si.matamalaikat
TS
si.matamalaikat
B-52 Stratofortress, Pesawat Bomber Berusia Tua yang Masih Menjadi Andalan Paman Sam
Dibangun pada masa Perang Dingin, pesawat pembom B-52 Stratofortress saat ini masih menjadi andalan dari Paman Sam. B-52 ini bisa dibilang sudah cukup tua umurnya. Meski Paman Sam kini sudah mulai melakukan pengembangan pesawat pembom terbaru yang bernama B-21 Raider, akan tetapi Paman Sam sangat sulit untuk memensiunkan B-52.

Pesawat pembom ini rencananya akan tetap beroperasi sampai tahun 2040, dan sampai saat ini sudah bayak varian yang dikembangkan dari B-52 Stratofortress. Sesuai salah satu saran dari kaskuser di thread sebelumnya, pada kesempatan kali ini ane akan membahas pesawat pembom legendaris ini. Seperti biasa TS akan mulai dari sejarahnya.


SEJARAH

Proyek pesawat pembom strategis untuk USAF ini dimulai pada tanggal 23 November 1945, waktu itu Air Materiel Command (AMC) mengeluarkan karakteristik kinerja yang diinginkan untuk pembom strategis baru. Beberapa syarat yang diajukan untuk pesawat baru ini antara lain: mampu terbang dengan kecepatan 260 knot (480 km/jam), mampu terbang pada ketinggian maksimal 34.000 kaki (10.400 m), serta memiliki radius tempur 5.000 mil (8.000 km). Untuk persenjataan, pesawat dibekali meriam 20 mm serta membawa bom mencapai 10.000 pon (4.500 kg).

Tanggal 13 Februari 1946, Angkatan Udara AS mengeluarkan undangan untuk membuat pesawat yang mereka inginkan kepada Boeing, Consolidated Aircraft , dan Glenn L. Martin Company. Setelah masing-masing proposal dari perusahaan tersebut dipelajari, pada tanggal 5 Juni 1946, Boeing Model 462 terpilih sebagai pemenang. Model 462 adalah pesawat sayap lurus yang ditenagai oleh enam mesin turboprop Wright T35 dengan berat kotor 160.000 kg dan radius tempur 5.010 km.

Pada tanggal 28 Juni 1946, Boeing kemudian mengeluarkan surat kontrak senilai US$ 1,7 juta untuk membangun prototype skala penuh yang akan diberi nama XB-52. Namun, pada Oktober 1946, Angkatan Udara mulai menyatakan keprihatinan tentang ukuran pesawat baru dan ketidakmampuannya untuk memenuhi persyaratan desain yang ditentukan.




Ilustrasi: geaviation.com


Sebagai tanggapan atas keluhan USAF tersebut, Boeing kemudian memproduksi Model 464, versi empat mesin yang lebih kecil dengan berat kotor 105.000 kg, versi ini kemudian diterima oleh USAF. Tidak mudah bagi Boeing untuk membuat pesawat pembom ini, tak lama berselang masalah kembali muncul.

Pada November 1946, Wakil Kepala Staf Udara untuk Penelitian dan Pengembangan, Jenderal Curtis LeMay, menyatakan keinginannya untuk kecepatan jelajah 645 km/jam. Sebulan kemudian, Boeing diminta untuk mengubah desain mereka menjadi pembom bermesin empat dengan kecepatan tertinggi 400 mil per jam, jangkauan 12.000 mil, serta kemampuan untuk membawa senjata nuklir. 

Boeing menanggapi dengan menyerahkan dua model pesawat yang didukung oleh mesin turboprop T35. Model 464-16 adalah pembom nuklir dengan muatan 4.500 kg, sedangkan Model 464-17 adalah pembom serba guna dengan muatan 4.000 kg. Angkatan Udara AS kemudian memilih Model 464-17 dengan pemahaman bahwa pesawat itu dapat diadaptasi untuk serangan nuklir.




Purwarupa XB-52.

Ilustrasi: wikipedia.org


Para insinyur Boeing memang termasuk orang yang sabar, karena para petingginUSAF terus meminta revisi pada desain pesawat mereka. Dari Model 462, Boeing mengembangkan berbagai varian lanjutan sesuai keinginan pemesan. Dari XB-52, Boeing kemudian mengembangkan purwarupa baru yang diberi nama YB-52. Purwarupa inilah yang nantinya akan diproduksi secara massal.

