DeYudi69Avatar border
TS
DeYudi69
Cinta Pada Pandangan Pertama dan Sakitnya Dihianati, Biarlah Sampai Di Sini

Jatuh cinta itu memang salah satu rasa yang paling istimewa yang dimiliki oleh manusia. Cinta terhadap Tuhan, keluarga, sahabat, atau cinta tanah air, semuanya sah-sah saja.

Bagi ane sendiri, rasa cinta yang paling berkesan itu cinta pada pandangan pertama dan rasa sakit akibat putus cinta.


sumber gambar

Namanya Ayu, cinta pertama ane waktu di bangku SMA. Nggak sengaja waktu pergi ke perpustakaan ane bertatap muka sama Ayu dan saling berpandangan mata lewat celah rak buku, yang membuat ane jadi melongo, Ayu pun terlihat sama. Kalau diingat-ingat kembali saat itu berasa kayak di salah satu adegan pilem saja hahaha.

Ayu orangnya terkenal sangat cantik dan baik hati di sekolah, walau pun dia sangat jarang senyum sama siswa laki-laki. Dan terkesan kelihatan judes. Tapi kalau sekali senyum bikin siapa pun yang melihatnya pasti bakalan jatuh cinta, seperti yang ane yang pernah ane alami waktu di perpustakaan sekolah.

Rambut panjang, kulit putih bersih, lesung pipit, gigi gingsul, mata hitam dan senyumannya itu sampai sekarang masih ane ingat. Terutama kebaikan hatinya yang terlihat selalu suka menolong temannya, dia juga menjadi salah satu anggota OSIS juga PMR di sekolah.

Sejak awal perjumpaan, ane selalu nggak bisa tidur nyenyak, selalu terbayang wajah si Ayu. Walau kami beda kelas dan beda jurusan, tapi tiap kali jam istirahat pasti ane bakalan nyariin keberadaan Ayu dan memandanginya walau dari kejauhan, ya sekedar buat ngobatin rasa cinta ane yang bikin nggak enak ngapa-ngapain kalau nggak memikirkan Ayu.

Tapi ane kembali ingat sama prinsip ane waktu itu yang akhirnya bikin ane sadar, ane bersekolah masih minta biaya dan jajan sama ortu, apalagi ane berasal dari keluarga yang termasuk pas-pasan secara ekonomi, tekad ane ingin lulus sekolah dahulu baru setelahnya kembali berusaha ngedeketin si Ayu sampai nantinya dia jadi pacar atau bahkan istri ane kelak.

Selain itu, yang ane tahu Ayu berasal dari keluarga berada, kalau pun Ayu mau sama ane, belum tentu orang tuanya bakalan setuju anaknya jadi pasangan hidup ane.

Akhirnya ane cuma bisa memendam rasa cinta yang tak sempat ane sampaikan sama Ayu. Sampai saat ujian kelulusan sudah dekat, cinta terhadap Ayu nggak membuat ane jadi malas belajar, tapi malah ane jadikan motifasi penyemangat ane supaya lulus ujian kemudian setelahnya mendapat pekerjaan yang bagus.

Setiap kali membayangkan senyum di wajahnya si Ayu, ane jadi tambah semangat belajar. Sampai suatu ketika, tepat seminggu sebelum ujian akhir sekolah untuk kelulusan, tanpa ane duga, Ayu bersama seorang temannya datang menemui ane, kebetulan ane jam 6 pagi sudah berada di sekolah, karena mendapat tugas piket untuk membersihkan ruang kelas pada hari itu.

Ane kikuk, Ayu juga terlihat kikuk tapi tersenyum manis pada ane, dia seperti ingin mengatakan sesuatu sama ane tapi tertahan entah karena apa, sambil meremas-remas tangan teman perempuanya Ayu terbata-bata di depan ane, suaranya kecil tapi bisa ane dengar dengan jelas, dia mengatakan kalau dia suka sama ane.

