si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Black Hornet - Meski Terlihat Seperti Mainan, Drone Ini Jadi Andalan Para Tentara
Penggunaan drone atau bahasa internasionalnya Unmanned Aerial Vehicle (UAV) sudah sangat lazim bagi pihak militer, polisi maupun kalangan sipil. Yang terbaru kendaraan tanpa awak ini diterjunkan ke konflik Nagorno-Karabakh antara Azerbaijan dan Armenia. Dalam konflik tersebut drone sangat efektif digunakan dalam pertempuran karena tidak harus membahayakan nyawa prajurit.

Selain itu harga drone juga sangat terjangkau, sehingga sangat cocok dipakai oleh negara dengan dana militer pas-pasan. Drone sendiri sudah dikembangkan dalam banyak varian dan memiliki peran yang berbeda-beda, salah satu peran utama drone adalah untuk misi pengintaian musuh.

Untuk misi tersebut beberapa negara di dunia lebih memilih drone dengan ukuran yang mini, meski terlihat seperti mainan anak-anak, drone ini sangat berjasa bagi para prajurit di garis depan. Pada kesempatan kali ini TS akan membahas drone tersebut, drone ini bernama Black Hornet.Seperti biasa kita mulai dari sejarahnya terlebih dahulu.




SEJARAH

Ide untuk membuat UAV berukuran mikro ini lahir pada bulan April tahun 2008, perancang drone ini mengambil wujud helikopter untuk drone yang akan dikembangkannya. Drone ini dikembangkan oleh perusahaan bernama Prox Dynamics yang berasal dari wilayah yang beriklim cukup dingin di Oslo, Norwegia.

Ukurannya memang sangat kecil, dan mungkin orang-orang berpikir akan mudah untuk membuat benda seperti itu. Faktanya tidak demikian, butuh waktu sampai 3 tahun untuk mengembangkan drone tersebut.

Setelah melalui beberapa uji terbang dan segala macam uji lainnya, drone akhirnya bisa memasuki fase produksi pada awal tahun 2012. Pihak Prox Dynamics memberikan nama PD-100 Black Hornet untuk drone ini, namun kebanyakan orang menyebutnya sebagai Black Hornet.




Ilustrasi: Dokumentasi U.S Army


Tak butuh waktu lama untuk drone mini tersebut terjual di pasaran, setelah resmi masuk tahap produksi, Prox Dynamics mendapat kontrak dari Kementerian Pertahanan Inggris senilai US$ 31 juta untuk pengiriman 160 unit Black Hornet. Setelah resmi masuk layanan Tentara Inggris, Black Hornet langsung dikerahkan di Afghanistan, drone ini juga beroperasi dengan pasukan keamanan di beberapa negara lain.

Pada bulan Juli 2014 PD-100 Black Hornet dipilih oleh US Army Natick Soldier Research, Development and Engineering Center (NSRDEC) di bawah program Cargo Pocket Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance (CP-ISR). Di Amerika, selain digunakan oleh Angkatan Darat, drone ini juga dipakai oleh pihak Marinir.




Ilustrasi: FLIR Systems


Setelah resmi dipilih menjadi inventaris baru untuk U.S Army, drone ini lalu menjalani pelatihan dengan pasukan militer AS pada awal tahun 2015. Pada perkembagannya Prox Dynamics kemudian diakuisisi oleh FLIR Systems, sebuah perusahaan asal Amerika dalam transaksi senilai US$ 134 juta pada bulan November 2016.

Varian pertama Black Hornet memiliki berat 16 gram sedangkan rotornya berdiameter 120 mm. UAV pertama ini memiliki bentuk aerodinamis dan bodynya dibuat dari bahan plastik yang membuatnya menjadi ringan. Varian pertama dapat mencapai jangkauan jelajah maksimum hingga 1000 meter. Varian pertama memiliki daya tahan sekitar 30 menit.




Foto: Dokumentasi US Army.


Varian kedua diberi nama Black Hornet Nano II (beratnya lebih dari 18 gram) memiliki fitur penguatan struktural dan peningkatan kinerja. Drone dapat digunakan pada malam hari dan siang hari, drone dibekali sensor optoelektronik atau perangkat pencitraan termal.

