rafaznnd
TS
rafaznnd
Part2 End. Cantiknya Gak Akan Abis Dimakan Usia. Manisnya Gak Akan Abis Dimakan Semut



Part satunya yakk. Link part satu


© DI BANDARA KALA ITU...

“Diantar bokapnya ke bandara.” kata gue ke Elang.
“Bandara? Ajeng jadi berangkat?” tanya Elang menyusul langkah cepat gue keluar konter. Gue langsung masuk VW kodok, Elang turut naik, tapi kali ini gue yang pegang setir.
Sementara itu….
Ajeng dan bokapnya turun dari taksi di depan lobi bandara Internasional Soekarno-Hatta. Bokap Ajeng dibantu sopir taksi menurunkan dua koper dari bagasi, kemudian keduanya berjalan memasuki lobi.
“Papa sudah bilang ke Nanda, tapi kamu gak say goodbye dulu?” kata Bokap Ajeng sok nginggris sadar di sekelilingnya banyak bule.
“Kamu yakin gak mau telpon Nanda.” kata Bokap Ajeng menyodorkan hapenya pada Ajeng. Sepertinya Bokapnya tahu, Ajeng gak sempat isi ulang waktu berangkat tadi. Ajeng mengambil hape Bokapnya dan terus melangkah.
Gue membawa VW kodok memasuki tol menuju bandara Soekarno-Hatta.
“Mudah-mudahan pesawatnya belom berangkat ya, Nda.” kata Elang lirih.
Gue gak meladeni ucapan Elang, pikiran gue hanya satu, sampai di bandara secepat mungkin. Gue menginjak pedal gas lebih dalam, menyalip tiga sedan produksi Jepang dan satu minivan produksi Korea sekaligus. Gue sempat mencari mobil produksi Indonesia kok gak ada sama sekali. Tapi mudah-mudahan mobil EsEmKa panjang umur, dan gue bisa melihatnya di Jakarta nanti.
Sementara itu, bokap Ajeng terus mencoba menasehati Ajeng, “Ntar kamu pasti nyesel kalo kamu gak mau ngomong sama Nanda dulu, siapa tahu keadaan sudah berubah.”
Ajeng dan Bokapnya sekarang mengantri di loket meja Check In. Ajeng terlihat ragu. Ajeng hanya bisa menatap visa dan rice cooker di tangannya.
VW kodok merapat di depan lobi bandara. Gue langsung keluar dan berlari masuk lobi. Gue sempat hampir menabrak seorang Bule yang tiba-tiba berbelok ketika gue menyalipnya. Si Bule marah mengumpat-umpat menggunakan bahasa spanyol .
“Matadora!...Matadora!...Matadora...!” teriak bule Spanyol merujuk pada banteng asal negaranya yang asal seruduk.
Ajeng beberapa kali menengok sepertinya berharap gue berada di belakang sedang mengejarnya, tapi yang terlihat hanya sekumpulan warga negara asing berjalan membawa tas mengikuti langkahnya mendekat pada gate penerbangan ke Malesia.
Ketika hendak memasuki koridor menuju check in langkah gue dihentikan petugas keamanan.
“Tolong pak, pacar saya segera berangkat dan saya belom sempat mengucapkan selamat tinggal dan maaf.” pinta gue seraya mengatur napas yang tersengal-sengal.
“Gak bisa mas, ini hanya untuk penumpang, pengantar gak bisa masuk.”
“Tapi tolonglah pak, ini penting. Ntar saya beliin bakso, deh. Dan kalo bisa....” Gue belum selesai bicara, Elang menarik lengan gue mundur dan berbisik pelan. “Untuk kali ini lo harus percaya gue. Serahin ke gue.”
Elang menghampiri dan berbisik di telinga si Petugas Keamanan. Sejurus kemudian gue diperbolehkan masuk, tapi sendiri tanpa Elang. Gue langsung bergegas lari masuk.
Sambil lari, gue curiga ke Elang, tadi dia bisikin apa ya? Nomer togel? Manjur banget. Gue berbelok di ujung lorong dan lihat Ajeng hampir sampai di petugas gate penerbangan.
“Ajeeeng... !!”
Ajeng berbalik mendengar teriakan gue. Gue terus berlari mendekat ke arah Ajeng.
“Nandaa…” bisik mulut Ajeng kaget bercampur lega.
Gue dan Ajeng kini berhadapan, gue menggenggam tangan Ajeng. “Kenapa kamu pergi, kamu tega ninggalin aku sendiri?”
“Ajeng harus mengejar mimpi, setelah itu, Ajeng akan kembali dan mencari kamu.” kata Ajeng pelan sambil menatap sahdu mata gue.
“Tapi kenapa harus seperti ini? Berpisah ketika kita mulai dekat.” Gue menggenggam tangan Ajeng lebih erat, “Ini bukan gara-gara peristiwa di kantor kamu ‘kan?”
Ajeng gak menjawab. Ajeng melepas tangannya dari genggaman gue. Ajeng mengambil sebuah buku dari dalam tas.
Ajeng menyodorkan bukunya. “Baca halaman terahir.”
Gue gak bisa berkata-kata. Gue hanya menatap buku yang diberikan Ajeng. Ajeng berbalik dan melangkah masuk ke gate penerbangan, gue melepas Ajeng dengan mata berkaca-kaca.
Gue melepas langkah Ajeng dengan iringan doa semoga pesawatnya kehabisan bensin dan gak jadi berangkat. Pesawat, pakai bensin apa solar, ya? Pikiran gue buntu.
Di dalam VW, kali ini Elang yang pegang kemudi mobil. Mata gue masih berkaca-kaca membuka halaman terakhir buku Ajeng. Gue menemukan sebuah puisi berjudul ^lelaki^.
Gue membaca puisi Ajeng, seakan suara Ajeng bergema di kuping gue melantunkan puisi yang ditulisnya sendiri.


