Mengulas alutsista di era Presiden Sukarno memang selalu menarik, pasalnya di era Presiden pertama RI tersebut, kekuatan militer Indonesia cukup disegani. Kali ini TS akan membahas alutisista berupa kapal yang dulu pernah dipakai TNI AL pada dekade 1960-an.

Setelah mendapat hibah kapal jenis destroyer dari Belanda pada tahun 1951, selanjutnya Bung Karno mulai mendatangkan kapal perang baru guna memperkuat ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia). Pada periode tahun 1957-1959, ALRI kedatangan empat kapal perang baru dari Italia.

Dua kapal dikategorikan sebagai destroyer escort tersebut dikenal sebagai Almirante Clemente Class, diberi nama sebagai KRI Soerapati 356 dan KRI Imam Bondjol 355. Sedangkan dua kapal lainnya bernama Albatross Class yang termasuk jenis korvet diberi nama sebagai KRI Patimura 801 dan KRI Hasanuddin 802. Pada kesempatan kali ini TS akan membahas Almirante Clemente Class terlebih dahulu.





Dirunut dari sejarahnya, Almirante Clemente Class dirancang oleh Luigi Ansaldo Ficantieri. Sementara galangan kapal yang membangun kapal ini adalah Cantieri Navale Ansaldo, Italia. Beberapa situs di internet ada yang menyebut Almirante Clemente Class sebagai frigate, namun dilihat dari bekal senjata dan bobot kapal, maka kapal perang ini lebih cocok disebut sebagai DLV (Destroyer Light Vessel) atau light destroyer.Sementara bagi TNI AL, istilahnya dikenal sebagai destroyer escort.

Luigi Ansaldo Ficantieri secara khusus merancang kapal perang ini untuk kebutuhan Angkatan Laut Venezuela pada tahun 1950-an. Pesanan Almirante Clemente Class waktu itu adalah 6 unit. Namun, pada kenyataannya hanya 2 unit kapal yang diterima Venezuela. Tidak disebutkan secara pasti alasan kenapa Venezuela hanya menerima dua kapal. Sisa kapal kemudian dibeli oleh negara lain. Masing-masing dua unit dibeli oleh Portugal, Algeria, dan Indonesia.

Bobot kapal ini saat dalam keadaan kosong adalah 1.300 ton dan bobot penuhnya 1.500 ton. Untuk urusan dapur pacunya disokong 2 Foster wheeler boilers 650 psi, Parsons steam turbin dengan dua propeller yang menghasilkan tenaga 24.000 hp.

Penggunaan mesin turbin ini disinyalir memberatkan dari segi operasional, karena cukup boros, meski untuk kecepatan memang jempolan. Kecepatan maksimum yang bisa diraih memang cukup tinggi, yakni 32 knots. Sementara jarak jelajahnya 6.500 km pada kecepatan 10 knots.





Soal senjata, kapal ini mengandalkan meriam kaliber sedang. Diantaranya adalah dua pucuk meriam Vickers MK XVI Twin 102 mm/45, dua pucuk meriam Bofors Twin 40 mm/56 MKI, dan empat pucuk meriam Oerlikon 20 mm. Ketiga jenis senjata tersebut dipasang untuk misi peperangan permukaan dan anti serangan udara.

Untuk menangkal ancaman dari kapal selam, Almirante Clemente Class dibekali 3 x Mk 9 Triple torpedo tube, 2 x Mk 11 mortir Hedgehog, 2 x Mk 9 deep charge mortar, dan 2 x Mk 6 Deep charge mortar. Guna mendukung peran AKS (anti-kapal selam), kapal perang ini dilengkapi passive/active sonar AN/SQS-4.

Pada masanya, destroyer escort ini terbilang canggih, bisa dilihat dari pemasangan beraneka radar, seperti AN/SPG-34, AN/SPS-10, dan AN/SPS-6. Sebagai tambahan, kapal ini dilengkapi instrument perang elektronik, yakni ESM Level 1.





Sangat disayangkan tidak banyak foto yang diabadikan dari dua kapal jenis destroyer escort milik TNI AL ini, ilustrasi foto dalam thread ini merupakan foto kapal milik negara lain. Kita hanya bisa membaca soal eksistensinya dari tulisan sejarah saja. Sebagai kapal perang yang dibeli secara gres (baru) oleh Bung Karno menjelang tahun 1960-an, Albatross Class dan Almirante Clemente Class ikut dilibatkan dalam kampanye mengganyang Belanda dalam Operasi Trikora.

Namun, eksistensi Albatross Class dan Almirante Clemente Class tidak berumur panjang. Setelah Bung Karno lengser, memasuki tahun 1970-an kapal butan Italia tersebut sudah masuk masa purna tugas, bersamaan dengan beragam frigate dan destroyer dari Uni Soviet. Tak satu pun foto atau senjata yang tersisa dari kapal destroyer escort tersebut untuk bisa dilihat generasi zaman sekarang.

Venezuela tercatat sebagai pemakai terakhir Almirante Clemente Class, mereka merawat destroyer tua ini dengan cukup baik. Di Venezuela destroyer ini baru purna tugas pada tahun 2011, terakhir kapal tersebut digunakan sebagai armada penjaga pantai. Almirante Clemente (F-11) dan General Moran (F-12) milik Venezuela sudah mendapat beberapa peningkatan, salah satunya kapal telah dipasangi meriam OTO Melara 76 mm, sebagai pengganti meriam Vickers MK XVI Twin 102 mm.







Negara Asal: Italia
Galangan Kapal: Cantieri Navale Ansaldo
Bobot Kosong: 1300 ton
Bobot Penuh: 1500 ton
Panjang : 99,1 meter
Lebar : 10,8 meter
Draught : 3,7 meter
Propulsion : 2 Foster Wheeler boilers 650 psi, Parsons steam turbines, 2 shafts, 24.000 horse power
Kecepatan Maksimal: 32 knots (59 km/jam)
Daya Jelajah: 6.500 km
Persenjataan: 2 x Vickers MK XVI Twin 102 mm/45, 2 x Bofors Twin 40 mm/56 MKI, 4 x Oerlikon 20 mm, 3 x Mk 9 Triple torpedo tube, 2 x Mk 11 mortir Hedgehog, 2 x Mk 9 deep charge mortar, dan 2 x Mk 6 Deep charge mortar.
Kru : 162
Negara Pengguna: Venezuela, Algeria, Portugal, Indonesia





Demikian sedikit bedah alutsista TNI AL buatan Negeri Pizza, semoga pembahasan kali ini bisa menambah wawasan baru untuk kita semua di bidang perkapalan. Terimakasih sudah membaca tulisan ini dari awal sampai akhir, sampai jumpa di bedah alutsista selanjutnya