AF31FRAvatar border
TS
AF31FR
BOLA, TABLOID LEGENDARIS OLAHRAGA DAN SEPAKBOLA



“Setelah menemani pembaca di tanah air dan menjadi pengawas sekaligus partner bagi pengambil kebijakan olahraga nasional sejak Maret 1984, Tabloid BOLA milik Kompas Gramedia akhirnya harus menemui ujung perjalanan. Kami pamit. Hantaman tingginya biaya produksi yang menyangkut harga kertas, percetakan, dan distribusi diikuti kemajuan teknologi seolah tak memberi waktu untuk media tradisional bertahan, berbenah mencari solusi," tulis pemimpin redaksi BOLA, Weshley Hutagalung, dalam tulisannya di halaman pertama edisi BOLA Pamitan pada 26 Oktober 2018.


***


Harian Kompas adalah salah satu media favorit pada era 1970-an di samping berita-berita hangat dari media cetak lain seperti Berita Buana, Merdeka, Pos Kota, Sinar Harapan, dan Suara Karya.


Pembaca Kompas masa itu tentunya hafal setiap beli koran ini umumnya mereka pasti tidak lupa membuka halaman 10. Di halaman tersebut sangat khusus memuat segala topik berkaitan dengan olahraga dari berbagai arena yang dilaporkan oleh para wartawan Kompas.


“Para pembaca umumnya membaca halaman depan lalu kemudian beralih ke halaman olahraga. Beberapa pembeli eceran saat datang langsung membuka halaman olahraga, terutama ketika ada pertandingan sepakbola besar (big match) yang akan berlangsung.” – Fajar Junaedi, dalam bukunya yang berjudul "Merayakan Sepakbola: Fans, Identitas, dan Media Edisi 2".


Pada era 1970-an hingga 1980-an, jatah rubrik olahraga di harian Kompas yang hanya tersedia satu halaman dirasa tidak cukup untuk menampung berita kejadian olahraga baik di Indonesia maupun luar negeri.


Tingginya minat baca masyarakat di masa itu terhadap informasi olahraga yang pada khususnya sepakbola, kemudian membuat Kompas berinisiatif untuk lebih serius mengulas topik tersebut.


Ide pun tercetus, di antaranya karena terinspirasi dari fenomena olahraga di Eropa yang memunculkan harian olahraga terkenal seperti Gazzetta dello Sport di Italia dan L’Equipe di Prancis.


Maka dengan persetujuan Jakob Oetama selaku Pemimpin Umum Kompas, Ignatius Sunito dan Sumohardi Marsis yang saat itu bekerja sebagai wartawan Kompas bagian olahraga kemudian menjadi pelaksana dibuatnya gagasan media baru sebuah media olahraga (pertama) di Indonesia yang dinamai BOLA.


Setelah melalui proses pertimbangan baik secara redaksional maupun bisnis, sejarah pun dimulai ketika BOLA melakukan debut 'kick-off' pada 3 Maret 1984 dengan diterbitkan sebagai sisipan Kompas yang menjadi awal mula BOLA dikenal oleh publik. Tidak seperti Kompas yang berbentuk koran, BOLA berbentuk tabloid, yakni format surat kabar yang ukurannya lebih kecil daripada koran.


Kiprah BOLA kemudian berlanjut tertanggal 9 Maret 1984 dan sejak itu ditentukanlah hari yang ditetapkan sebagai waktu 'bertanding' BOLA, yakni hari Jum'at, hari yang kelak dianggap sebagai hari keramat bagi BOLA.


Sadar kehadirannya yang selalu dinantikan, hal tersebut membuat Jakob Oetama berpikir agar BOLA yang perkembangannya terus mengalami kemajuan pesat bisa berdiri sendiri dan tak lagi menjadi sisipan Kompas.


Sama seperti sebelumnya yang terbit setiap hari Jum'at, setelah mengumumkan berpisah dengan Kompas saat memperingati hari ulang tahun yang ke-4, BOLA secara resmi mulai terbit mandiri pada 2 April 1988 dengan jumlah halaman yang bertambah dari 16 menjadi 24.