Tambah melongo ane di depan kelas yang lantainya lagi ane sapu, jantung ane berdegup kencang, ternyata Ayu juga suka sama ane. Bodohnya ane waktu itu malah tetap diam tanpa memberi respon apa pun, kemudian temannya memperjelas apa yang dibilang sama Ayu, "Bro, temen gua ni suka sama lu katanya".

Bukannya menjawab ane malah kabur ke kantin, prinsip ane di awal sama kenyatan yang ane terima dari Ayu, bertentangan 180 derajat.

Keesokan harinya ane berpapasan sama Ayu, tapi wajahnya terlihat kecewa, khas seorang perempuan yang telah dicampakan. Ane jadi merasa bersalah, campur aduk bahkan setelah pengumunan kelulusan, tak pernah sekali pun Ayu memperlihatkan tatapan dan senyuman manisnya lagi sama ane.

Apa boleh buat, cinta pertama ane masih sama Ayu sampai sekarang, tapi harus ane kubur dalam-dalam, karena terakhir kali ane mendengar kabar Ayu sudah menikah dan memiliki seorang anak. Doa ane semoga saja Ayu bisa berbahagia bersama keluarga kecilnya. Walau terkadang sampai sekarang juga ane masih suka ngepoin akun media sosialnya. Sekedar buat melepas rindu yang terkadang datang karena pandangan pertama dan melihat senyumannya dulu.

Ane sempat memutuskan mencari pengganti Ayu di ruang hati ane. Akhirnya ane berkenalan dengan gadis desa melalui media sosial, terlihat cantik dan sederhana, dengan tata krama khas gadis desa yang sangat lugu saat kami bercakap cakap lewat inbox.

Singkat cerita, setelah 6 bulan berkenalan dan akrab melalui media sosial ane memutuskan untuk menyatakan cinta dengan datang langsung ke rumahnya di desa, sedangkan ane bekerja di kota.

Hampir dua tahun LDR-an rasanya aman-aman saja, cinta ane kian menggebu dan jadi semakin semangat bekerja, ya, ane memang begitu orangnya, selalu komitmen dengan prinsip yang ane buat sendiri, usia ane waktu itu baru 22 tahun, dan Yeni pacar ane baru 19 tahun, kami sudah berjanji nggak akan melakukan hal yang diluar batas orang yang sedang pacaran, layaknya kebanyakan pasangan lainya, baru pacaran sudah seperti suami istri saja melakukan hal-hal yang bahkan melebihin pasangan yang telah sah secara hukum dan agama. Selain itu ane juga harus mengumpulkan biaya pernikahan dahulu dengan cara menabung sebagian gaji ane. Ane dan Yeni berjanji akan menikah di usia ane yang ke 24 tahun. Itu pun usulan darinya juga.

Mungkin memang belum jodoh, tanpa alasan yang jelas, Yeni mendesak ane supaya segera menikahinya, sedangkan ane merasa belum siap secara materi, biaya pernikahan yang belum terkumpul sepenuhnya juga menjadi salah satu alasan.

Terlebih lagi ane mulai merasakan berbagai keganjilan dari kedua orang tuanya saat ane apel ke rumah Yeni, mereka seperti bukan calon mertua yang ane kenal, tak seperti sebelumnya yang senantiasa ramah terhadap ane, saat itu Yeni juga seperti bukan Yeni pacar ane lagi.

Perjalanan sejauh kurang lebih 90 KM dari pusat kota Denpasar ke rumahnya di Kabupaten Tabanan, nggak menjadi masalah, karena pasti akan terobati setelah ane bertemu dengan Yeni. Rasa lelah di perjalanan hilang sudah bila melihat senyumannya.

Namun, hari itu ane bagaikan orang asing. Tak sepatah kata pun yang terucap dari kedua orang tuanya atau pun dari Yeni sendiri kalau bukan ane yang memulai percakapan terlebih dahulu. Akhirnya ane pamit pulang setelah 2 jam berada pada situasi yang belum dapat ane mengerti apa penyebabnya.