Pada 15 April 1952, YB-52 melakukan penerbangan pertama, tak lama setelah uji terbang itu pesawat masuk jalur produksi. Namanya kemudian dirubah menjadi B-52 Stratofortress. Untuk memungkinkan pengiriman cepat, jalur produksi disiapkan di pabrik utama di Seattle dan di fasilitas Boeing's Wichita. Sekitar 5.000 perusahaan terlibat dalam upaya produksi besar-besaran ini, dengan 41% badan pesawat dibuat oleh subkontraktor.

Boeing sudah membangun sekitar 742 pesawat termasuk dua purwarupa pesawat yang terdiiri dari 3 unit model A, 50 unit model B, 35 unit model C, 170 model D, 100 model E, 89 unit model F, 193 model G serta 102 unit model H. Boeing sendiri menghadirkan B-52 dalam berbagai jenis varian yang terus ditingkatkan pada perkembangannya, varian tersebut diberi label huruf alfabet mulai dari A-H.

Dengan kemampuan pengisian bahan bakar di udara, B-52 mampu menempuh jarak jelajah sampai 14.080 kilometer sampai 16.000 km, kemampuan terbangnya hanya dibatasi oleh daya tahan pilot dan krunya. Selain itu pesawat bomber ini juga sudah dilengkapi kursi lontar layaknya pesawat jet tempur.








Evolusi desain B-52.

Ilustrasi: wikipedia.org


Sepanjang era Perang Dingin, B-52 dan pembom strategis AS lainnya melakukan patroli peringatan udara di bawah nama kode seperti Head Start, Chrome Dome, Hard Head, Round Robin, dan Giant Lance . Pembom tersebut berkeliaran di ketinggian dekat perbatasan Uni Soviet untuk memberikan serangan pertama yang cepat atau menjatuhkan bom nuklir jika kelak terjadi perang nuklir.

Karena ancaman rudal permukaan-ke-udara S-75 Dvina era 1950-an yang dapat mengancam pesawat pada ketinggian tertentu seperti kasus U-2 Dragon Lady,  tujuan penggunaan B-52 kemudian diubah sebagai pembom penetrasi tingkat rendah selama serangan ke Uni Soviet, karena penyamaran dengan medan saat terbang rendah memberikan metode yang efektif untuk menghindari radar dan ancaman SAM.




Menjatuhkan bom saat Perang Vietnam.

Ilustrasi: wikipedia.org


Selain patroli udara di Uni Soviet, B-52 juga mencicipi berbagai konflik mulai dari Perang Vietnam sampai Perang Teluk, dalam Operasi Badai Gurun, B-52 berhasil menembakkan 35 rudal standoff AGM-86C CALCM dan berhasil menghancurkan 85-95 persen target mereka.

B-52 juga berkontribusi pada Operation Enduring Freedom pada 2001, memberikan kemampuan untuk berkeliaran tinggi di atas medan perang dan memberikan dukungan Close Air Support (CAS) melalui penggunaan amunisi berpemandu presisi, sebuah misi yang sebelumnya akan dilakukan terbatas pada pesawat tempur dan serangan darat. Pada akhir tahun 2001, sepuluh B-52 menjatuhkan sepertiga dari tonase bom di Afghanistan. Tanggal 21 Maret 2003, B-52 H meluncurkan setidaknya 100 AGM-86C CALCM ke sasaran di Irak.



Terbang Sampai Tahun 2040

Seperti yang TS tulis diatas, pesawat pengebom yang saat ini digunakan adalah varian B-52H. Varian paling akhir dari B-52 ini akan terbang sampai tahun 2040 untuk menemani B-21 Raider dan B-2 Spirit sebagai garda terdepan pesawat pengebom Amerika. Program modernisasi pada B-52 Strarofortress mencakup pembaruan avionik serta penggantian mesin.

Bicara soal mesin B-52 sudah mendapat 3 penawaran mesin dari GE Aviation, Rolls Royce dan Pratt & Whitney. Namun, saat ini pihak USAF belum mennetukan mesin apa yang akan digunakan B-52 kedepannya. Kemudian pada sisi avionik B-52H mendapat upgrade berupa peralatan defensif, sensor dan kursi lontar.

