brina313Avatar border
TS
brina313
Berbagi Pengalaman Pertama Menjadi Pembawa Acara


Ketika melihat Raffi Ahmad, Ruben Onsu, dan teman-teman presenter lainnya, timbul dalam hati saya cita-cita menjadi seorang Master of Ceremony (MC).Salah satu upaya saya dalam mewujudkan itu adalah ikut organisasi di sekolah. Karena bayangan saya, saat sudah terjun ke dalam suatu organisasi pasti akan selalu ada acara di dalamnya. Nah, dalam acara itu tentu membutuhkan seorang pembawa acara.



Hal yang paling saya ingat adalah ketika seseorang pintar berbicara belum tentu dia bisa menjadi pembawa acara. Jago ngomong aja gak bisa.

Benar saja, di sekolah saya terkenal orang yang paling cerewet, alias pinter ngomong. Akhirnya pertama kalinya saya ditunjuk menjadi pembawa acara pembukaan dan penutupan pesantren kilat. Karena saat itu sedang bulan puasa.

Namanya pertama kali, baru masuk kelas sepuluh. Siapa sih yang kenal dengan saya? Anak ingusan yang belum lama menginjak SMA. Jujur, saat itu saya hanya modal berani untuk tampil di depan umum. Karena kalau tawaran dari ketua osis ini tidak saya penuhi, niscaya saya tidak akan pernah bisa menjadi yang saya inginkan.

Pertamakali menjadi Pembawa Acara, rasanya deg deg an lebih dari deg degannya saat ketemu gebetan di lorong sekolah, lebih dari deg-degannya saat ketemu guru matematika yang super killer di sekolah. Belum lagi perut mules gak, keringat dingin terus bercucuran. 



Saya sudah latihan menggunakan naskah yang kecil berisi coretan urutan acara dan nama-nama orang yang nanti akan disebutkan. Tapi, namanya pertamakali, perasaan nervouse itu tidak juga hilang.

Tibalah saat acara dimulai, kaki bergetar naik ke panggung. Bayangan saya seolah-olah semua orang yang ada di depan saya saat itu sedang memperhatikan saya. Lalu pikiran saya pindah pada perasaan ragu-ragu kalau yang saya ucapkan itu salah, atau bicara saya terlalu cepat atau bahkan terlalu lambat.

Setiap kali selesai mempersilakan orang lain untuk memberikan sambutan, saya kebingungan bagaimana cara mengucapkan terima kasih hingga banyak sekali kekeliruan. Pengalaman pertama menjadi pembawa acara itu hancur karena banyak sekali kekeliruan, mulai dari salah menyebutkan nama, intonasi yang tidak pas, salah menyebutkan acara. Wajah saya merah semerah merahnya. Ketua osis pun memarahi saya dengan habis-habisan.

Dari pengalaman ini, ada beberapa poin penting yang harus kita terapkan dalam menjadi public speacking :

1. Banyak latihan berbicara di depan cermin
2. Mempersiapkan susunan acara dan kata-kata yang pas
3. Sering sharing dengan pembawa acara senior
4. Berdoa dulu sebelum memulai kegiatan


Nah, itulah pengalaman saya menjadi seorang pembawa acara di sekolah. Satu, dua, atau tiga kali keliru itu wajar. yang tidak wajar adalah apabila kita tidak berusaha untuk memprbaiki kekurangan itu. Intinya bila ada kesempatan untuk mencoba, maka cobalah. Karena kesempatan itu tidak datang dua kali.



Lalu, bagaimana dengan pengalaman teman-teman menjadi pembawa acara? Jangan lupa share di kolom komentar ya! Masih banyak ilmu yang saya butuhkan dari semuanya. Terima kasih, kaskuser bijak selalu meninggalkan jejak.

Narasi Pengalaman Pribadi
Penulis : Brina Ocil Alay Lover
Teras Kata, 2021 
Diubah oleh brina313 28-02-2021 17:15
InaSendryAvatar border
tien212700Avatar border
thecrawlerAvatar border
thecrawler dan 42 lainnya memberi reputasi
43
6.7K
115
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.