Djamboel79Avatar border
TS
Djamboel79
Suatu Pagi di Bus Kota Menuju Palmerah
Apabila Tabloid BOLA masih terbit, maka 3 Maret 2021 akan menjadi perayaan ulang tahun ke-37 dari media olahraga terbesar dan terbaik yang pernah ada di tanah air.

Jujur, saya rindu sekali dengan segala yang berkaitan dengan Tabloid BOLA. Hari ini untuk mengingat betapa saya bersyukur pernah berada di bawah atap Si Gundul, maka tulisan lama ini saya angkat kembali. Kebetulan Inter Milan sementara ini sedang memimpin klasemen Serie-A musim ini.



Urusan berangkat ke tempat kerja tak hanya harus mengendarai mobil pribadi. Anda pun tahu, bis kota Cileungsi-Kalideres dengan nomor trayek 42A pun sering jadi alternatif yang saya pilih. Namun pagi ini, menumpang mobil tipe baru keluaran pabrikan Jepang milik teman sekantor, jadi keberkahan tersendiri menuju markas Si Gundul. Banyak cara menuju Palmerah !!!

Kembali teringat sebuah percakapan dengan ayah saya saat masih berseragam SMP. Kala itu dalam perjalanan menuju sekolah (Cibubur ke Rawamangun; SMP 236 Labschool Jakarta Timur), ayah menceritakan pepatah "Banyak Jalan Menuju Roma !!".

Singkat cerita, beliau bilang bahwa pepatah itu memiliki makna banyaknya cara untuk menggapai tujuan kita. Kota Roma dipilih karena sejak dulu Roma mempunyai kehidupan dan kebudayaan yang lebih maju pada zamannya. Roma adalah pusat kebudayaan, ekonomi, perdagangan dan pemerintahan pada saat itu. Boleh jadi, semua mimpi masyarakat Romawi kala itu adalah Kota Roma.

Tapi maaf hal itu berbeda jika bicara urusan sepakbola. Saya akan bilang "Pergilah ke Turin atau ke Milan". Anda pasti sudah tahu bukan alasannya ? Ya benar di dua kota itulah gelar juara Italia terbagi paling banyak. Hingga kini Turin punya 38 gelar (Juventus 31, Torino 7) sedangkan 36 gelar di kota Milan terbagi sama rata baik AC Milan dan Inter Milan. Plus lagi hanya dari 2 klub kota itu juga, klub Italia bisa jadi juara di Eropa dimana AC Milan punya 7 gelar, Inter Milan 3 kali juara dan 2 kali, Si Nyonya Tua Juventus merasakannya.

Bahkan pemain dunia pada zamannya macam Trio Belanda (Basten-Gullit-Ridjkaard)n Trio Jerman (Klinsmann, Matheaus, Brehme) dan Trio Perancis beda zaman (Platini-Zidane-Pogba), memilih bermain memperkuat klub AC Milan, Inter Milan dan Juventus.

Banyak teman berpikir saya adalah penggemar berat klub Internazionale Milan. Bisa ya tapi sesungguhnya tidak seperti itu juga. Jejak jemari saya pernah menuliskan bahwa klub Italia awal yang saya suka adalah Napoli. Itu karena sosok Maradona.

Namun pasca kegagalan Maradona bersama Argentina di Final Piala Dunia 1990, ditambah perilaku buruk Sang Bintang di luar lapangan menjadikan saya tak begitu menggebu-gebu lagi mendukung sebuah klub sepakbola.

Sejarah jatuh hati saya kepada Inter Milan justru berawal dari sosok seorang Massimo Moratti. Seperti yang tertulis di Tabloid BOLA tahun 1996an (kalau gak salah), saat itu Inter Milan memiliki seorang pemain berbakat bernama Nwankwo Kanu.

Namun apa boleh dikata, Kanu tidak bisa maksimal memberikan permainan terbaiknya bagi Nerazurri. Kanu punya masalah pada jantungnya. Disinilah rasa jatuh hati itu terjadi.

