wafafarhamuAvatar border
TS
wafafarhamu
ISTRI MUDA SEORANG CEO
Part 1

Menatap gadis cantik yang duduk tak jauh dari tempatku mengucap akad nikah, gadis berusia 21 tahun, wajahnya manis, cantik. Hatiku jedap-jedup. Bukan karena aku jatuh cinta dan tak sabar melewati malam pertama. Tapi ... takut ini awal dari bencana, bahwa aku akan kehilangan Bianca.

Ada kesedihan di wajah mempelai wanitaku itu. Tapi apa peduliku? Dia sudah mendapatkan imbalan setara dengan rasa sakitnya.

Aku terpaksa menikahi Yumna.

Tentu ... karena dia sangat mirip dengan istriku yang sebenarnya, Bianca. Bedanya jika Bianca perempuan berpenampilan glamour, dengan pakaian serba terbuka, Yumna bak gadis original yang menutup seluruh tubuhnya dengan hijab, kecuali wajah dan tangan.

Aku sebenarnya alergi dengan wanita-wanita sok alim. Namun, kemiripan mereka membuatku memilih pengecualian.

Hanya saja gadis bernama Yumna itu tak membuat sedikit saja hati ini bergetar. Desir yang menjalar di dada kala bertemu Bianca, tak kudapati darinya.

Ini karena pernikahan kami terpaksa. Aku hanya berpura-pura menikahi Yumna demi Bianca. Agar wanita yang sangat kucintai itu kembali. Dan dia ... akan mendapat uang setara untuk menyembuhkan ibunya yang terbaring lemah tak berdaya di rumah sakit.

"Bos, selamat akhirnya punya pengganti." Manajer menjabat tanganku. Tapi tak begitu kupedulikan.

Lalu, Raka yang datang setelahnya. Menyalami dan memelukku sambil berbisik, "Gila lho. Kuat amat punya bini dua." Sahabatku itu geleng-geleng. Meledek.

Dia mana tahu apa yang kualami? Jika Raka ada di posisiku pasti dia akan melakukan hal sama. Untuk seorang pria yang sedang sayang-sayangnya pada seorang wanita, kami bisa melakukan hal apa saja, yang kadang dipandang gila oleh orang lain.

Ya ... apapun akan kulakukan untuk Bianca.

"Ck. Sudahlah!" Kulepas pelukan Raka, lalu menabrak bahu pria tersebut kala melewatinya.

Raka terhuyung. Hampir saja hidung bangirnya nyungsep ke lantai marmer rumah megahku. Rasakan itu!

Langkah lebar dua kaki kokoh milikku bergerak ke anak-anak tangga, mengikuti Yumna ke kamar. Tak lagi kuhiraukan tamu-tamu yang didominasi pegawai kantor. Papa Mama bahkan tak hadir, sebab pernikahan kedua ini kurahasiakan darinya.

Hanya 30 persen pegawai kantor yang diundang. Satu saja ada yang membocorkan, akan kupecat mereka semua!

Kulirik sekilas saat pelayan membawa gadis yang memakai kebaya putih syar'i itu menaiki anak-anak tangga menuju kamar yang sudah dipersiapkan. Aku tak mengerti ekspresinya. Dibantu Alina, sekretaris perusahaan yang sudah menyiapkan segala hal untuk pernikahan kami.

Tak melihat kebencian di wajah Yumna ataupun harapan untukku. Dia pasrah. Seolah hanya seorang bawahan bersikap pada atasan. Hidupnya telah kubeli, maka apapun yang kulakukan padanya, ia tak punya hak untuk membantah.

Setelah sampai kamar, pelayan itu meninggalkan Yumna. Lalu aku masuk dan tinggallah kami berdua di dalam kamar yang berukuran sepuluh kali sepuluh meter.

"Duduklah," perintahku sambil menunjuk sofa.

Ia mengangguk kecil lalu duduk di sana. Perlahan aku mengikuti dan mengambil posisi duduk di sampingnya. Saatnya kubuka laptop, yang sudah disiapkan di meja depan kami. Setelah menemukan sebuah file, 'Aturan Pernikahan' kuklik folder tersebut dan meminta Yumna mempelajarinya.

"Bacalah ini," titahku pelan.

"Apa ini, Tuan?"