Saat ini B-52H dilengkapi dengan dua sensor penglihatan elektro-optik. Didukung oleh sensor inframerah yang melihat ke depan dan teropong penargetan (pod) canggih untuk meningkatkan penargetan, penilaian pertempuran, dan keselamatan penerbangan, sehingga meningkatkan kemampuan tempurnya.




Foto: Sascha Neuffer/jetphotos.com




Foto: Jeremy D. Dando/jetphotos.com




Ilustrasi kokpit B-52H dari berbagai posisi.

Foto: Suresh A Atapattu/jetphotos.com


Pilot mengenakan kacamata penglihatan malam, atau nightvision google (NVG), untuk meningkatkan penglihatan mereka selama operasi malam hari. Kacamata penglihatan malam memberikan keamanan yang lebih besar selama operasi malam hari dengan meningkatkan kemampuan pilot untuk membersihkan medan secara visual.

Pod Penargetan Lanjutan Litening B-52 sudah diupgrade ke Pod Penargetan Lanjutan Sniper. Pod sniper memberikan peningkatan deteksi target jarak jauh dan pengawasan yang stabil terus menerus untuk semua misi, termasuk dukungan udara dekat bagi pasukan darat.




Foto: Karol Trojanowski/jetphotos.com


Meski tidak memiliki fitur siluman seperti B-2 Spirit, pesawat ini telah dilengkapi dengan alat yang dirancang untuk menggagalkan upaya musuh untuk menargetkannya. USAF saat ini juga berencana melengkapi B-52 dengan senjata Long Range Standoff (LRSO), senjata tersebut memiliki kemampuan siluman yang akan dibangun oleh Raytheon Technologies. Senjata itu akan membantu B-52 dalam menembus pertahanan target.

Dengan jangkauan 1.500 mil, LRSO akan membuat B-52 selamat dalam misi pencegahan nuklir selama beberapa dekade mendatang. Senjata yang sama dapat diadaptasi untuk digunakan dalam misi konvensional (non-nuklir) jika senjata lainnya terbukti tidak memadai untuk menyerang berbagai target potensial dengan aman.

Penargetan canggih dan teknologi pemrosesan gambar pod telah meningkatkan keefektifan tempur B-52 pada siang hari, malam hari dan kondisi cuaca di bawah serangan sasaran darat dengan berbagai senjata penahan (yaitu, bom yang dipandu laser, konvensional bom dan senjata yang dipandu GPS). Dalam konflik konvensional, B-52 dapat melakukan serangan strategis, dukungan jarak dekat, operasi serangan balik udara sampai patroli maritim.




Ilustrasi: boeing.com


Untuk misi patroli maritim dan kontrol laut di wilayah yang luas, B-52 juga bisa meletakkan ranjau jika perlu. Dua pengebom B-52 mampu berpatroli di laut dengan memonitor permukaan laut seluas 364.000 kilometer persegi. Kemampuan untuk tetap mengudara selama berjam-jam menjadikan pesawat ini sebagai kandidat utama untuk melakukan pengintaian atau gangguan elektronik untuk mendukung pasukan lain.

Pesawat yang dioperasikan oleh 5 orang kru ini memiliki panjang 49.05 m, rentang sayap 56.39 m serta tinggi 12.4 m. B-52 dibekali 8 mesin Turbofan Pratt & Whitney TF33-P-3, mesin ini mampu melesatkan B-52 sampai kecepatan maksimal 958 km/jam, untuk ketinggian yang bisa dicapai adalah 15.000 m. Untuk daya jelajahnya maksimal bisa mencapai 16.000 km dengan bantuan air refueling.

Sebagai senjatanya B-52 dilengkapi meriam Vulcan 20 mm di bagian ekor, selain itu pesawat bisa dipasangi rudal jelajah AGM-86C, AGM-142 Have Nap (Rafael Popeye) serta rudal serang berpemandu. Sementara untuk bom yang bisa dibawa mulai dari bom termonuklir B61 atau B83 dan bom konvensional Mk.117 atau Mk.83. Meski punya kemampuan menjatuhkan bom nuklir, pada misi yang sesungguhnya B-52 hanya menjatuhkan bom konvensional saja. Pesawat hanya menjatuhkan bom nuklir saat latihan.