Permasalahan jantung Kanu tak lantas membuat Moratti memutus kontrak begitu saja. Melalui uang dari kantongnya sendiri, Moratti membiayai seluruh operasi yang harus dijalani oleh pemain tersebut dan juga semua biaya pengobatan lainnya.

Itulah alasannya mengapa hingga saat ini Inter terlalu penting bagi saya. Sebuah sisi kemanusiaan yang nyata dari Sang Pemilik kala itu.

Menilik sedikit soal prestasi, Inter di awal masa Masimmo Moratti sering gagal. Pemain kelas dunia layaknya Ronaldo, Djorkaeff, Seedorf, Bergkamp, Roberto Carlos, Alvaro Recoba bahkan Andrea Pirlo yang pernah membela Inter pu. tak pernah merasakan kejayaan hingga akhirnya meninggalkan La Beneamata.

Sejumlah kegagalan tersebut tidak melunturkan kecintaan Moratti pada klub yang dianggapnya bak anak perempuan cantik. Dia terus membangun Il Biscione bahkan dengan cara bergonta-ganti pelatih sekalipun.

Sebuah penebusan melalui gemilang sejumlah gelar akhirnya direngkuh. Pernah satu periode secara 5 musim beruntun mulai 2005/2006 hingga 2009/2010, Il Biscione jadi kampiun Serie-A.

Bahkan pada tahun 2010 di bawah pelatih Jose Mourinho asal Portugal itu, Inter meraih prestasi yang belum pernah dilakukan Juventus ataupun AC Milan yaknijuara Serie-A, juara Liga Champions, dan juara Coppa Italia dalam satu musim.

Bisa saja banyak pengamat mencibir jika keberhasilan Inter Milan pada masa-masa itu dikarenakan klub-klub pesaing lain di Serie-A sedang lemah akibat periode yang dikenal dengan post-calciopoli. Tetapi anda harus ingat, La Beneamata jadi juara Liga Champions bukan di era biasa melainkan di era-nya tiki-taka "the invicible", Barcelona dengan Lionel Messi nya.

Kini Inter Milan seperti kehilangan segalanya. Kebangkitan Juventus di Italia seakan menghapus jejak gemilang klub seragam warna biru-hitam tersebut. Juventus bak berlari sendirian, tak ada lawan berarti. Lima musim terakhir, Juventus praktis tak terkejar. Duo kota Milan pun dalam masa krisis. Paling banter Napoli dan AS Roma yang bersaing ketat mengamankan 2 jatah ke Liga Champions karena satu tiket lainnya milik sang jawara, Si Nyonya Tua Juventus.

Musim lalu Inter Milan berada di posisi keempat di akhir klasemen. Kegagalan yang menuntut pergantian nahkoda. Periode kedua Roberto Mancini di Inter Milan punya rapor merah. Mancini gagal.

Erick Tohir, Presiden Inter Milan asal Indonesia menunjuk Frank De Boer, mantan pelatih Ajax sebagai arsitek baru Nerazurri.

Nyatanya tidak mudah bagi De Boer mengeluarkan dan menampilkan ide gemilang bagi Il Biscione di atas lapangan hijau. Di tiga pertandingan awal musim ini, Inter baru meraup 4 poin.

Kekalahan di partai perdana menghadapi Chievo Verona menjadi debut buruk bagi pelatih berkebangsaan Belanda. Bersyukur di pekan ketiga saat bersua tim promosi, Pescara, FDB dan Inter Milan merasakan tripoin pertama di musim baru.

Namun, Inter memang masih labil. Bayangkan saja, di ajang Europa League, Inter Milan yang tampil di kandangnua sendiri dipermalukan 0-2 dari klub Israel, Hapoel Beer Sheva. Aroma dan isu pemecatan De Boer pun menggema.

Sialnya partai berikut adalah melakoni Juventus dalam Derbi D'Italia di kompetisi Serie-A.

