dimjakaAvatar border
TS
dimjaka
CAPE MALEIERS, WARISAN MELAYU DI TANAH AFRIKA


Selain Suriname yang terkenal dengan populasi orang-orang Jawanya, ternyata di ujung ‘’benua hitam’’ ada sekelompok etnis Melayu yang telah lama menjadi bagian dari sejarah Afrika Selatan. Kelompok Melayu itu sering dipanggil dengan sebutan Cape Malay/Malaysatau dalam bahasa Afrikaans disebut Kaapse Maleiers. Memang keberadaan etnis Melayu sangat jarang diberitakan sehingga tidak banyak orang Indonesia yang mengetahuinya. 


Sekarang bagaimana mungkin orang-orang yang telah lama mendiami wilayah Asia Tenggara ini tiba-tiba bisa mampir ke Benua Afrika?

emoticon-CoblosWell, semua itu ternyata tidak tiba-tiba dan didahului oleh sejarah panjang sejak kejayaan VOC di masa lalu. Keberadaan orang Melayu di Afrika Selatan berawal ketika VOC sedang jaya-jayanya pada tahun 1600-an. Waktu itu VOC sangat meminati tenaga kerja yang murah untuk melancarkan bisnis VOC. Permintaan yang begitu tinggi itu membuat perdagangan budak terjadi secara global yang membawa orang-orang Melayu dibawa ke Tanjung Harapan di Cape Town. Kota ini diibaratkan sebagai pit stop antara Belanda dengan negeri-negeri timur jauh sebelum Terusan Suez dibangun.




Akan tetapi pada perkembangannya orang-orang yang datang ke Cape Town pada gilirannya bukan hanya datang sebagai budak tetapi tahanan politik atau pemberontak yang diasingkan karena menentang kolonialisme contohnya adalah Sheikh Yusuf. 


Spoiler for Sheikh Yusuf:

     

Dalam demografi penduduk Afrika Selatan para Maleiers dimasukkan ke dalam subkategori ‘’coloured’’, yaitu sebutan untuk warga yang memiliki garis leluhur dari banyak etnis seperti keturunan asia, austronesia, afrikaner, khoisan, dll. Namun, para Maleiers ini tidak serta merta hanya berasal dari etnis Melayu, para budak ataupun para tapol nyatanya ada juga yang berasal dari Jawa, Makassar, dan Maluku. 



Istilah Cape Malay ini seringkali dimaknai oleh berbeda-beda oleh orang-orang Afrika Selatan, karena mayoritas kebudayaan orang Melayu sangat kental dengan Islam. Orang-orang yang beragama Muslim di Cape Town pun seringkali dikategorikan Cape Malays. Istilah ini juga dipakai untuk menghormati orang yang tidak meminum alkohol karena syariat Islam yang memang mengharamkan khamr. 


Budaya dan Tradisi 
Komunitas Maleiers umumnya sebagian besar berbicara bahasa Afrikaans atau bahasa Inggris. Meskipun mereka tidak lagi berbicara dalam bahasa Melayu dan bahasa lain yang digunakan nenek moyang mereka, berbagai kata dan frase Melayu masih dapat didengar di Cape Town sampai sekarang. Contohnya adalah : ''Taramkasie (Terima Kasih) '' and ''salmaat djalen''. 

emoticon-Nyepi
Karena budaya Melayu sangat lekat dengan kebiasaan umat islam Indonesia maka tak heran mendapati perayaan umat muslim seperti contohnya Moulood'n-Nabi (Maulid Nabi), poewasa (puasa), Lebaran Ramadaan (Idul Fitri), dan Lebaran Hadji (idul Adha). 

emoticon-Maaf Aganwatiemoticon-Maaf Agan

Peninggalan corakan Melayu selanjutnya adalah musik Ghoema yang merupakan perpaduan kebudayaan Khoisan-Melayu-Eropa-Xhosa, sebuah musik dengan lusinan genre seperti reggae, big band dan kalipso.


emoticon-Kaskus Radio

Distrik Bo-Kaap



Distrik Bo-Kaap merupakan pemukiman yang masih menyimpan kultur Melayu di samping kultur India, Arab, Belanda dan Afrika. Distrik yang terletak di kaki Bukit Signal ini dahulu dikenal dengan Malay Quarter. Asal muasal Bo-Kaap berasal dari tahun 1760-an ketika "huurhuisjes" (rumah sewa) banyak dibangun dan disewakan kepada para buruh Cape yang berasal dari Malaysia, Indonesia, dan seluruh Afrika. 



Salah satu pemandangan khas distrik Bo-Kaap adalah corakan rumah warna-warni emoticon-Motretdi sepanjang jalan sebagai bentuk ekspresi atas kebebasan dan keragaman. Salah satu masjid pertama di Afrika Selatan, Masjid Auwal (awal=pertama, mungkin kali ya) juga ditemukan di kawasan Bo-Kaap.  



Untuk kuliner yang bisa dijumpai di kawasan pastinya orang-orang Indonesia tentu familier dengan nama-nama berikut ini walaupun dengan perbedaan bahasa


1. Frikkadels (Perkedel)



2. Sosastie (Sate)



3. Denningvleis (Dendeng)



4. Bobotie (Bobotok/botok)




Jadi, apakah agan-agan sekalian tertarik mengunjungi Afrika Selatan??
emoticon-Big Grinemoticon-Big Grinemoticon-Big Grinemoticon-Big Grin

Sekian
emoticon-Nyepi

Quote:






 


khoirul48Avatar border
galigulagaluAvatar border
yugeelAvatar border
yugeel dan 31 lainnya memberi reputasi
30
4.8K
74
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.