tettettowetAvatar border
TS
tettettowet
Kita Yang Tak Berjodoh.





Jika tujuan kita dulu sama, mengapa genggam tanganmu semakin tertarik membelakangiku? Seiring langkahmu yang semakin menjauh meski seberapa banyak namamu kuucap lirih diiringi getaran sendu dari mulutku.




Sampai hari ini kita masih dua jiwa yang terpaut penuh cinta. Di mana suaramu menjadi buaian tidur pengantar lena. Pun, semua yang ada padamu menjadikanku seolah Qais yang begitu mendambakan Laila. Namun, apa yang membuatmu terus melaju seolah enggan bersamaku?




Hiasan kakimu menyatu padu sehingga menimbulkan suara yang begitu berisik. Membuatku kembali tersadar jika kamu semakin menjauh. Tenaga cinta mendorongku supaya kembali mengejar. Namun, sayang. Hanya hiasan kakimu dalam genggam, sementara dirimu kian menjauh meninggalkanku dengan pandangan mata gamang.




*****




Kita sama terdiam diiringi sepi yang menjadi teman. Sesekali isak tangismu terdengar keras seolah menafikan suasana resah di antara kita. Sejatinya, Tuhan Maha tau dengan apa yang kita rencanakan. Seolah petunjuk, mengejarmu dalam mimpi menjadi jawab tanyaku jika dirimu sudah akan ditunangkan dengan Prabu Tapa. Seorang keturunan raja Majapahit yang begitu mencintaimu.



"Sultan Daynuri, Wallahi aku mencintaimu!"



Menawan.



Pendar cahaya tubuhmu menyilaukan mata manusia biasa, layaknya aku ini. Segala kesempurnaan ialah kamu, Cut Putro Nurul A'la. Rupamu begitu menggoda iman dengan kelebihan yang Tuhan beri lebih berupa rambut panjang hitam legam.


Tak hanya dirimu, aku mencintaimu lebih dari siang yang mendambakan malam. Lebih dari tanah panas yang merindukan hujan.



Jauh sesudah pertemuan dengan pengakuan menyakitkan itu, kita menjauh secara nyata. Di mana kamu perempuan yang kukenal tangguh mampu melawan semua pasukan pertempuran demi menjemput Banta Ahmad--Abangmu-- melarikan diri hanya karena cintanya Prabu Tapa yang tak bisa kamu balas.



Penuh cinta, kupanjatkan pinta kepada Tuhan dengan derai air mata.



Bawa kembali jiwaku, Tuhan. Jangan biarkan aku merasakan pedihnya cinta Qais kepada Laila.




*****




"Menyo memang cinta Tuan sesuci nyan, lon melake bak Tuan, tapubut ibadah u tanoh Arab. Tariwang dalam lhe thon masa menjelang."


(Jika cintamu sesuci itu, kupinta kepadamu. Umrahlah ke tanah Arab. Lalu, kembalilah dalam masa tiga tahun yang akan datang.)




Kita seumpama badan dengan mata. Di mana badan yang tersakiti, namun mata yang mengeluarkan bulir basah. Dalam masa menjelang keberangkatanku itu, kita sama menangis. Karena sesungguhnya kerinduan yang kutahan sejak kepergianmu melarikan diri dari Prabu Tapa belum sepenuhnya usai. Ada banyak cerita yang ingin kupersembahkan padamu mengenai hati yang penuh rasa rindu. Di mana hari-hariku sendu, menanti separuh jiwaku yang pergi bersamamu.




Belum hilang lukamu, luka kita, atas kepergian Banta Ahmad, seorang Raja yang luar biasa bijaksananya, di mana Abangmu itu yang membantu cinta kita dari kejaran cinta Prabu Tapa. Kini, Mahmudsyah--pamanmu--kembali menguji cinta kita saat lamaran untukmu kulayangkan padanya.




Seiring langkah kuayun, sekali lagi kuusahakan tanpa derai air mata, mencoba melihatmu ke belakang. Di mana di sana, tiada isak tangis darimu, tiada pesan apapun seperti biasa saat aku hendak melawan musuh kerajaan.


Hiasan kakimu yang dulu sempat menjadi tanda tanya dalam mimpiku, kugenggam erat. Tiada sapa diantara kita melainkan hanya benda ini yang kamu beri entah untuk apa.



"Tiada cinta manusia sesempurna cintamu, Daynuri. Aku ikhlas, dengan segala ketetapan yang Tuhan beri. Semoga nanti, kita bertemu tidak dalam rasa yang sudah berbeda."



Cahaya pada tubuhmu memancar hangat, saat ucapan itu diamini oleh anggota kerajaan yang sedang melihat kita.



Jika cintamu juga sesempurna ini, apa tak pantas jika memilikimu begitu menjadi harap yang sangat?





*****



"Allahuakbar, Day!"



Sandaran kursi menjadi pegangan pertamaku saat terdengar suara Ibu berteriak. Sekuat tenaga, kucoba menyesuaikan mata dengan cahaya lampu yang begitu terang.


"Kamu tidur atau nangis, sih. Sampe terisak begitu?"



Aku menangis lagi mendengar seruan Ibu. Tuhan seakan memberiku petunjuk dengan menghadirkan Putri raja Aceh dengan kekasihnya Kamaruzzaman dalam mimpiku sebagaimana jawaban karena beberapa hari ini aku merasa terpuruk. Pasalnya, aku begitu merindui Adyana. Wanita yang bahkan sekarang sudah menjadi istri orang.




Tuhan, aku lupa jika jodoh sudah menjadi ketetapan dalam rancanganmu. Di mana yang bercinta, bukan berarti akan berakhir bahagia. Aku lupa, jika Qais tetap sendiri setelah kepergiannya Laila. Aku juga lupa, tak 'kan berjodoh tanpa campur tangan-Mu, seumpama Kamaruzzaman yang tak bisa memiliki Nurul A'la yang sudah meninggal dunia sekembalinya dari tanah mulia.
Diubah oleh tettettowet 12-03-2021 04:22
zafranramonAvatar border
tien212700Avatar border
aryanti.storyAvatar border
aryanti.story dan 4 lainnya memberi reputasi
5
809
34
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.