Setelah diakuisisi, perkembangan Black Hornet pun semakin membaik, FLIR kemudian meluncurkan generasi berikutnya yang diberi nama Black Hornet 3 nano-UAV pada bulan Juni 2018. FLIR kemudian menerima kontrak awal US$ 39,7 juta untuk Black Hornet 3 pada Januari 2019 dari pihak Kementrian Pertahanan AS, yang diikuti oleh US$ 20,6 juta kontrak untuk mengirimkan Black Hornet 3 Personal Reconnaissance Systems (PRS). Pengiriman unit Black Hornet 3 PRS dimulai pada akhir tahun 2020 untuk mendukung pasukan Angkatan Darat AS

FLIR Black Hornet PRS memiliki berat 32 gram dan dapat membawa tiga kamera. Kamera yang digunakan menawarkan resolusi pada level 640 × 480 piksel. Kamera versi terbaru ini juga dapat menangkap gambar diam dengan kualitas HD (1200 × 1600 piksel) atau citra termal (160 × 120 piksel).



Mainan yang Menjanjikan

Drone ini menggunakan tenaga dari baterai, sember tenaganya sama seperti gawai atau laptop yang kita gunakan untuk ngaskus. Baterai yang menggerakkan motor listrik dapat diisi ulang selama 25 menit, untuk durasi terbang Black Hornet mencapai 25 menit juga.

Dalam paket pembelian drone ini, pihak pembeli akan mendapat dua buah drone. Jika drone pertama baterainya mulai habis, drone bisa terbang kembali secara mandiri ke tempat operatornya tanpa perlu memesan ojol terlebih dahulu. Setelah drone pertama kembali, maka akan ada drone kedua yang akan menggantikannya.

Sembari menunggu kabar burung dari drone kedua yang sedang bertugas, drone pertama bisa diisi ulang baterainya. Ketika drone kedua sudah mulai habis baterainya, drone pertama yang sudah diisi ulang akan menggantikan tugasnya. Itu artinya drone ini dapat beroperasi secara terus-menerus secara bergantian.




Foto: Departemen Pertahanan AS.




Foto: FLIR Systems.


Pengoperasia drone bisa secara mode otonom dengan rute (guide) yang telah dirancang sebelumnya menggunakan navigasi GPS. Selain itu, drone bisa dikendalikan langsung oleh operator (pilot) lewat pantauan dilayar LCD selebar 18 cm. Gambar yang ditampilkan pun cukup akurat, karena dibekali dengan 3 kamera.

Kamera pertama menyajikan gambar ke depan, kamera kedua menampilkan gambar tegak lurus ke bawah dan yang terakhir memberi gambar dengan sudut 45 derajat arah bawah. Dengan tiga sudut visualisasi tersebut, operator bisa memantau situasi lapangan secara luas sekaligus meningkatkan kesadaran situasional di lokasi sebelum mengambil tindakan.

Drone juga dilengkapi dengan long-wave infrared dan day video sensor yang dapat mentransmisikan video atau gambar diam beresolusi tinggi melalui tautan data digital dengan kisaran jarak hingga 1.6 km.

Black Hornet juga dapat dioperasikandi dalam ruangan untuk misi dalam kota. Drone dapat disiapkan untuk lepas landas dalam 30 hingga 120 detik. Kisaran suhu di mana Black Hornet dapat digunakan adalah -10° C hingga +43° C dengan kelembapan berkisar dari 10 hingga 90%.




Layar LCD untuk operator Black Hornet.

Foto: FLIR Systems.


Bagi mereka yang belum berpengalaman menggunakan drone tidak perlu khawatir, operator yang belum berpengalaman dapat menerbangkan Black Hornet hanya dengan latihan dalam kurun waktu 20 menit saja. Sosoknya yang super kecil menjadikan kehadirannya tak disadari lawan, dari kejauhan drone ini juga tak begitu terlihat. Sehingga ia bisa menjadi mata ketiga bagi para pasukan di garis depan, di era modern kehadirannya menjadi kunci memenangkan sebuah pertempuran.