Sejak itulah, terhitung pada 1990-an atau saat internet belum benar-benar berkembang di Indonesia, BOLA menjadi primadona media sepakbola di eranya sebagai salah satu bacaan sepakbola paling diminati oleh para penggila sepakbola yang memiliki klub favorit masing-masing


***





Bagi para penggemarnya BOLA dianggap bukan lagi hanya sebagai sumber informasi. Tetapi, karena ada banyak data dan fakta pada setiap artikel sepakbola yang memiliki judul-judul kreatif membuat BOLA juga menjadi sahabat dan "kitab suci" bagi kaum penggila sepakbola.


Pada bentuknya BOLA sangat khas dengan ulasan mendalam dan kaya pengetahuan yang dapat menambah wawasan para pembacanya di setiap edisi. Kepadatan isi memang menjadi fokus mereka walau secara tampilan tidak terlalu segar tapi BOLA hampir selalu bisa memberitakan dengan detail. Terlebih bila ada kompetisi olahraga bergengsi, aneka liputan dan wawancara eksklusif menjadi pelengkap pada kabar yang mereka sampaikan.


Sebagai media olahraga teraktual, BOLA tidak hanya membahas soal sepakbola. Tapi mereka juga berkomitmen untuk membahas olahraga lain yang membuat peredaran mereka semakin dinilai berkualitas.


Khusus topik sepakbola sendiri BOLA memiliki dua rubrik terkenalnya yakni OLE Nasional yang membahas sepakbola dalam negeri, serta OLE Internasional yang membahas sepakbola luar negeri.


Selain OLE, mereka juga menghadirkan beberapa konten dan produk yang menjadi hiburan sekaligus daya tarik bagi para pembaca dan konsumen.


Pada tabloid BOLA ada sebuah rubrik kartun yang menyuguhkan komik setrip "Sepakbola Ria" karya Hanung Kuncoro yang menampilkan karakter Si Gundul sebagai ikon pada setiap cerita unik yang berhubungan dengan sepakbola maupun olahraga lainnya.





Selain rubrik kartun, juga ada rubrik teka-teki silang sebagai salah satu ciri khas mereka yang tidak hanya dapat menguji kemampuan pembaca mengenai olahraga, tapi dari rubrik teka-teki silang ini BOLA turut menawarkan hadiah menarik bagi pemenang yang berhasil menyelesaikannya tantangannya.


Ada pula kolom surat pembaca. Kolom ini sangat memungkinkan bagi para pembaca BOLA untuk bisa mengirimkan pertanyaan atau menyampaikan opini dan apa saja tentang olahraga melalui tulisan. Jika tulisan yang dibuat itu diterima dan dapat dimuat pada setiap terbitan, biasanya BOLA akan balik mengirimkan paket souvernir kepada pengirim.


Selain beberapa hal tadi, identitas yang makin membuat tabloid BOLA begitu populer adalah bonus poster dari mereka yang selalu ada di setiap edisi terbitannya. Awalnya produksi poster menggunakan kertas biasa, yaitu kertas yang digunakan untuk cetakan berita, lalu kemudian berkembang dengan bahan yang lebih bagus dan tentunya berwarna.





Tak bisa dipungkiri bahwa poster adalah salah satu kekuatan BOLA pada masanya. Saat itu poster sepakbola yang melambangkan fanatisme seseorang merupakan hal yang sangat tidak mudah untuk didapatkan, dan karena keadaan itulah yang membuat BOLA kemudian memberikan bonus poster dalam setiap kali terbit.


Karena saking sangat istimewa poster-poster itu, BOLA sempat menciptakan tabloid sampingan bertajuk BOLA Poster yang khusus menyediakan paket poster. Sayangnya, gambar poster tersebut dibuat bolak balik, sehingga membingungkan konsumen dalam memasang bagian yang mana.


***





Pengaruh BOLA dalam kehidupan football writing di Indonesia memang tak ada yang perlu diragukan sehingga kesuksesan BOLA diikuti oleh kemunculan tabloid-tabloid lainnya seperti Gema Olahraga (GO), Libero, TopSkor, TopSoccer, Total Sport, dan tentunya SOCCER yang bisa dibilang sebagai rival BOLA paling berat.


“Yang beli BOLA itu kebanyakannya orang dewasa, orang kerja, atau anak kuliahan. Sementara SOCCER itu yang beli anak-anak SMA dan SMP," – Winarto, seorang penjual koran di Kota Sragen.


Tetapi, ada satu hal yang menyebabkan BOLA dianggap kurang bermutu, yakni BOLA tidak bersikap kritis. Pada tabloid legendaris ini di setiap tampilan isinya selalu berjarak, berusaha netral, dan tidak memberi kesegaran perspektif atas politik sepakbola Indonesia.