[B]
LELAKI
/B]

Kau lari secepat kuda
Pula kuat menarik pedati
Adakah lelaki yang pantas melintas di benak
Dia yang mampu taklukkan terjal tebing hatiku
Memetik petir dan membawa kilat cahayanya padaku
Tatapannya menyisir utuh jiwa dan tanpa kata menundukkan pusaran hebat angan
Disetiap dengus nafas memanggilku
Merangkulku lembut dalam kokohnya genggaman
Pada akhirnya kutemui jua jiwa sesosok itu di sudut jalanku
Tempatku sebelum terhenti
Tapi raga ini harus jauh melihat dunia
Merampas nyali dari sang ragu yang gelisah
Sebelum kutambatkan kaki pada hangat langkahmu..
Wahai lelaki…
Ku..


Gue tersenyum dengan mata makin berkaca-kaca. Angan gue bercampur antara sedih dan bahagia membaca tulisan Ajeng. Gue mencondongkan tubuh ke depan dan melihat ke atas langit melalui kaca depan, seakan gue melihat berlalunya pesawat yang membawa Ajeng.
Elang masih nyetir, menggoyang-goyang bahu gue, “Nda... Nanda.!”
“Nda, bangun wooii...” panggil Elang membangunkan tidur gue.
Gue membuka mata menengok Elang. “Bangun. Lo gak berangkat?” seru Elang mengingatkan gue hari sudah siang dan gue harus bawa mobil jemputan.
Elang turun untuk membuka konternya. Gue meraih hape, melihat jam digitalnya. Gue telat bangun.
Gue bangkit duduk, melihat isi kamar, ternyata barusan gue cuma mimpi. Gue mimpi indah banget, tapi mirip banget ending salah satu film Indonesia. Filmnya Dian Sastro. Nicholas Saputra. Nanda Prawira. Hmm.
Yang menjadi pertanyaan, Ajeng berangkatnya ke Malesia? Ngapain? Beli jeruk?
Tapi dari semua itu, satu yang bisa gue petik di sini. Bahkan di mimpi, Ajeng masih hebat. Masih bisa kreatif. Puisi Ajeng indah banget.
Sebelum beranjak mandi, gue coba merenung sebentar. Coba mengartikan mimpi gue. Apa ini artinya Ajeng bakal meninggalkan gue. Jika referensinya kejadian di kantornya kemarin. Ya, siapa yang mau punya pacar seorang penculik?
Dengan langkah yang berat, gue masuk kamar mandi. Gue membawa sebungkus penuh rokok. Orang-orang mandi kembang untuk buang sial, pagi ini gue bakal mandi tembakau.
Diubah oleh rafaznnd 11-04-2021 01:44
jondolson69banditosi.am.legend.
i.am.legend. dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.3K
16
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.