Sumber : Dok. Pribadi

Wuah!!! Saat menulis thread ini, percayalah ane baru saja menamatkan judul novel di atas kurang dari sepuluh menit yang lalu. Ane pikir, novel ini amazingbanget! Sayang kalau cuma ane yang menikmati. Jadi, izinkan ane me-review novel ini dan mempengaruhi kalian biar penasaran dan ikut baca juga.

Ini bukan kali pertama ane membaca novel thriller karya penulis Jepang. Yang kenal ane, mungkin sudah pernah melihat nama penulis thriller lain yang karyanya ane review juga. Namun, untuk Chinen Mikito sendiri, ini jadi yang pertama kalinya buat ane.


Sumber: Dok. Pribadi

Alasan pertama ane tertarik membeli novel ini adalah desain covernya yang cantik. Selanjutnya, tentu karena genre yang ditawarkan. Sebagai pecinta thriller, sulit bagi ane menolak godaannya. Ketertarikan ane semakin bertambah, ketika tahu bahwa genre thriller bukanlah satu-satunya. Ada genre lain yang mewarnai novel ini. Ya, genre komedi.

Aneh? Itu juga yang ane rasakan. Gimana mungkin genre thriller yang identik dengan ketegangan bisa dipadukan dengan komedi yang penuh haha hihi? Blurb-nya pun menarik. Ane sampai tidak berpikir panjang untuk akhirnya membeli novel ini pada masa pre order-nya.

Cerita dalam novel ini terbagi menjadi beberapa bagian. Ada bab cerita pada umumnya novel lain dan ada yang berbeda, yaitu bab interlude. Di bab utama, penulis membawa pembaca ke masa kini. Dimulai ketika tokoh utamanya, Asagiri Asuka, baru saja bergabung dengan klinik kecantikan Dokter Hiiragi.

Pada bab-bab awal, unsur komedinya sangat kental terasa. Pembaca, diajak tertawa dengan tingkah Asuka dan Dokter Hiiragi yang tidak pernah akur. Perbedaan pandangan keduanya terhadap bedah plastik itu yang membuat mereka sering berdebat. Adu mulut konyol antara kedua tokoh inilah daya tarik komedinya.


Sumber : Dok. Pribadi (supported by Canva)

Pada dasarnya, novel ini menggunakan alur maju. Teka-teki besar dalam novel ini adalah tentang menebak pembunuh berantai gila, di mana korbannya merupakan 4 wanita cantik yang diam-diam melakukan operasi plastik. Pembunuhan itu sudah terjadi 4 tahun lalu, tapi anehnya terduga pelaku yang merupakan dokter bedah keempat wanita itu tidak bisa ditemukan, seolah hilang ditelan bumi.

Lalu, kenapa 4 tahun setelahnya, kasus tersebut kembali ramai? Karena telah ditemukan mayat seorang wanita dengan kondisi yang sama persis seperti korban pembunuhan 4 tahun lalu. Kejadian ini menarik perhatian seorang detektif kepolisian yang yakin bahwa pelakunya orang yang sama. Itu artinya, keberadaan pelaku yang dianggap lenyap, mulai kembali menemukan titik terang.

Gak melulu mengambil setting waktu masa kini. Dalam bab interlude yang terselip di antara bab-bab utama, pembaca akan dibawa flashback sedikit. Setting di bab interlude memberi gambaran situasi yang lebih gelap dan mencekam. Interlude pertama, rasanya cukup menjelaskan kasus apa yang terjadi 4 tahun lalu. Malah bisa dibilang, bagian ini adalah bagian sudut pandang si pembunuh, menggambarkan secara jelas apa yang pembunuh lakukan pada korbannya.

Membaca novel ini, secara tidak langsung kita diajak untuk mengenal istilah-istilah kedokteran (terutama bedah). Gimana nggak? Penulisnya dokter beneran. Jadi, risetnya pun gak kaleng-kaleng. Yang seperti ini nih yang membuat ceritanya jauh lebih meyakinkan dan terkesan nyata terjadi.

Meskipun banyak istilah kedokteran yang sulit, tapi gaya berceritanya justru ringan dan mengalir. Penulis juga gak pelit menebar fakta yang runut di sepanjang cerita. Hal ini membuat pembaca mudah merangkai sendiri apa yang sebenarnya terjadi dan ikut menebak-nebak siapa pelakunya ala detektif.

Dengan banyaknya bukti yang dipaparkan penulis, ane yang terbiasa membaca cerita detektif merasa kasus ini mudah ditebak. Kalau boleh sombong, ane berhasil loh menebak siapa pelakunya. Yang sulit justru ketika menebak bagaimana cara pelaku lolos dari kejaran polisi dan berhasil jadi buronan selama kurun waktu 4 tahun? Ke mana pelaku selama ini? Nah, pengungkapan dari pertanyaan inilah yang bikin kepala cenat-cenut dan tanpa sadar, pembaca akan berkomentar, “Kok bisa gitu, sih?”

Terkesan mudah, tapi plot twist-nya tetap MIND BLOWING! Ane sampai gak bisa berkata-kata kalau ending-nya akan dibawa ke sana. Di bab terakhir, rasanya ane sukses kena prank penulis. Kirain udah tamat sampai di situ, eh ternyata ... ah, baca sendiri deh. Ane tau, kok, dibisikin spoiler itu gak enak.


Sumber : Dok. Pribadi (supported by Canva)

Seperti biasa, katanya review itu perlu menyampaikan kekurangannya juga. Tapi jujur, ane gak nemu apa kekurangan dari novel ini, selain typo yang gak penting-penting amat. Jadi, bisa dibilang novel ini nyaris sempurna dan sangat memuaskan.

Intinya, novel ini asik banget buat para pecinta thriller dan para pecinta plot twist yang suka otaknya dibikin muter-muter. Novel yang sayang banget untuk dilewatkan begitu saja. Dan sampai saat ini (pertengahan Maret), Real Face jadi novel terbaik yang ane baca di 2021, sih.

Overall, ane berani kasih 4.5 dari 5 bintang. Ketinggian? Nggak, kok. Novel ini layak mendapat poin setinggi itu. Ane harus akui, penulisnya jenius banget ngolah cerita. Kayaknya, ane bakal nunggu karya beliau lainnya, deh. Terlanjur jatuh cinta, nih.





Jadi, gimana nih gansis? Apakah review ane kali ini sukses bikin kalian ngiler buat ikutan baca Real Face? Semoga jawabannya “iya”. Nanti, kalau kalian udah baca juga, mampir lagi ke thread ini, ya. Kita ghibahin buku ini lebih dalam (haha).

Oh iya, jangan lupa beli yang ORI, ya. STOP BELI BUKU BAJAKAN!