini, kerajaan Aceh mulai diketahui kelemahannya. Pada fase terakhir, kerajaan Aceh kalah dengan ditandai kematian Cut Nyak Dien pada tahun 1910.

Peran Snouck Hurgronje dalam menghancurkan kerajaan Aceh ini sangat licik sekaligus jenius, tanpanya, Belanda sudah menelan kerugian yang sangat besar untuk keperluan perang menaklukan Aceh.

Snouck Hurgronje yang merupakan seorang ilmuwan orientalistik dan politikus kolonialis yang produktif memiliki rumusan yang sangat jitu untuk menaklukan Aceh. Karya-karya tulis hasil dari penelitiannya di Hindia Belanda menjadi rujukan politik pemerintah Belanda dalam proses menaklukkan Aceh.

Salah satu Karya Snouck Hurgronje yang memiliki peran dalam keberhasilannya di Hindia Belanda adalah “Ambtelijke Advieseb vab C. Snouck Hurgronje”. Karya ini berisikan nasehat-nasehatnya terhadap pemerintah kolonial Belanda dalam menjawab berbagai persoalan mengenai fenomena Islam yang menjadi perhatian utama Snouck Hurgronje.




Dalam karyanya tersebut menjelaskan bahwa ajaran Islam sangat mempengaruhi dasar kekuatan kerajaan Aceh. Sehingga menurutnya, konteks ibadah dalam Islam harus dilestarikan sedangkan Islam dalam konteks politik harus dimandulkan.

Snouck Horgronje berpendapat bahwa pada hakekatnya Islam di Indonesia itu penuh damai, namun dia pun tidak buta terhadap kemampuan politik fanatisme Islam. Baginya, musuh kolonialisme bukanlah Islam sebagai agama, namun Islam sebagai doktrin politik. Sehingga, saran Snouck terhadap pemerintah Belanda adalah Belanda hendaknya memberikan kebebasan kepada umat Islam Indonesia untuk menjalankan agamanya sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah, menggalakan asosiasi dalam bidang masyarakat, dan menindak tegas setiap faktor yang mendorong timbulnya pemberontakan dalam lapangan politik.

Snouck mengkategorikan permasalahan Islam menjadi tiga ketegori yaitu bidang Agama Murni, bidang sosial Kemasyarakatan dan bidang politik. Dalam Islam, tiga kategori tersebut tidak dapat dipisahkan, namun Snouck Hugronje mengusahakan ketiganya terpisah. Hal ini berdampak pada hilangnya secara berangsur kekuatan cita-cita “Pan-Islam” yaitu paham yang bertujuan untuk menyatukan umat Islam seluruh dunia, dalam konteks ini adalah umat Islam Aceh dan Sumatera. Sehingga, dengan menerapkan saran Snouck, sumber semangat utama rakyat Aceh dalam melawan Belanda bisa dihancurkan dengan mudah.

Belanda mulai membuat siasat adu domba atau “devide et impera” dengan menggunakan saran dari Snouck Hurgronje, sehingga mempermudah Belanda untuk menaklukkan Aceh. Belanda berhasil memecah belah Aceh dengan mengadu domba ulama dengan Uleebalang yaitu kepala pemerintah dalam kesultanan  kepala pemerintah dalam kesultanan Aceh yang memimpin sebuah daerah.

Snouck Hurgronje bagi rakyat Aceh disebut sebagai Tuan Seunuet, yang artinya merusak dan memecah belah persatuan rakyat Aceh. Sedangkan di Belanda, Snouck Hurgronje dijuluki sebagai ‘dewa’ dalam bidang Arabistiek-Islamologi dan Orientalistik, salah satu pelopor penelitian tentang Islam, Lembaga-lembaganya, dan hukum-hukumnya. Di Rapenburg didirikan monument Snouck Hurgronjehius untuk mengenang jasa-jasa kebesarannya.

Gan Ganwati hebat, membaca sampai habis Thread ini. emoticon-Malu (S)

Sumber situs: 1 2 3 4 5

Sumber jurnal & skripsi:

 Jurnal,”Pandangan Snouck Hugronje Tentang Islam dan Implikasinya Terhadap Praktik Hukum dan Politik di Indonesia”, Saidin Ernas, IAIN Ambon.

Jurnal,”Strategi Kolonial Belanda Dalam Menaklukkan Kerajaan Aceh Darussalam”, Anwar, UIN Ar – Raniry, Aceh.

Skripsi,”Akidah Islami dalam Perspektif Christian Snouck Hurgronje”, Husaini Muzakir, UIN Ar – Raniry, Aceh.

Skripsi,”Tipologi Masyarakat Aceh pada Perang Aceh Belanda 1873-1942”, Hielda Octaviani, UIN Ar – Raniry, Aceh.


parydisAvatar border
fachri15Avatar border
yourab.Avatar border
yourab. dan 19 lainnya memberi reputasi
20
4.1K
75
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.