Dalam kiprahnya sebagai media massa, nyali mereka terlihat cemen karena hampir tak pernah berani untuk melontarkan serangan dan mengangkat bahasan tajam terkait permasalahan sepakbola seperti saat sepakbola Indonesia dicampuri urusan politik dan bertahun-tahun berjalan dalam sebuah kebobrokan.


Melansir dari catatan-catatan seorang Darmanto Simaepa pada bukunya yang berjudul "Tamasya Bola: Cinta, Gairah, dan Luka dalam Sepakbola", menilai BOLA menjadi besar bukan karena kualitas jurnalistiknya, malah bisa dibilang gaya jurnalisme BOLA cenderung seperti menggurui.


“Wartawan-wartawan itu menulis dengan cara pengkhotbah Jum'at, padahal aslinya pengepul berita-berita rongsokan dari media luar negeri,” – Darmanto Simaepa, dalam artikel berjudul 'Tiga Tamasya Kecil ke Masa Lalu Bersama BOLA' pada buku yang ditulisnya.


Kredibilitas BOLA memang dapat dinilai menurun karena dalam kurun waktu 2010-an kiprah mereka hanya berputar pada tebak-tebakan dan transkrip alakadarnya yang menghilangkan kualitas lama mereka. Mereka seperti lupa berinovasi, karena ketika koran-koran lainnya saling berlomba mendesain halaman olahraga dengan tampilan yang kian berani dan tidak lagi kaku, justru BOLA masih setia dengan gaya yang seperti dulu.


Selain itu, keputusan untuk terbit dua kali sepekan kemudian tiga kali sepekan malah membuat eksistensi mereka makin tenggelam. Eksperimen untuk terbit secara harian yang dikemas ke dalam Harian BOLA juga malah menjadi blunder dan langkah bunuh diri yang dilakukan oleh mereka, karena mereka melakukannya pada 2013 ketika sedang banyak bermunculan berbagai media online.


Pada perjalanannya tersebut, Harian BOLA hanya mampu bertahan sekitar 2 tahun 4 bulan. Penyebabnya selain karena sulit bersaing dengan media online, sisi kualitas dari artikel-artikel yang mereka tawarkan kurang menarik minat publik lantaran redaksi media mengalami kesulitan menyajikan berita yang berbeda karena dikejar deadline.


Sejak menjamurnya media online BOLA semakin sepi peminat begitu memasuki peralihan era digital. Keputusan bisnis yang kurang tepat dalam beberapa tahun terakhir pada akhirnya membunuh media olahraga ini secara perlahan karena keterbatasan biaya produksi dan promosi.


Dalam keadaan ini salah satu kesalahan fatal lainnya yang pernah dilakukan BOLA adalah mereka yang tidak serius mengembangkan web resmi yang pernah mereka miliki yaitu Bolanews.com yang diluncurkan pada tahun 1997.


Selain pernah berekspansi membentuk majalah BolaVaganza (2001), BolaSports (2004), dan BOLA F1 Racing (2012), serta bekerjasama dengan media luar negeri asal Inggris, FourFourTwo dan Inside United (2009), BOLA juga sempat berada pada langkah yang sangat maju di eranya dengan menjadi media olahraga pertama yang hadir dalam tampilan digital yang terjadi pada saat era pertama internet melanda Indonesia yang akan meledak beberapa tahun kemudian.


Meski Bolanews.com yang juga dikenal sebagai BOLA Sportsline disebut-sebut hanyalah tempat pembuangan bagi karyawan yang dianggap tidak produktif maupun yang tidak kooperatif, namun sebenarnya web ini mampu berjalan cukup baik untuk BOLA dalam versi digital dengan tampilan yang dinamis dan berwarna.


Dengan tertatih-tatih dan berusaha tetap dipertahankan para pengelolanya, pada akhirnya BOLA Sportsline dinonaktifkan oleh jajaran redaksi dan pimpinan BOLA yang seperti enggan mengembangkan portal tersebut.