Foto: Angkatan Udara Amerika Serikat/Sersan Teknologi Robert Horstman


Bicara soal biaya perawatan, B-52 termasuk murah jika dibandingkan dengan pesawat pengebom AS yang lain. Seperti yang dilaporkan David Axe dalam Forbes, B-52 membutuhkan sekitar US$ 70.000 untuk penerbangan selama satu jam. Biaya itu kira-kira sama dengan biaya B-1 untuk satu jam penerbangan, dan setengah dari biaya B-2.Axe juga memprediksi biaya pengoperasian B-52 akan turun karena pengebom itu akan dilengkapi dengan mesin baru yang lebih hemat bahan bakar di masa depan.

Selain biaya yang lebih murah, alasan mempertahankan B-52 adalah tingkat kesiapan misi yang jauh lebih baik. Pada tahun 2019, tingkat kesiapan misi B-52 adalah 66%, jauh lebih baik daripada B-2 yang hanya pada tingkat 60% , sementara B-1 punya tingkat kesiapan misi 46%.

B-2 Spirit sejauh ini merupakan pengebom dengan kemampuan siluman paling andal bagi Paman Sam, tetapi prosedur perawatan kompleks yang diperlukan untuk mempertahankan fitur siluman menghambat kesiapan tempurnya. Angkatan Udara telah membuat langkah besar dalam memperkuat tingkat kemampuan B-1 dan B-2, tetapi tidak ada satu pun pesawat akan melampaui kesiapan tempur B-52.




Foto: xintianyou/jetphotos.com


Dengan jangkauan sampai 16.000 km, B-52 Startofortess menjadi pesawat yang bisa menjangkau berbagai wilayah di dunia. Salah satunya saat China mulai mengklaim wilayah laut negara tetangganya yang menyebabkan tensi menjadi naik, Paman Sam pun ikut bereaksi dengan mengirim beberapa bomber B-52 terbang di wilayah yang disengketakan.

Penerbangan B-52 disekitar wilayah China juga sempat mendapat protes dari pemangku kepentingan di China, meski pesawat hanya sekadar numpang lewat saja. Namun, kehadiran B-52 dikawasan Laut China Selatan ternyata juga bisa membuat ketar-ketir Negeri Panda tersebut.

Demkian sedikit ulasan dari pesawat pengebom tua yang masih menjadi amdalan Amerika, meski desainnya terlihat jadul, akan tetapi kemampuannya tak bisa diremehkan. Seperti kata pepatah, jangan menilai buku dari sampulnya. Mungkin ini adalah kata-kata yang pas untuk B-52 Stratofortress. Terimakasih sudah membaca tulisan ini dari awal sampai akhir, sampai jumpa lagi, keep ngaskus ya emoticon-Angkat Beer


B-52H Stratofortress

Negara Asal: Amerika Serikat
Produsen: Boeing
Dimensi Pesawat: panjang 49.05 m, rentang sayap 56.39 m, tinggi 12.4
Berat Kosong: 78.335 kg
Berat Maks. Take Off: 221.350 kg
Kru: 5 orang
Mesin: 8 x Turbofan Pratt & Whitney TF33-P-3
Daya Jelajah: 16.000 km
Ketinggian Maks.: 15.000 m
Kecepatan Maks.: 985 km/jam
Persenjataan: meriam Vulcan 20 mm, rudal jelajah AGM-86C, AGM-142 Have Nap (Rafael Popeye), rudal serang berpemandu, bom termonuklir B61 atau B83 dan bom konvensional Mk.117 atau Mk.83
Operator: USAF



Spoiler for Video Tambahan:








Referensi: 1.2.3.4.5
Ilustrasi: google image, boeing.com, Dokumentasi USAF, jetphotos.com
Diubah oleh si.matamalaikat 07-03-2021 00:37
japutrayusuf2210Daniswara92
Daniswara92 dan 41 lainnya memberi reputasi
42
11.7K
99
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer dan Kepolisian
Militer dan Kepolisian
icon
2.2KThread2.1KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.