"Baca saja dan pelajari. Bukankah kamu seorang mahasiswi, kurasa cukup cerdas bagaimana memahami sesuatu tanpa harus dijelaskan secara detail."

"Ah, ya." Gadis itu memberi tanda bahwa ia mengerti.

"Baiklah." Aku menghela lega. Sembari bangkit dari duduk kuberitahukan lagi sesuatu padanya.

"Ini adalah kamarmu. Sementara aku akan tidur di kamarku sendiri."

"Ha?" Yumna sempat terperangah. Apa yang dia pikirkan? Apa dia pikir setelah menikahinya aku akan memberikan semua hidupku untuknya? Tentu saja tidak. Cintaku hanya untuk Bianca.

"Kenapa? Ada masalah?"

"Ah, tidak, Tuan." Yumna menggeleng cepat.

"Bagus. Beristirahatlah, karena besok-besok akan jadi hari yang sibuk untukmu."

"Ya, Tuan."

Hanya itu kata-kata terakhir yang bisa kuucap. Saat melangkah pergi, Yumna begitu serius menatap layar laptop. Bagus! Dia memang harus serius.

Keberadaan Yumna, akan sangat berguna. Selain tak kehilangan Bianca, perusahaan akan berjalan sebagaimana mestinya.





Baru saja memejam, suara dering ponsel memaksaku kembali membuka mata.

"Aih. Sial! Siapa pula malam-malam begini? Awas saja kalau Raka! Kublokir kau nanti!" dengkusku kesal.

Begitu melihat pada layar ponsel, rupanya panggilan video datang dari Bianca.

Akhirnya ... menelepon juga dia setelah aku menikah. Apa dia pikir aku main-main dengan ancamanku akan menikah lagi?!

"Hai, Masss!" seru Bianaca di ujung telepon. Dia tertawa. Benar-benar. Kupikir dia akan marah setengah mati dan pulang melabrak Yumna. Tapi nyatanya?

"Apa maumu? Kamu tak mau pulang?" tanyaku dengan nada kesal.

"Duh, jangan gitu donk, Sayang. Mas tau aku sudah terlanjur mendaftar kuliah, mana bisa aku pulang sekarang?"

"Heh, ya. Sudah kuduga."

"Hem, selamat ya. Aku dengar Mas baru menikahi seorang gadis yang sangat mirip denganku. Tapi aku yakin, Mas tetap akan jaga hati hanya buat aku. Makanya aku telepon." Kini raut wajahnya tampak sedih. Aku bisa gila melihatnya.

"Sudah, jangan sedih. Kamu tahu akau sangat mencintaimu bukan? Katakan, kapan kamu kembali padaku?"

"Sudah, Mas. Biarkan aku bicara pada Yumna dulu. Namanya Yumna kan?"

"Kenapa mengalihkan pembicaraan?"

"Mas ...."

"Dia pasti sudah tidur sekarang."

"Ayolah."

Huft. Dengan berat hati, akhirnya aku bangkit. Pergi ke kamar Yumna menemuinya.  Inikah yang namanya cinta. Aku lemah melihatnya bersedih, dan mau melakukan apapun walau kenyataannya hatiku sakit karena merindukan Bianca.

Namun, di balik pelariannya pasti ada alasan.  Dan aku akan bersabar menunggu Bianca bicara.

Kuketuk pintu kamar Yumna. Sampai lima kaki ketukan, kamar itu baru terbuka. Mataku hampir saja lepas. Kali ini Yumna tak memakai kerudung. Memakai pakaian handuk yang memperlihatkan pemandangan indah dari tubuhnya.

"Ehm, maaf Tuan. Saya sedang mandi."

Ya Tuhan. Bagaimana ini, aku nyaris tak bisa membedakan antara sosok Yumna dan Bianca. Bagaimana kalau aku khilaf?
















Part 2





"Maaf." Yumna memegangi pakaian bagian atas seolah takut teelihat olehku.

"Ahya."

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Bianca ingin bicara denganmu. Boleh akun masuk?"

"Ya,  tentu saja. Saya ini istri, Tuan."

"Apa?" Apa maksudnya sekarang? Apa dia aku memperlakukannya seperti Istriku? Yang benar saja.

"Maaf." Gadis itu meraih ponsel di tanganku dan bergeser memberi jalan untukku masuk.

"Hai!" sapa Bianca.

"Assalamualaikum." Yumna membalas dengan salam.

