miniadila
TS
miniadila
Cinta Pertama yang Patah Sebelum Berkembang dan Justru Dijadikan Mak Comblang
Membunuh perasaan sendiri demi orang yang dicintai



Mempunyai rasa cinta adalah fitrah manusia. Begitupun denganku yang saat itu menginjak kelas 2 bangku SMA. Saat itu, aku benar-benar merasakan naksir seorang cowok. Jadi, aku menganggapnya itu cinta pertama, walaupun sebelum itu sering ditembak cowok lain.

Namanya, Gatra. Dia tetangga depan rumah yang sering main dan nongkrong di rumahku. Awalnya, aku hanya biasa saja. Saking seringnya bertemu, mulailah tumbuh rasa cinta di hati. Apalagi, dia yang telah lulus kuliah, sering menggantikan kakaknya sebagai sopir angkutan umum. Hampir tiap hari bersama sahabatku menumpang di angkutan umum miliknya itu, yang kebetulan memang trayeknya menuju sekolahku. Karena hal itu, tak pelak membuat diriku sering bertemu dengannya.

Saat di dalam angkutan umum itu, dia sering kali membuatku ge-er. Bagaimana tidak? Dirinya sering sekali kepergok melirik sambil tersenyum lewat kaca spion. Aku yang telah mempunyai rasa terhadapnya, seketika merasakan gayung bersambut.

"Dek, nanti malam ada yang ngapel, gak?" tanyanya begitu diriku hendak turun dari angkutan umum yang disopirinya.

"Aku gak punya pacar, Mas!" sahutku kemudian dengan jantung berdebar hebat.

"Syukurlah. Berarti bolehlah nanti malam nemenin ngobrol?" ujarnya sembari tersenyum menatapku.

"Boleh." Seketika diriku menyahut. Aku lantas turun dari angkutan umum dengan dada berdebar tak karuan.

***

Aku melangkah menuju cermin, begitu selesai Maghrib. Berkali-kali mematut diri untuk menyambut kedatangan Mas Gatra. Tak berapa lama, cowok itupun benar-benar datang ke rumah sesuai dengan ucapannya.

Aku melangkah keluar kamar menuju teras dengan hati berdebar. Seketika kupandangi cowok yang berbalut kemeja motif kotak-kotak warna marun dan bawahan celana jeans itu. Rambutnya yang disisir rapi dan aroma parfumnya menguar hingga ke penjuru arah.

Aku lantas menghampiri dan duduk tepat di sebelahnya. Di kursi panjang yang terletak di teras, menjadi saksi diriku yang gugup seketika.

"Dek, beneran nih gak ada yang marah?" tanyanya memecah kesunyian. Maklum, jika tak ada paman, rumahku mendadak sepi. Biasanya hampir tiap malam banyak pemuda sebaya paman yang nongkrong di rumah.

"Gak ada, Mas," sahutku dengan menunduk.

Aku lantas menggoyang-goyangkan kaki untuk mengusir rasa gugup.

"Begini, Dek. Gimana cara ngomongnya, ya?" Seketika Mas Gatra tampak salah tingkah, membuat diriku menahan tawa. Aku hanya tersenyum menanggapi, karena dalam hatiku pun bingung harus berkata apa.

"Oh ya, Dek. Kamu dekat, ya sama Rani?" Tiba-tiba Mas Gatra menanyakan kedekatan diriku dengan sahabatku itu.

"Iya, Mas. Udah kayak saudara sendiri, malahan," sahutku kemudian.

"Aku minta tolong, boleh?" tanyanya lagi.

"Boleh, kalo aku sanggup, Mas."

"Dari dulu, sejak melihat temanmu itu, aku naksir sama dia, Dek. Boleh gak, minta tolong comblangin sama dia?" Seketika, batin ini terasa perih. Aku yang mengira dirinya datang untuk mengungkapkan rasa cinta terhadapku, rupanya justru ingin menjadikan diriku Mak Comblang.



Dengan berat hati, sejak saat itu diriku berusaha membunuh rasa cinta yang terlanjur tumbuh dan bersemayam. Aku lantas menjalani hari-hari menjadi Mak Comblang dan itu sangat menyakitkan bagiku.



Nah, di atas adalah sekelumit kisah cinta pertamaku yang berujung nestapa. Patah sebelum berkembang dan justru dijadikan Mak Comblang.

Sumber: Narasi pribadi
Pict: Pinterest
Penulis: miniadila
Sangkapura, 240221


mamaproduktiftien212700aryanti.story
aryanti.story dan 13 lainnya memberi reputasi
14
1.4K
34
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
Heart to Heart
icon
21.5KThread26.5KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.