Sumber: Bola.com

Sudah 23 tahun berlalu, pelatih asal Belanda, Ruud Gullit ternyata masih bertanya-tanya (juga sakit hati) atas keputusan Chelsea yang memecatnya tahun 1998 silam.

Di usianya yang ke-33 tahun, Gullit mendapat titel sebagai pelatih termuda saat ia menjadi manajer Chelsea tahun 1996. Waktu itu, statusnya adalah pemain dan juga pelatih.

Walau perjalanan Gullit bersama Chelsea bisa dibilang singkat, namun Gullit memiliki rekam jejak yang cukup baik. Berkat Gullit, the Blues bisa memenangi Piala FA pertama dalam 26 tahun terakhir, yaitu Piala FA tahun 1997.

Hubungan Gullit dengan manajemen klub merenggang saat memasuki musim kedua. Ia pun akhirnya dipecat pada Februari 1998, dan hingga saat ini ia kecewa atas keputusan tersebut dan bertanya-tanya hingga saat ini. “Saya heran. Seperti benar-benar ditusuk dari belakang dengan cara yang sulit dipercaya,” kata Gullit dilansir dari Bein Sports.

Usia Gullit menjadi manajer klub London Barat itu hanya berusia dua tahun saja, ia pun dipecat dan digantikan oleh Gianluca Vialli. Lalu, apa yang membuatnya sampai sekarang sakit hati?

Gullit menyatakan kalau dirinya sempat digosipi terlalu banyak menghabiskan waktu di Amsterdam dengan pesta-pesta huru-hara yang tentu dia sangkal.


Sumber: Pinterest

Memang pada saat itu, Gullit mengaku banyak menghabiskan waktunya di Belanda, tapi bukan buat berpesta, Gan. Gullit menghabiskan waktu di Belanda untuk menemani ibunya terjangkit kanker payudara. Gullit juga bilang kalau itu adalah salah satu masa sulitnya dan membuatnya depresi.

Ya, coba aja agan-agan bayangin sekarang, ibu agan masuk rumah sakit karena kanker payudara dan harus menemani beliau. Eh, terus digosipin rekan kerja kalau agan ini malah foya-foya di negeri orang, pulang-pulang dipecat pula.

Menurut agan gimana nih, wajar nggak kalau Gullit bisa sakit hati sampai sekarang?