"Waalaikumsalam. Wah, Yumna ... ternyata benar kamu gadis alim," puji Bianca kemudian.

"Makasih ya sudah mau menikah dengan Mas Dev. Tolong jaga dia."

"Ehm.  Baik,  Nyonya. Eh. Mbak."

"Ish panggil Bianca saja."

"Baik." Yumna tersenyum tipis. Dia kini pasti bingung luar biasa. Barangkali dia pikir aku lelaki yang menikah lagi karena pengkhianat.

Tapi...  Bianca malah mengapresiasinya.  Mana ada istri sah baik sama pelakor? Yang ada malah diracun.

Tak lama obrolan pun selesai. Kini, aku kembali menatap dalam -dalam pada Yumna.  "Sekarang kamu tahu kan bahwa aku tak pernah berkhianat pada Bianca.  Aku bahkan sangat mencintainya," ucapku tak peduli dia paham apa tidak.

Sebelum terjadi yang tidak-tidak aku pun berpamitan keluar.  Jujur saja aku ini pria normal,  mana kuat berduaan dengan perempuan di kamar,  mana Yumna sangat mirip dengan Bianca dan dia tengah memakai pakain terbuka.

"Tuan, tunggu!" Yumna menghentikanku.

"Ya?"

"Apa saya boleh minta sesuatu?"

"Minta sesuatu?" Aku meneleng memikirkan maksud perkataannya. "Apa kamu kekurangan?"

"Em,  bukan begitu. Saya meminta hal lain selain harta."

"Ya?"

"Maukah Tuan jadi imam sholat saya malam ini,  dan mendoakan saya sebagai pengantin baru?"

"Apa? Apa kamu sangat ingin tidur denganku?" Mataku melotot. Siapa yang menyangka,  gadis tertutup sepertinya malah menuntut lebih dulu pada suaminya.
















Part 3





Saat mengobrol dengan klien-klien, Yumna datang bersama sekretarisku, Alina.

Gadis itu didandani  dengan pakaian yang terlihat elegant meski menutup auratnya sempurna. Tentu saja harus elegan, karena dia menemui klien-klien perusahaan. Mereka adalah orang-orang dari kalangan atas.

"Hai, Sayang," sapaku menghambur ke arahnya. Kuberi ciuman cepat, membuktikan bahwa rumor Devian adalah suami pengkhianat adalah salah, istriku cuma satu dan dia adalah Bianca yang diganti sosoknya oleh Yumna.

Mata gadis itu melebar. Terkejut pasti. Bahkan tangannya terkepal meremas gamis yang dikenakan, sampai kugenggam agar dia paham posisiku.

"Oh so sweettt." Istri Mr. Karl memuji sikap romantisku pada Yumna.

"Kenalkan, ini Bianca, istri saya." Kuperkenalkan Yumna sebagai Bianca pada semua orang.

Yumna pasrah. Memperlihatkan senyumnya. Walau aku tahu senyum itu adalah sebuah keterpkasaan.





Saat aku, Yumna dan Liana berada di lift dan tak ada orang lain, Yumna mulai berani menampakkan kemarahan dan mengomel.

"Jangan menciumku!" Diremas bibirnya seolah menghilangkan bekas bibirku. Konyol sekali!

"Kenapa?" Aku tersenyum sinis malas menanggapi.

"Apa kamu tak tahu malu?!" teriaknya kemudian, karena merasa diremehkan karena responku.

"Apa?! Aku tak tahu malu? Yang benar saja," ucapku dingin.

"Aku sudah membayarmu, jadi kamu adalah milikku. Mau aku menciummu ataupun berbuat lebih dari itu, kamu tak berhak menolaknya," tekanku pada Yumna yang wajahnya tampak merah padam.

Alina hanya diam, berdiri di pojok lift dengan menatap ke arah lain. Ya, dia selalu tahu diri bagaimana harus bersikap.

"Ya aku tahu! Apa perlu Anda mengulangnya lagi dan lagi?!" Dia masih terus bicara.

Merasa muak, aku mendekat dan kembali mendaratkan ciuman untuk menutup mulutnya.

Sementara Alina jadi salah tingkah dan membalik badan melihat kami.

BERSAMBUNG










pulaukapokAvatar border
i.am.legend.Avatar border
bonita71Avatar border
bonita71 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
2.6K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.