Tidak hanya digunakan oleh operator militer, Black Hornet juga dijual untuk umum sebagai drone multi fungsi dalam peran SAR, pemantauan aksi huru hara, pemeriksaan instalasi nuklir atau pabrik kimia. Karena ukurannya yang mungil, drone ini bisa dimasukkan di dalam saku baju para tentara, namun agar lebih aman drone dimasukkan dalam tas ransel khusus. Dalam tas tersebut juga terdapat stasiun kontrol yang menggunakan joy stick, stasiun kontrol tersebut berwujud kotak.





Ilustrasi: Prox Dynamics.


Vaarian terbaru memiliki dimensi dengan ukuran 16 × 2.5 cm, diameter rotor 12 cm dan berat total kurang dari 1 kg, drone mungil ini mampu melesat dengan kecepatan terbang sampai 18 km/jam. Amerika serta para anggota NATO sudah melengkapi pasukan darat mereka dengan drone Black Hornet. Tercatat pasukan militer dari 19 negara sudah menggunakan drone ini, dengan jumlah 3.000 drone yang sudah beroperasi.

Indonesia juga termasuk negara yang mengoperasikan drone ini, namun penggunaan drone canggih ini baru dipakai oleh Brimob untuk memperkuat satuan Gegana serta Pelopor. Dalam praktenya, pasukan Gegana membutuhkan drone ini untuk mendeteksi benda yang dicurigai sebagi bom dengan melayang di atasnya.

Sementara bagi pasukan Pelopor, drone mungil ini digunakan untuk mendukung tugas ISR (intelligence, surveillance, reconnaissance) sebelum bertugas di medan tempur. Dengan menggunakan drone seperti ini, gambar bergerak (video) atau gambar diam (still image) bisa dilihat secara langsung oleh operator dari jarak yang aman. Brimob mulai mengoperasikan Black Hornet pada awal tahun 2018, belum diketahui berapa unit yang dimiliki sampai saat ini.




Black Hornet milik Brimob.

Foto: airspace-review.com


Prox Dynamics pada tahun 2016 juga memperkenalkan unit housing-and-charging drone, sistem ini nantinya dapat dipasang pada kendaraan pengangkut personel lapis baja (APC) untuk meluncurkan armada drone pengintai mereka sendiri. Namun, hal tersebut masih dalam tahap pengembangan.

Harga drone ini ditawarkan kisaran US$ 190.000, kira-kira setara Rp 2,5 Milyar. Ini adalah harga yang ditawarkan sebelum pandemi. Entah sekarang harganya berapa, TS belum mendapat informasi lagi. Harga mahal ini terdengar sepadan dengan kemampuannya. Namun, untuk dua unit drone seukuran spidol, harga yang ditawarkan masih cukup mahal, mengingat penyebaran drone ini sudah sangat luas.




Ilustrasi: Prox Dynamics


Black Hornet Varian Terbaru (PRS)

Negara Pembuat: Norwegia
Produsen: FLIR Systems
Dimensi Drone: 16 cm (panjang) x 2,5 cm (lebar), 32 gram (bobot), 12 cm (diameter rotor)
Waktu Isi Ulang Baterai: 25 menit
Daya Tahan: 25 menit
Kecepatan Maks.: 18 km/jam
Daya Jelajah: 2 km
Peralatan Pelengkap: GPS, 3 kamera, satu stasiun kontrol
Pengguna: Amerika, Norwegia, Belanda, Jerman, Inggris, India, Indonesia dll emoticon-Peace


Spoiler for Tambahan:



Demikian sedikit pembahasan tentang Black Hornet, semoga bisa memabah wawasan baru buat kita semua di bidang alutsista dan pertahanan. Jika agan dan sista menyukai tulisan ini jangan lupa untuk rate 5, cendol, share dan komen. Terimakasih sudah membaca thread ini dari awal sampai akhir, sampai jumpa lagi dan tetap enjoy Kaskus emoticon-Angkat Beer




Referensi: 1.2.3.4
Ilustrasi: google image, FLIR
Diubah oleh si.matamalaikat 20-01-2021 00:54
Junmai92Avatar border
gultor81Avatar border
qwakenAvatar border
qwaken dan 43 lainnya memberi reputasi
42
11.9K
107
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer dan Kepolisian
Militer dan Kepolisian
icon
2.2KThread2.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.