Sebagai gantinya BOLA bersinergi dengan Kompas.com untuk membuat Juara.net dan berlanjut dengan lahirnya BolaSport.com yang justru ini malah mendorong BOLA terjerumus ke jurang keterpurukan karena mereka tak lagi memiliki aset digital yang sangat penting di era ini. Hilangnya aset digital inilah yang menjadi salah satu titik lemah BOLA yang membuat mereka dengan mudah dibasmi hingga ke akarnya oleh para pesaing.


Kemunculan media online yang dianggap lebih mudah diakses oleh masyarakat jelas menyebabkan BOLA terus menghadapi rintangan berat di setiap waktunya. Persoalan inilah yang pada akhirnya memaksa mereka menyerah untuk terus berusaha menyapa pembacanya dan kemudian mengambil keputusan untuk pensiun sebagai media cetak pada 2018. Melalui dua edisi terakhirnya dalam pamitan pada Jum'at, 19 Oktober 2018 dan dalam edisi selesai pada Jum'at, 26 Oktober 2018, BOLA resmi mengumumkan penutupan dan berhenti produksi setelah tiga dekade lebih berkiprah.


“Halo, BOLAMania, seperti kabar yang sudah beredar, kami memang akan pamitan. Sebagai pembaruan informasi, dua edisi terakhir akan terbit pada Jum'at (19/10), yang akan membahas derbi Milano, dan edisi pamitan pada Jum'at (26/10). Sesuai sejarahnya, edisi pertama BOLA pada 1984 terbit pada hari Jum'at, dan akan berakhir pada Jum'at pula," cuit BOLA pada laman media sosial Twitter resmi mereka (@TabloidBOLA).


Menyusul sang rival SOCCER yang telah terlebih dahulu berhenti produksi sejak 11 Oktober 2014,
menurut Christina Maria Sri Indiarti selaku Direktur PT Tunas BOLA, penutupan media olahraga legendaris tersebut merupakan pilihan terberat yang harus diambil. Penutupan ini bukan hanya penghentian penerbitan, melainkan juga pembubaran PT Tunas BOLA yang merupakan badan usaha penerbit tabloid BOLA.


“Sebenarnya ini pilihan yang sangat berat, karena tabloid BOLA adalah media olahraga legendaris di Indonesia, tapi pemilik perusahaan sudah menetapkan pilihan walau seberat apa pun. Secara bisnis, tabloid BOLA memang sudah sangat berat untuk bertahan sehingga terpaksa langkah penutupan yang diambil,” ujar Christina Maria Sri Indiarti dilansir dari Tempo.


Matinya media seperti BOLA memang jelas menandakan semakin punahnya peran surat kabar di era modern. Namun hal ini juga menandakan perkembangan teknologi website yang membuat masyarakat tetap tidak kehilangan informasi.


Kemajuan teknologi pada era revolusi industri 4.0 sangat nyata telah mengalihkan budaya kehidupan sehari-hari masyarakat yang berubah menjadi serba ingin instan, praktis, dan bebas berkreasi. Termasuk juga dalam kegiatan mencari informasi yang tidak lagi dilakukan setiap pekan sekali untuk membeli koran, kini dengan smartphone dan data jaringan internet semua bisa diakses dalam hitungan sekejap.





“BOLA benar-benar ikut menikmati zaman literasi, berhasil membangkitkan pasar anak-anak muda yang saat itu masih belum terkontaminasi digital," kata Ignatius Sunito dalam tulisannya di edisi terakhir BOLA.


BOLA, begitu keramatnya tabloid ini di masa kejayaannya yang akan terkenang dalam ingatan dari lembar-lembar kertas itu pada setiap halamannya yang selalu menghadirkan banyak kisah dan cerita.


Mereka mungkin memang bukan tandingannya terhadap para media besar. Tapi dalam perjalanannya bagi industri media cetak Indonesia, BOLA memberi warna pada dinamika olahraga nasional dan internasional sebagai legenda yang pernah ada.


Sumber/Referensi:


- https://tirto.id/lahirnya-tabloid-bo...indonesia-eCqi


- https://m.panditfootball.com/klasik/...h-tabloid-bola


- https://football-tribe.com/indonesia...id-sepak-bola/


- https://sapujagadtimes.wordpress.com...au-salah-urus/


- http://suarr.id/selamanya-berutang-p...-tabloid-bola/
banggesarAvatar border
khoirul48Avatar border
agusrezapratam4Avatar border
agusrezapratam4 dan 41 lainnya memberi reputasi
42
6.6K
102
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sports
Sports
icon
22.9KThread10.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.