
Charlotte Peeters memasak mi ayam. (foto: kompas.com)
YOGYAKARTA - Apa jadinya kalau yang menjual mi ayam bakso adalah seorang bule? Ini benar adanya. Ada warung mi ayam “Telolet” di Sleman, Yogyakarta. Tepatnya di Jalan Moses Gatorkaca, Mrican, Caturtunggal, Depok.
Nama penjualnya adalah Charlotte Peeters, perempuan asal Belanda.
Selain memasak mi ayam, bule ini juga mengantarkan pesanan ke pembelinya. Ia pun sangat ramah dan murah senyum kepada siapa pun. Selain itu, Charlotte Peeters juga mahir berbahasa Indonesia.
Charlotte Peeters menceritakan, dirinya dan suami Arya Andika Widyadana memang memiliki usaha di bidang pariwisata. Namun saat ini sepi karena pandemi Covid-19.
"Kami harus mencari pemasukan yang lain untuk bisa survive," ujar Charlotte.
Baca juga: (UAH) Jangan sampai Kehilangan Rasionalitas dalam Memahami Persoalan
Sebenarnya Charlotte Peeters dan suaminya sudah memiliki keinginan untuk membuka usaha kuliner. Kemudian, saat usahanya terdampak pandemi ini keduanya memutuskan untuk merealisasikan membuka warung makan bakso mi ayam.
"Suami kan paling suka bakso dan saya suka mi ayam ya akhirnya kami membuat keputusan, membuka warung mi ayam bakso. Kami buka mulai 17 Agustus 2020 kemarin," ungkapnya.
Diakuinya meski suka dengan mi ayam, namun dirinya tidak begitu senang dengan mi ayam yang manis. Sebab rata-rata mi ayam di Yogyakarta yang pernah dinikmatinya cenderung memiliki rasa manis.
Karenanya, Charlotte Peeters mencoba berkali-kali memasak mi ayam untuk menemukan resep yang khas.
"Belajar masak mi ayam, sampai sekarang masih belajar, sering ada merasa kurang di sini masih ada revisi soal rasa. Jadi kami mi ayam lebih gurih, untuk input rasa Belanda itu enggak ada rasanya Indonesia sekali," ungkapnya.
Awalnya Harganya Rp 5.000 Per Mangkok
Charlotte Peeters menyampaikan awalnya satu mangkok mi ayam diberi harga Rp 5.000. Kemudian sekitar satu setengah bulan lalu dinaikkan menjadi Rp 7.000 per mangkok.
Harga satu mangkok mi ayam ini terhitung murah. Charlotte Peeters sengaja memasang harga murah agar terjangkau bagi masyarakat.
Terlebih, di saat pandemi saat ini juga berdampak bagi perekonomian masyarakat.
"Kami sendiri merasakan dampak pandemi seperti apa, paling penting untuk kami harga murah semua orang bisa datang untuk makan tapi walaupun murah rasanya harus enak," jelasnya.
Harga itulah yang juga menjadi pertimbangan memilih membuka warung mi ayam dan bakso.
Sebab, jika memilih makanan lain belum tentu bisa memberi harga yang murah per mangkoknya.
Nama Telolet Dipilih karena Lucu
Penamaan telolet ini, lanjutnya, datang dengan sendirinya. Nama itu dipilih karena lucu dan mudah diingat oleh orang.
"Waktu kami buka memang cari nama, nah sempat kepikiran bikin nama mi ayam bakso Amsterdam atau apa tetapi kami berpikir otomatis ekspektasi orang harus ada rasa Belanda. Akhirnya enggak tau aja tiba-tiba kami dapat telolet dan kami berdua cocok dengan itu dan lucu aja," urainya.
Diakuinya, diterapkan Pembatasan Secara Terbatas Kegiatan Masyarakat (PSTKM) di Sleman menyebabkan penurunan pembeli.
Meski pembeli menurun, Charlotte Peeters dan suaminya tidak pernah menyerah. Ia tetap terus menjalankan usahanya.
Hingga akhirnya, warung mi ayam baksonya menjadi viral di media sosial. Sejak itu pembeli di warungnya mulai naik kembali.
Omzet Rp 700 – 800 Ribu
"Saat ini minggu ini setiap hari Rp 700- Rp 800 ribu omzetnya, tetapi sebelumnya anjlok, sehari hanya 150 ribu karena memang ada pembatasan secara terbatas itu terasa langsung. Tetapi paling penting kita jangan sampai give up, lanjut terus," tegasnya.
Baca juga: 100 Persen Laba Milik Mitra HANIYA Fried Chicken, Harga Kaki Lima Kualitas Resto
Sebelum viral di media sosial, pembeli yang datang ke warungnya sering kali kaget. Mereka kaget karena melihat yang memasak mi ayam dan mengantarkan seorang bule.
"Saat saya sendiri sedang masak kan tidak langsung keliatan, nah waktu keluar (mengantar makanan) reaksi pertama kaget. Tapi saya suka membuat mereka nyaman berbincang-bincang, sejak viral banyak orang datang sehingga tidak kaget lagi saat melihat mbak bule masak mi ayam," bebernya. (*)
sumber:https://regional.kompas.com/read/202...mangkuk?page=1