Sebelum pertandingan itu dimulai minggu lalu, sejumlah pengamat meyakini kalau duel tersebut akan dimenangi Juventus, bahkan dengan mudah sepertinya. Sang Raksasa Italia datang ke Milan dengan catatan tiga kemenangan beruntun sebelumnya. Apalagi barisan depan semakin tajam dengan masuknya Gonzalo Higuain.

Duet Higuain dan Dybala pasti jadi momok barisan pertahanan Inter Milan yang dikoordinir Miranda dan Murillo. Belum padunya lapangan tengah yang berisikan Joao Mario, Ever Banega, Ivan Perisic dan Candreva menjadi catatan lainnya untuk bisa mendistribusi bola ke Mauro Icardi di depan.

Inter Milan jelas jadi inferior dihadapan Juventus. Palu PHK terhadap De Boer rasanya akan dijatuhkan pasca pertandingan itu.

Semesta namun berkata lain. Juventus, Juara Italia 5 musim terakhir kalah 1-2 malam itu. Giuseppe Meazza berpesta menyambut kemenangan Inter Milan. Kemenangan besar atas seteru berat. Semangat pantang menyerah diperlihatkan anak asuh Frank De Boer.

Icardi yang menjadi penyelamat Inter kala gol nya memberikan kemenangan di Pescara, kembali menyumbang gol. Kali ini sundulan kepalanya berbuah gol dan menjadi penyeimbang yang menyuntikkan moral tinggi bagi teman-temannya. Gol Ivan Perisic berikutnya akhirnya membawa Inter Milan memberikan emenangan pertama mereka bagi penggemar mereka di kandang sendiri musim ini.

Inter Milan tahu persis kalau mereka tidak ingin Juventus menorehkan sejarah sebagai klub Italia pertama yang meraih 6 gelar beruntun Serie-A. Dan untuk menghantam ambisi Juventus tersebut, Inter Milan harus melakukannya sendiri. Kekalahan perdana Juventus musim ini akan jadi catatan dan panduan bagi klub-klub Serie-A lain untuk bisa menumbangkan Juventus sekaligus membuyarkan mimpi Si Nyonya Tua merebut gelar juara keenam kali beruntun.

Inter Milan memang sudah berhasil melakukannya. Inter Milan telah mengalahkan Juventus. Tetapi layaknya lari maraton, perjalanan FDB bersama anak asuhnya musim ini masih panjang.

Inginnya sih Inter Milan bisa juara tapi seperti kata pengamat sepakbola dunia, lolos ke Liga Champions musim depan harusnya jadi target realistis yang bisa dipenuhi. Juventus saja bisa mereka kalahkan maka tak ada alasan jika mereka bertemu AC Milan, AS Roma bahkan Napoli. Menang dan menang akan mewujudkan impian tersebut.

Jalan menuju kejayaan bagi Inter Milan harusnya sudah berada di rel yang tepat. De Boer tinggal mematangkan taktik serta menyuntikkan moral juara bagi Icardi cs. Banyak jalan menuju kejayaan !!! Dan sekali lagi itu sudah diawali dengan kemenangan atas Juventus pekan lalu.

Seperti saya mengagumi Inter Milan karena Moratti, begitupula saya mencintai Kompas Gramedia karena sosok Jakob Oetama dan filosofinya. Figur bangsa yang akan genap 85 tahun pada 27 September nanti adalah sosok yang juga punya nilai dan perbuatan nyata beraroma kemanusiaan di tanah air ini.

Jikapun saat ini saya bertugas di markas Si Gundul a.k.a Tabloid BOLA itu juga karena jalan yang saya pilih menuju "Roma" ala saya.

Kemacetan jalan raya pagi ini pun tak menjadi penghalang saya menggerakkan jari jemari ini tuk #iseng berkreasi lewat tulisan kali ini. Lha wong macet uda biasa bukan? "Siapa suruh datang Jakarta, mendingan kita tinggal di 'Roma' bukan? " 😉

#RinganJari
Diubah oleh Djamboel79 03-03-2021 10:14
panjip88Avatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan panjip88 memberi reputasi
2
1.3K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sports
Sports
icon
22.9KThread•10.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.