Satu minggu sudah Yeni tak begitu peduli lagi dengan ane, bahkan minggu-minggu berikutnya, pacar ane itu mulai berani membandingkan ane dengan kekayaan yang dimiliki oleh laki-laki lain di desanya, sampai pada berani menanyakan berapa gaji yang ane peroleh bahkan sebelum kami menjadi suami istri dia suadah menimbang- nimbang apakah gaji ane itu akan cukup untuk membiayai dirinya.

Sesak dan perih menyergap perasaan ane makin dalam, sangat berbeda dengan apa yang ane kenal dari dirinya sewaktu baru pertama kali mengenalnya, kesan santun dan polos hilang sudah.

Suatu ketika, tanpa memberitahunya ane kebetulan pulang kampung, dan hendak singgah di rumahnya. Di luar pagar rumah Yuni ane sudah merasakan keanehan, terparkir sebuah sepeda motor trail persis seperti apa yang dia bicarakan tempo hari melaui sms saat membandingkan motor bebek yang ane miliki dengan motor trail tipe itu.

Ane menghubungi di depan rumahnya dan bilang kalau ane ada di depan ingin bertamu. Beberapa kali ane hubungi akhirnya baru diangkat, dan ane belum dipersilakan masuk selama hampir 20 menit menunggu di luar rumah, seolah Yeni sedang melakukan sesuatu, atau apa yang katanya ane jangan masuk dulu.

Lama menunggu, akhirnya ane masuk tanpa permisi ke rumahnya, Yeni seperti orang yang kelabakan, ane hendak masuk ke dalam rumahnya dan duduk di salah satu kursi bambu yang sering ane pergunakan duduk mengobrol dengannya, tapi Yeni mengusir ane, dan menyuruh ane pulang. Masih bingung, apa sebernarnya yang membuatnya seperti itu, tapi kejadian itu membuat semua pertanyaan ane semakin mendapat jawaban yang jelas. Yeni menduakan ane dengan laki-laki lain pemilik trail itu.

Yeni pun mengganti foto profil media soasialnya dengan foto dirinya bersama laki-laki itu, padahal di saat itu ane masih menggunakan foto profil dirinya bersama ane. Kemudian dia mengirim pesan singkat melalui inbox dan juga sms, yang bilang kalau cukup sampai di sini, lebih baik kita jadi teman saja.

Remuk banget rasanya, seperti nggak ada semangat hidup lagi, berbulan-bulan ane kayak orang bodoh, belum bisa move on dari Yeni.

Kemudian ane melihat dan berkaca pada diri ane sendiri, duduk dalam tenang sambil merenungi apa yang sebenarnya membuat semua ini terjadi. Akhirnya kesimpulan ane jatuh pada 3 bulan sebelum ane diputusin sama Yeni.

Saat itu ane sempat mengajaknya pulang ke kampung ane, dengan tujuan memperkenalkannya pada kedua ortu dan juga berharap dia bisa mengerti dan mau menerima kanyataan kalau ane memang hidup di lingkungan keluarga yang sederhana, dan ane rasa Yeni juga pasti nggak bakalan kaget karena dia juga sama.

Semenjak datang ke rumah ane yang memang bukan rumah elit dan kaya raya itulah Yeni mulai banyak berubah termasuk kedua orang tuanya.

Ya, apa boleh buat, jodoh, dan maut sudah diatur sama Beliau, ane cuma berharap diberi yang terbaik olehNya. Dan ane juga jadi bersyukur, bisa melihat sisi dan sifat asli dari Yeni sebelum dia menjadi pasangan seumur hidup ane, yang ternayata bisa ane katakan seorang yang tidak setia dan materialistis, walaupun ane juga yakin nggak semua gadis di dunia ini memiliki sifat seperti Yeni.

Semoga suatu saat ane bisa bertemu dengan bidadari ane, walaupun pada akhirnya harus betermu di khayangan.

Penulis : DeYudi69


Sumber referensi : opini dan pengalaman pribadi.


fanya06Avatar border
MaharanirrAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 12 lainnya memberi reputasi
11
1.3K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
Heart to Heart
icon
21.6KThread27.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.